Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

KAJIAN PEMANFAATAN PUPUK ORGANIK DAN ANORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL SAYURAN KENTANG Thamrin, Muh.; Nurhayu, A.; , Ruchjaniningsih; Nappu, M. B.
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 17, No 1 (2014): Maret 2014
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Assessment on Utilization of Organic and An-organic Fertilizer to Support Growth and Yield of Potatoes. In addition to reduce the dependence on anorganic fertilizers, utilization of organic fertilizers effectively will also contribute to improve the balance of ecosystems and support environmental-friendly farming system. This assessment aimed to find out effects of utilizing cacao skin waste, rice straw, and organic household garbage as organic fertilizer and to determine the effective application on growth and yield of potato. The study was conducted from May to December 2009 (dry season) in the central of potato development area in uplands in Malino, Bulu Ballea, Pattapang Village, Tinggimoncong District, Gowa Region, South Sulawesi. The experiment was arranged by a Randomized Completed Block Design (RCBD) consisted of five treatment combinations between organic and anorganic fertilizers using participatory three farmers as replications. The treatments were as follows: (A) 6 t/ha cacao skin waste + 500 kg/ha NPK (15:15:15), (B) 6 t/ha rice straw waste + 500 kg/ha NPK (15:15:15), (C) 6 t/ha household garbage waste + 500 kg/ha NPK (15:15:15), (D) 6 t/ha organic mixed + 500 kg/ha NPK (15:15:15), (E) Anorganic fertilizer dosage 1.000 kg/ha NPK (15:15:15).  The results showed that application of organic fertilizers from cacao waste caused different responses to plant height growth. While the organic fertilizer from rice straw waste had the highest production component of wight tuber per plant, number of tuber per plant and yield. The net income and cost obtained by advantage measurement was between Rp17.844.567 to Rp32.774.883 per hectare. There was none treatment combination of organic fertilizer that could be developed because the ratio of increasing net income and cost or Value Cost Ratio (VCR) < 1. However, seen from social aspects point of view, it might reduce the impact of environmental pollution as well as support sustainable agriculture. Key words: potato, organic waste, organic fertilizer, growth Pemanfaatan pupuk organik yang efektif selain dapat menghemat penggunaan pupuk anorganik juga berdampak positif terhadap perbaikan keseimbangan ekosistem dan mendukung pertanian ramah lingkungan. Percobaan ini bertujuan mengkaji pemanfaatan limbah kulit kakao, sampah rumah tangga dan jerami padi dan pupuk NPK terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kentang. Pengkajian dilaksanakan di daerah sentra pengembangan kentang di dataran tinggi Malino, Dusun Bulu Ballea, Kelurahan Pattapang, Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Kajian berlangsung dari bulan Mei sampai Desember 2009 (musim kemarau). Kajian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri atas 5 kombinasi perlakuan antara pupuk organik dan pupuk NPK yang melibatkan 3 orang petani sebagai ulangan.  Perlakuan yang dikaji ialah sebagai berikut: (A)  6 t/ha limbah kulit kakao + 500 kg/ha NPK (15:15:15), (B) 6 t/ha limbah jerami padi + 500 kg/ha NPK (15:15:15), (C) 6 t/ha limbah organik sampah rumah tangga + 500 kg/ha NPK (15:15:15),  (D) 6 t/ha Campuran + 500 kg/ha NPK (15:15:15), (E) pupuk anorganik dosis 1.000 kg/ha) NPK (15:15:15). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik dari limbah kulit kakao memberikan pengaruh terhadap komponen pertumbuhan tinggi tanaman yang berbeda nyata. Sedangkan  perlakuan pupuk organik dari limbah jerami menghasilkan bobot umbi/tanaman yang tertinggi, jumlah umbi/tanaman dan hasil. Penggunaan pupuk organik dan anorganik tersebut menghasilkan keuntungan antara Rp17.844.567- Rp32.774.883/ha. Meskipun tidak satupun kombinasi perlakuan pupuk organik layak untuk dikembangkan karena rasio kenaikan penerimaan dan biaya (Value Cost Ratio=VCR) < 1, tetapi dari aspek sosial aplikasi pupuk organik dapat mengurangi dampak pencemaran lingkungan akibat penggunaan pupuk anorganik yang berlebihan. Kata kunci :  kentang, limbah organik, pupuk organik, pertumbuhan
PENGKAJIAN SISTEM USAHATANI BAWANG MERAH DI SULAWESI SELATAN Thamrin, Muh.; , Ramlan; , Armiati; , Ruchjaniningsih; , Wahdania
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 6, No 2 (2003): Juli 2003
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

One of the problem of shallot in South Sulawesi is low productivity, due to low quality of seed plant,suitable packaged technology is not available, powerless support institution level of farmer, and small scale offarming system. The assesment was conduct at farmer land in Bangkalaloe village, Bontoramba subdistrict,Jeneponto district, South Sulawesi from May to August 2002. Two treatment were studied, introcuced technologyand farmer technology, involved cooperator farmer and non cooperator farmers. Activities carried out werecaracterisation farmers, existing technology package to farmers level were: superior variety Bangkok; fertilizer (10t/ha manure goat, 175 kg/ha Urea, 175 kg/ha SP-36, 175 kg/ha KCl and 400 kg/ha ZA); integrited pest/deseasmanagement; post harvest and harvest is right. The result showed that the farmers had practiced growing shallot 15years, with area of 0.20 – 0.50 ha. Package technology adoption is 71.5 % for cooperators and 21.3 % by noncooperators.The shallot productivity by cooperator was 11,4 t/ha and 9,0 t/ha non-cooperators. Income and R/CRatio of cooperator farmers were RP. 13,772,000, - and 1.94, while in non-farmers cooperator, the sameparameters were RP. 6,842,000,- and 1.44.Key words : farming system, technology adoption, shallot  Rendahnya produktivitas bawang merah di Sulawesi Selatan antara lain disebabkan penggunaan benihyang tidak bermutu, tidak tersedianya paket teknologi spesifik lokasi, lemahnya dukungan kelembagaan, dan skalausahatani yang kecil. Pengkajian dilaksanakan di desa Bangkalaloe, Kecamatan Bontoramba, KabupatenJeneponto, Sulawesi Selatan pada bulan Mei sampai Agustus 2002. Metode pengkajian menggunakan duaperlakuan yang dibandingkan yaitu penerapan sistem usahatani anjuran dan non anjuran (cara petani setempat).Masing-masing kegiatan diulang pada 14 petani koperator dalam kelompok tani yang sama pada lahan petaniseluas 3,0 ha. Pengkajian diawali dengan survei pendahuluan/karakterisasi dan penerapan paket teknologi yangmeliputi: penggunaan varietas unggul Bangkok; pemupukan (10 t/ha pupuk kotoran kambing, 175 kg/ha Urea,175 kg/ha SP-36, 175 kg/ha KCl dan 400 kg/ha ZA); pengendalian hama/penyakit secara terpadu; serta panen danpasca panen yang tepat. Jenis data yang dikumpulkan adalah data biofisik dan sosial ekonomi. Analisis datadilakukan terhadap keragaan pertumbuhan, produksi, pendapatan usahatani dan sosial ekonomi denganmenggunakan uji t, R/C Ratio dan statistik deskriptif. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa penerapan paketteknologi anjuran diusahakan oleh petani yang sudah berpengalaman 15 tahun dengan luas pengusahaan rata-rata0,20-0,50 ha. Adopsi paket teknologi usahatani bawang merah baru mencapai 71,5 persen untuk petani koperatordan 21,3 persen pada petani non koperator. Produksi bawang merah pada petani koperator mencapai 11,4 ton/hadengan keuntungan bersih (NPV) Rp. 13.772.000,- per ha atau R/C Ratio 1,94; sedang non koperator hanya 9,0t/ha dengan keuntungan Rp. 6.842.000,- per ha atau R/C Ratio 1,44.Kata Kunci : sistem usahatani, adopsi teknologi, bawang merah
Efek Mulsa Pada Variabilitas Genetik dan Heritabilitas Ketahanan terhadap Ralstonia Solanacearum pada 13 Genotip Kentang di Dataran Medium Jatinangor , Ruchjaniningsih; Ridwan Setiamihardja; Murdaningsih H. K.; Wieny Marma Jaya
Zuriat Vol 13, No 2 (2002)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v13i2.6730

Abstract

Percobaan untuk mengevaluasi pengaruh mulsa terhadap variabilitas genetik dan heritabilitas karakter ketahanan penyakit layu bakteri pada 13 genotip kentang telah dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian, Unpad Jatinangor, Sumedang dari bulan juli 2001 sampai Oktober 2001. Percobaan ditata berdasarkan rancangan acak kelompok (RAK) yang diulang dua kali, dan 13 genotip kentang termasuk kultivar Granola sebagai perlakuan pada lingkungan bermulsa dan tanpa mulsa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada lingkungan bermulsa dan tanpa mulsa karakter awal terserang layu (%), dan tanaman terserang layu mempunyai variabilitas genetik luas. Variabilitas genetik di lingkungan bermulsa lebih luas daripada tanpa mulsa. Pada lingkungan bermulsa nilai duga heritabilitas tinggi terdapat pada karakter tanaman terserang layu (%), dan heritabilitas sedang pada karakter awal terserang layu. Pada lingkungan tanpa mulsa nilai duga heritabilitas tinggi terdapat pada karakter awal terserang layu, dan tanaman terserang layu. Nilai duga heritablitas di lingkungan tanpa mulsa lebih tinggi daripada bermulsa. Seleksi dapat dilakukan pada lingkungan tanpa mulsa untuk karater awal terserang layu dan karakter tanaman terserang layu. Lingkungan bermulsa berpengaruh lebih baik pada karatker-karakter yang diamati. Pada lingkungan bermulsa Klon 104, AGB 69.1, Klon 16, FBA, Klon 106, Klon 101, dan Klon 102 paling lambat terserang penyakit bakteri layu dan Klon 104, Klon C, AGB 69.1, Klon 16, FBA, dan Klon 101 mempunyai tanaman terserang layu (%) terendah. Untuk tingkat ketahanan terhadap penyakit layu, genotip Klon 101 termasuk tahan dan Klon 104, Klon C, Klon A, Klon 16, dan FBA termasuk agak tahan terhadap R. solanacearum pada kedua lingkungan berbeda.
Penampilan Fenotipik dan Beberapa Parameter Genetik Delapan Kultivar Kacang Tanah Pada Lahan Sawah , Ruchjaniningsih; Ali Imran; Muh. Thamrin; M. Zain Kanro
Zuriat Vol 11, No 1 (2000)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v11i1.6665

Abstract

Penelitian bertujuan untuk mengetahui penampilan fenotipik dan parameter genetik karakter hasil dan komponen hasil kacang tanah di lahan sawah. Delapan kultivar kacang tanah telah dievaluasi di Bulukumba Sulawesi Selatan pada bulan Oktober 1998 sampai Januari 1999, menggunakan rancangan acak kelompok dengan tiga ulangan. Bahan penelitian adalah kultivar-kultivar unggul yang berasal dari introduksi dan hasil persilangan, ke delapan kultivar adalah: Jerapah, Komodo, Gajah, Biawak, Singa, Panther, Kelinci, dan Lokal (Palampang). Hasil penelitian menunjukkan terdapat tiga kultivar kacang tanah yang berpenampilan baik dan hasil lebih tinggi, yaitu Singa, Panther, dan Kelinci dibandingkan kultivar Palampang. Nilai variabilitas genetik luas terdapat pada karakter lebar kanopi (cm), tinggi tanaman (cm), jumlah cabang, jumlah biji 100 polong, jumlah kotak per polong, persentase ginofora hampa, persentase ginofora isi, bobot kering 100 polong (g), bobot kering 100 biji (g), hasil polong (t.ha−1), hasil biji kering (t.ha−1) dan rendemen biji kering (%). Nilai duga heritabilitas tinggi terdapat pada karakter lebar kanopi, tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah biji 100 polong, jumlah kotak per polong, persentase ginofora hampa, bobot kering 100 polong, hasil polong (t.ha−1), dan hasil biji kering (t.ha−1). Korelasi genetik dan korelasi fenotipik positif sangat nyata antara hasil biji kering (t.ha−1) dengan lebar kanopi, tinggi tanaman, total ginofora, jumlah biji 100 polong, bobot polong kering per tanaman, bobot kering 100 polong dan hasil polong (t.ha−1).