This Author published in this journals
All Journal Zuriat
Murdaningsih H. K.
Unknown Affiliation

Published : 13 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

Parameter Genetik Karakter Komponen Buah pada Beberapa Aksesi Nanas Sri Hadiati; Murdaningsih H. K.; A. Baihaki; Neni Rostini
Zuriat Vol 14, No 2 (2003)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v14i2.6799

Abstract

Tujuan penelitian adalah untuk mengevaluasi variabilitas genetik dan fenotipik, heritabilitas, dan kemajuan genetic beberapa karakter komponen buah nanas. Penelitian dilakukan di Balai Penelitian Tanaman Buah Solok mulai bulan Januari 2001–Februari 2002. Rancangan percobaan yang digunakan adalah RAK dengan 24 nomor aksesi sebagai perlakuan dan diulang dua kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakter panjang tangkai buah, berat buah, jumlah spiral buah, diameter buah, panjang buah, tebal daging, diameter empulur, kedalaman mata, TSS, total asam, vitamin C, dan kadar serat buah mempunyai variabilitas genetik dan fenotipik luas serta heritabilitas yang tinggi. Kemajuan genetik yang tinggi terdapat pada karakter panjang tangkai buah, bobot buah, panjang buah dan kandungan vitamin C.
Korelasi Beberapa Karakter Morfologi dengan Ketahanan Tanaman Kedelai Terhadap Penyakit Karat Endeh Masnenah; Murdaningsih H. K.; R. Setiamihardja; Wenten Astika; A. Baihaki
Zuriat Vol 15, No 1 (2004)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v15i1.6822

Abstract

Penelitian untuk mengetahui korelasi antara karakter morfologi dengan ketahanan kedelai terhadap penyakit karat di lakukan di SPLPP Arjasari Faperta UNPAD dari bulan Januari sampai Juni 1995. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 92 genotipe sebagai perlakuan dan diulang dua kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakter jumlah stomata, jumlah bulu daun, dan luas daun rata-rata korelasinya tidak nyata dengan intensitas penyakit karat kedelai. Semakin tinggi intensitas penyakit karat kedelai akan menurunkan jumlah polong pertanaman, bobot biji per tanaman dan jumlah biji bernas per polong serta meningkatkan jumlah biji tidak bernas per polong.
Aktivitas Enzim Peroksidase pada Lima Genotip Cabai yang Mempunyai Ketahanan Berbeda terhadap Penyakit Antraknos Khairul Zen; Ridwan Setiamihardja; Murdaningsih H. K.; Tarkus Suganda
Zuriat Vol 13, No 2 (2002)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v13i2.6740

Abstract

Percobaan ini dilakukan di Kebun Percobaan dan rumah kaca, Fakultas Pertanian, UNPAD, Jatinangor dari bulan Agustus 2001 sampai bulan Februari 2002, bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai aktivitas enzim peroksidase pada tanaman cabai yang mempunyai ketahanan berbeda dan korelasi aktivitas peroksidase dengan ketahanan terhadap penyakit Antraknos. Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok dengan enam kali ulangan. Sebagai perlakuan adalah lima genotipe cabai yang mempunyai ketahanan berbeda terhadap penyakit Antraknos, yaitu : CF-03, KRT-I, KRTShatol, Paprika, dan RS-07. Untuk mengetahui aktivitas enzim peroksidase pada tanaman yang terinfeksi, setiap genotipe ditanam di lapangan pada petakan berukuran 1,2 m x 4 m, sedangkan untuk mengetahui aktivitas peroksidase pada tanaman yang tidak terinfeksi, penanaman dilakukan di polybag di rumah kaca. Sebagai sumber inokulum Antraknos, dilakukan penanaman genotipe rentan di sekeliling petakan percobaan dan diantara ulangan satu bulan sebelum penanaman genotipe uji. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan aktivitas peroksidase antara genotip setelah terinfeksi Antraknos. Aktivitas peroksidase pada daun cabai yang terinfeksi Antraknos lebih tinggi dibanding daun cabai yang tidak terinfeksi. Tidak terdapat korelasi antara intensitas serangan penyakit Antraknos dengan aktivitas peroksidase pada daun tanaman cabai yang terinfekai. Aktivitas peroksidase yang tinggi tidak berkaitan dengan intensitas serangan penyakit yang rendah. Dengan demikian aktivitas peroksidase tidak dapat dipakai sebagai kriteria seleksi untuk ketahanan tanaman cabai terhadap penyakit Antraknos.
Parameter Genetik Beberapa Karakter Buah Muda Pada 21 Genotip Nenas Neni Rostini; Gita Kharisma; Murdaningsih H. K.
Zuriat Vol 17, No 1 (2006)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v17i1.6795

Abstract

Percobaan dilakukan di Desa Tambakan Kecamatan Jalan Cagak Kabupaten Subang mulai bulan Juni 2004 sampai dengan bulan Agustus 2004. Percobaan bertujuan untuk menyediakan informasi kriteria variabilitas dan heritabilitas karakter buah muda serta mengetahui korelasi antara beberapa karakter buah muda dengan karakter yang sama pada setiap minggu pertumbuhannya. Rancangan acak kelompok dengan 21 genotip nenas sebagai perlakuan yang di ulang dua kali digunakan dalam percobaan ini. Semua karakter yang diamati memiliki variabilitas genetik dan fenotipik yang luas. Nilai duga heritabilitas untuk karakter diameter buah muda tinggi pada minggu pertama dan minggu keempat, sedangkan pada minggu kedua dan ketiga nilai duga heritabilitasnya sedang. Karakter panjang buah muda dan tinggi mahkota memiliki nilai duga heritabilitas tinggi setiap minggunya. Nilai duga heritabilitas untuk karakter diameter mahkota sedang pada minggu pertama, kedua dan ketiga, sedangkan pada minggu keempat nilai duga heritabilitasnya tinggi. Berdasarkan analisis kovarians, terdapat korelasi genetik dan fenotipik pada karakter diameter buah muda dengan karakter yang sama pada setiap minggu pertumbuhannya, kecuali pada saat bunga terakhir mekar dengan tiga minggu setelah bunga terakhir mekar. Pada karakter panjang buah muda terdapat korelasi genetik dan fenotipik ketika bunga terakhir mekar dengan setiap minggu pertumbuhannya pertumbuhannya dan antara satu minggu setelah bunga terakhir mekar dengan tiga minggu setelah bunga terakhir mekar. Pada satu minggu setelah bunga terakhir mekar dengan dua minggu setelah bunga terakhir mekar dan pada dua minggu setelah bunga terakhir mekar dengan tiga minggu setelah bunga terakhir mekar tidak terdapat korelasi genetik dan fenotipik.
Efek Mulsa Pada Variabilitas Genetik dan Heritabilitas Ketahanan terhadap Ralstonia Solanacearum pada 13 Genotip Kentang di Dataran Medium Jatinangor , Ruchjaniningsih; Ridwan Setiamihardja; Murdaningsih H. K.; Wieny Marma Jaya
Zuriat Vol 13, No 2 (2002)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v13i2.6730

Abstract

Percobaan untuk mengevaluasi pengaruh mulsa terhadap variabilitas genetik dan heritabilitas karakter ketahanan penyakit layu bakteri pada 13 genotip kentang telah dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian, Unpad Jatinangor, Sumedang dari bulan juli 2001 sampai Oktober 2001. Percobaan ditata berdasarkan rancangan acak kelompok (RAK) yang diulang dua kali, dan 13 genotip kentang termasuk kultivar Granola sebagai perlakuan pada lingkungan bermulsa dan tanpa mulsa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada lingkungan bermulsa dan tanpa mulsa karakter awal terserang layu (%), dan tanaman terserang layu mempunyai variabilitas genetik luas. Variabilitas genetik di lingkungan bermulsa lebih luas daripada tanpa mulsa. Pada lingkungan bermulsa nilai duga heritabilitas tinggi terdapat pada karakter tanaman terserang layu (%), dan heritabilitas sedang pada karakter awal terserang layu. Pada lingkungan tanpa mulsa nilai duga heritabilitas tinggi terdapat pada karakter awal terserang layu, dan tanaman terserang layu. Nilai duga heritablitas di lingkungan tanpa mulsa lebih tinggi daripada bermulsa. Seleksi dapat dilakukan pada lingkungan tanpa mulsa untuk karater awal terserang layu dan karakter tanaman terserang layu. Lingkungan bermulsa berpengaruh lebih baik pada karatker-karakter yang diamati. Pada lingkungan bermulsa Klon 104, AGB 69.1, Klon 16, FBA, Klon 106, Klon 101, dan Klon 102 paling lambat terserang penyakit bakteri layu dan Klon 104, Klon C, AGB 69.1, Klon 16, FBA, dan Klon 101 mempunyai tanaman terserang layu (%) terendah. Untuk tingkat ketahanan terhadap penyakit layu, genotip Klon 101 termasuk tahan dan Klon 104, Klon C, Klon A, Klon 16, dan FBA termasuk agak tahan terhadap R. solanacearum pada kedua lingkungan berbeda.
Diteksi Tingkat Heterosigositas dan Variasi Alil 73 Genotip Jagung Melalui Marka SSRs (Simple Sequence Repeats) M. B. Pabendon; Murdaningsih H. K.; A. Baihaki; G. Suryatmana
Zuriat Vol 15, No 1 (2004)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v15i1.6814

Abstract

Identifikasi 73 genotipe jagung untuk mengetahui tingkat heterosigositas dan variasi alil dengan menggunakan marka 30 SSRs telah dilakukan. Persentase heterosigositas menunjukkan 36 genotip, sebagian besar genotip yang dibuat di Indonesia, kemurniannya kurang dari 80% yang ditunjukkan oleh munculnya 2 sampai 4 alil per genotip. Ada 37 genotip dan 6 genotip standard dari CIMMYT yang dianalisis lebih lanjut. Skoring alil dilakukan berdasarkan sequencered-based, alil standard (yang diperoleh dari laboratorium service AMBIONET). Dari total 43 genotip tersebut, diperoleh 145 alil dengan kisaran 2 sampai 8 alil per lokus dengan rata-rata 4.8 alil. Ditemukan juga 10 alil unik yaitu alil yang tidak ditemukan pada genotip-genotip yang telah dideteksi di AMBIONET. Nilai polimorfisme berkisar dari 0.21 (umc1161) sampai 0.97 (umc1196), dengan ratarata 0.62. Marka SSRs dapat bermanfaat dalam menentukan tingkat heterosigositas dan variasi alil yang bermanfaat dalam program pengembangan hibrida.
Pewarisan Karakter Umur Berbunga dan Ukuran Buah Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Ilma Hilmayanti; Winny Dewi W.; Murdaningsih H. K.; Mulyadi Rahardja; Neni Rostini; R. Setiamihardja
Zuriat Vol 17, No 1 (2006)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v17i1.6805

Abstract

Penelitian dilaksanakan dengan tujuan untuk mempelajari pewarisan karakter umur berbunga dan ukuran buah cabai merah dari populasi P1, P2, BCP1, BCP2, F1 dan F2 yang berasal dari persilangan cabai genotip nomor 605 dan RMG. Percobaan dilakukan di kebun Percobaan Fakultas Pertanian UNPAD Jatinangor dari Januari 2001 sampai Juli 2001, ditata dalam rancangan acak kelompok yang diulang tiga kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakter umur berbunga dan ukuran buah cabai yang terdiri dari diameter dan panjang buah tidak dipengaruhi oleh tetua betina. Umur berbunga diwariskan secara kualitatif. Pada karakter ini didapat adanya pengaruh gen sederhana yang bersifat duplikat resesif epistasis yang didukung oleh distribusi frekuensi populasi F2 yang diskontinyu. Heritabilitas arti luas karakter ini tergolong sedang dan heritabilitas arti sempitnya tergolong tinggi. Karakter ukuran buah (diameter dan panjang), diwariskan secara kuantitatif. Kedua karakter ini dikendalikan oleh banyak gen (poligenik) yang ditunjukkan oleh distribusi frekuensi F2 yang kontinyu. Heritabilitas arti luas untuk diameter dan panjang buah masing masing tergolong rendah dan sedang. Heritabilitas arti sempit diameter dan panjang buah adalah sedang.
Tanggap Dua Kultivar Lili terhadap Kombinasi Komposisi Media MS dan Gula Pasir Untuk Konservasi In Vitro Ayuning Kenyo P.; Murdaningsih H. K.; Tien Herawati; Juliati Satria Darsa
Zuriat Vol 13, No 2 (2002)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v13i2.6736

Abstract

Sebuah percobaan untuk mendapatkan media konservasi in vitro yang sesuai bagi kultivar Avignon dan kultivar Bergamo telah dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, dan berlangsung dari bulan Juni sampai awal Oktober 2001. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok pola faktorial dengan dua factor perlakuan dan tiga ulangan. Faktor pertama adalah kultivar, yaitu Avignon dan Bergamo. Faktor ke dua adalah media kultur yang terdiri dari media MS + 30 g.L-1 gula pasir, ½ MS + 60 g.L-1 gula pasir, ½ MS + 90 g.L-1 gula pasir, ¼ MS + 60 g.L-1 gula pasir dan ¼ MS + 90 g.L-1 gula pasir. Hasil percobaan menunjukkan adanya interaksi antara media kultur dengan kultivar yang digunakan untuk karakter pertambahan tinggi planlet dan pertambahan jumlah daun. Media kultur dan kultivar berpengaruh nyata secara mandiri terhadap karakter pertambahan jumlah bulblet, jumlah akar dan jumlah planlet tidak berakar. Media kultur ½ MS + 60 g.L-1 gula pasir mampu menghambat pertumbuhan kultivar Avignon dan media ½ MS + 90 g.L-1 gula pasir untuk kultivar Bergamo tanpa menyebabkan penampilan yang abnormal selama percobaan.
Korelasi Sifat Komponen Hasil Terhadap Hasil Genotipe-Genotipe F1 dan F1 Resiprokal Lima Tetua Kacang Hijau dalam Persilangan Dialil Ceciliany Permadi; Achmad Baihaki; Murdaningsih H. K.; Toto Warsa
Zuriat Vol 4, No 1 (1993)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v4i1.6648

Abstract

Penelitian bertujuan mengevaluasi nilai korelasi genotipik dan fenotipik sifat komponen hasil terhadap sifat hasil populasi F1 dan F1 resiprokal seri persilangan lima tetua kacang hijau dalam disain dialil, dan telah dilakukan di Desa Manggungharja, Kecamatan Ciparay, Kabupaten Bandung, dari bulan Juli sampai Desember 1988. Kelima genotipe tetua adalah Siwaik, No. 129, Bhakti, VC. 2750 A, dan VC, 3301 A. Percobaan dilaksanakan dalam rancangan acak kelompok yang diulang tiga kali. Hasil penelitian menujukkan bahwa sifat komponen hasil terpenting dalam menunjang program seleksi kacang hijau yang mempunyai hubungan yang paling erat dengan sifat hasill, adalah sifat jumlah polong per tanaman untuk populasi F1, dan sifat jumlah polong per tanaman serta jumlah biji per tanaman untuk populasi F1 resiprokal.
Variasi Pola Pita dHubungan Kekerabatan Nanas Berdasarkan Analisis Isozim S. Hadiati; Murdaningsih H. K.; Achmad Baihaki; Neni Rostini
Zuriat Vol 13, No 2 (2002)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v13i2.6728

Abstract

Balai Penelitian Tanaman Buah (Balitbu) Solok mempunyai 30 aksesi nanas yang berasal dari beberapa daerah di Jawa dan Sumatera dengan penampilan fenotipik bervariasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman pola pita dan jarak genetik atau hubungan kekerabatan 30 aksesi nanas berdasarkan isozim. Gel poliakrilamid digunakan untuk elektroforesis dengan enam system enzim (PER, PGM, ADH, MDH, SKDH, dan GPI). Rumus koefisien kemiripan Dice digunakan untuk menentukan kemiripan genetik antar 30 aksesi nanas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan kekerabatan 30 nomor aksesi nanas berdasarkan pola pita isozim PER, PGM, ADH, MDH, SKDH terdiri atas empat kelompok pada kemiripan genetik 0.63; enzim GPI adalah monomorfik. Antar klon Merah/pagar, Hijau dan Merah, Queen, Cayenne, serta dalam klon Queen dan Cayenne terdapat variasi pola pita. Antar klon Merah dan Hijau, serta dalam klon Merah, Hijau, dan Merah/Pagar tidak terdapat variasi pola pita.