Dewi, Ester Yunita
Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor

Published : 15 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

Prinsip-Prinsip Hidup yang Berkenan di Hadapan Tuhan dalam Pujian Penyembahan Menurut 2 Tawarikh 5-7 dan Aplikasinya bagi Orang Percaya Masa Kini Paulus Kunto Baskoro; Ester Yunita Dewi
JURNAL KADESI Vol. 3 No. 2 (2021)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (529.716 KB) | DOI: 10.54765/ejurnalkadesi.v3i2.5

Abstract

Praise and worship are the foundation of every believer’s live. In almost all aspects of the believer’s life, worship is contorted with praise. Praise of worship became the focus of ehaven and especially in Old Testament times, praise worship became the center of worship tog God. However, it is still not too focused on the life of worship and praise. Whereas in worship praise, Jesus was present and touched His people. Sometimes what happens praise worship also becomes a routine in achurch. Even the lives of believers are not in accordance with God’s Word, so God is not present in worship praise. Because it cannot be separated between the life of believer and the praise of worship. A life that is in holiness is and absolute requirement for praise and worship to be pleasing before God. The context of this discussion is focused on the praised and worship that Salomon did when consctrating the Temple, where the Lord was present. This study uses a descriptive method, which is to leanr about the Principles of Living A Good Life Before God in Praise and Worship According to 2 Chronicles 5-7 and its Application for Believers Today. The goal is that through writing, namely : First, believers understand how important praise and worship are; Second : believers understand and have an attitude of life that is pleasing before God in praising and worshiping Him; Third, God is present in the worship of every believers.
Strategi Pelayanan Bersama “Penginjilan” bagi dan melalui Kaum Muda Berdasarkan Matius 28:19-20 Ester Yunita Dewi
JURNAL KADESI Vol. 3 No. 2 (2021)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (628.321 KB) | DOI: 10.54765/ejurnalkadesi.v3i2.6

Abstract

Dunia pemuda adalah dunia yang mulai diwarnai dengan krisis dan permasalah-permasalah pemuda dalam rangka menuju kepada kemandirian dan kedewasaan. Masa pemuda secara psikologis sekitar umur 20-30 belum dapat dipastikan mereka semua sudah memiliki kestabilan dalam segala aspek kehidupan, salah satunya adalah dalam hal kerohanian. Mereka memerlukan kehidupan kerohanian yang stabil. Kehidupan kerohanian yang stabil bagi pemuda dapat menjadi kekuatan dalam menghadapi persoalan yang nyata dalam kehidupan sehari-hari yakni berkaitan dengan citra diri, jodoh, pergaulan dan pekerjaan. Namun, sebaliknya keadaan kerohanian yang kurang atau tidak stabil dapat membawa pemuda terjebak dalam kesulitan saat menghadapi krisis dan permasalah dalam rangka menuju kepada kemandirian dan kedewasaan. Bila kehidupan rohaninya kurang stabil persoalan karena keempat hal tersebut dapat menimbulkan masalah baru yang bagi dirinya dapat menjadi masalah serius atau tidak seperti suatu masalah, tetapi menimbulkan masalah bagi orang lain. Mereka perlu dijangkau dan dibawa kepada Kristus dan bagi yang sudah di dalam Kristus mereka perlu pembinaan untuk terlibat aktif dalam pelayanan kaum muda ini. Penginjilan adalah salah satu strategi yang cocok bagi pelayanan kaum muda. Pelayanan penginjilan sangat relevan bagi kaum muda dan dilakukan oleh kaum muda juga. Kaum muda memiliki banyak kreatifitas, waktu, kesempatan dan lainnya untuk melaksanakan strategi pelayanan ini. Tujuan penelitian secara rinci adalah (1) menjelaskan perihal menanamkan kesadaran penginjilan pada pemuda, (2) menguraikan strategi dalam memperlengkapi pemuda dengan pelajaran penginjilan dan (3) menguraikan kegiatan-kegiatan penginjilan bersama. Penelitian dengan pendekatan kualitatif-deskriptif pada karya ilmiah ini dilakukan terhadap teks Matius 28:19-20 dan kepustakaan yang memuat data-data yang dapat mendukung penerapan pelayanan penginjilan bagi dan melalui kaum muda.
Peran Pemuridan bagi Kebangkitan Pemimpin Rohani Baru dalam Gereja Masa Kini Paulus Kunto Baskoro; Ester Yunita Dewi; Yonatan Alex Arifianto
THEOLOGIA INSANI: Jurnal Theologia, Pendidikan, dan Misiologia Integratif Vol. 1 No. 1 (2022): Januari
Publisher : STAK Reformed Remnant Internasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (279.217 KB) | DOI: 10.58700/theologiainsani.v1i1.9

Abstract

Kepemimpinan merupakan kunci sebuah kegerakan. Kepemimpinan yang maksimal akan membuat kegerakan yang luar biasa. Khususnya dalam kepemimpinan gereja. Gereja menjadi tempat yang paling esensi untuk setiap orang percaya bertumbuh dewasa rohani dan maksimal dalam karunia-karunia rohani. Itu sebabnya pemimpin-pemimpin dalam gereja harus pemimpin-pemimpin yang memahami sebuah kegerakan gereja Tuhan. Gembala sidang menjadi sentral kepemimpinan yang akan memunculkan pemimpin-pemimpin baru dalam sebuah gereja. Munculnya pemimpin-pemimpin baru akan mempercepat kegerakan gereja lokal dan membawa dampak yang besar bagi gereja. Namun tidak bisa dipungkiri ada beberapa masalah yang terjadi dalam kepemimpinan gereja, yaitu terlambatnya sebuah regenerasi kepemimpinan, kebesaran hati pemimpin gereja untuk mendelegasikan kepemimpinan, dan strategi pemuridan yang tidak terlaksana dengan baik. Untuk mendapatkan data-data yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan, dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penulisan deskriptif literatur. Tujuan penulisan adalah; Pertama, untuk memberikan terobosan baru bagi setiap gereja agar menjadi maksimal dalam membangkitkan pemimpin-pemimpin rohani yang baru; Kedua, menyediakan strategi yang efektif dalam pemuridan gereja lokal; Ketiga, menjadikan gereja menjadi maksimal dalam kegerakan rencana Allah.
Keilmuan Pendidikan Agama Kristen Arthinda Arthur Sailendra; Ester Yunita Dewi
JURNAL KADESI Vol. 4 No. 2 (2023): Volume 4. No. 2. 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54765/ejurnalkadesi.v4i2.32

Abstract

Pendidikan Agama Kristen terus berkembang dan dilaksanakan dari generasi ke generasi bukan hanya karena perintah Tuhan semata-mata (Ul.6), tetapi menjadi suatu kebutuhan bagi gereja dan perlu juga di selenggarakan di sekolah. Keberlanjutan pendidikan ini membuktikan bahwa pelaksanaan pendidikan ini bukan hanya karena perintah Tuhan seperti disebutkan di atas tetapi karena pendidikan Kristen memenuhi kriteria sebagai ilmu, yang dapat dipelajari keabsahannya. Pembahasan keilmuan pendidikan Agama Kristen meliputi hakekat dan ciri-ciri suatu subyek pelajaran dikatakan sebagai ilmu, dalam hal ini pendidikan Agama Kristen. Dalam penelitian ini juga akan menyinggung hubungan pendidikan Agama Kristen dan ilmu filsafat khususnya secara Kristen dan juga membuktikan landasan Alkitab yang dipakai dalam pendidikan Kristen. Hasil penelitian terhadap keilmuan pendidikan Agama Kristen sebagai berikut: Pertama, pendidikan Kristen adalah Suatu Ilmu, yaitu memiliki Obyek peserta didik, metode, yaitu metode induktif yang adalah suatu metode yang tepat yang dapat dipakai untuk mempelajari Alkitab guna mendapatkan kebenaran dan penyajian kebenaran. Syarat suatu ilmu yang tidak boleh dilupakan adalah menyajikan kebenaran, dan kebenaran tersebut harus siap dan dapat diuji. Alkitab sebagai bahan sumber ajar telah memenuhi hal ini. Alkitab menyajikan kebenaran yang dapat diuji secara natural maupun supranatural.Kedua, pandangan Para Tokoh Pendidikan Kristen memberikan kesimpulan bahwa Alkitab adalah sumber yang dapat dipakai sebagai bahan penyelidikan bagi filsafat pendidikan Kristen yang teruji menyajikan kebenaran. Ketiga, Alkitab menjadi landasan Keilmuan Pendidikan Agama Kristen, yaitu nats dalam 2 Timotius 3:16, yang berbunyi, Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan dan untuk memperbaiki kelakuan dan untuk menyatakan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Nats tersebut memberikan pernyataan yang jelas dan tegas mengenai keilmuan pendidikan Kristen menyatakan theoria, praksis dan poiesis bukan hanya kata-kata dalam nats tersebut, tetapi keseluruhan segala tulisan yang diilhamkan Allah, yaitu Kitab Suci atau Alkitab itu sendiri.
Implikasi Integritas bagi Guru Kristen Ester Yunita Dewi; Arthinda Arthur Sailendra
JURNAL KADESI Vol. 6 No. 2 (2024): Volume 6 Nomor 2 Juni 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54765/ejurnalkadesi.v6i2.94

Abstract

Integrity is a term that has become familiar because everyone in all professionsstrives to have good integrity, including Christian teachers. The integrity that people pursueand possess is generally the same as the integrity that Christian teachers also pursue andpossess. Problems related to integrity arise, because there are cases found both in the massmedia or social media and in the community regarding teacher integrity. Teachers who donot maintain integrity can damage their own reputation as a teacher. Teachers who areeducated individuals and certainly know the need for integrity within themselves. However,even though we know that integrity is good and must be possessed, it cannot be denied thatthere are teachers who deliberately ignore it for the sake of certain interests. The results ofresearch on the implications of the integrity of Bible figures for Christian teachers are asfollows: First, integrity is a characteristic possessed by someone who has been able todevelop his personality in such a way as to achieve a high level of development, balancedand integrated between various aspects of himself: physical, psychological, social andspiritual. Integrity can be interpreted as honesty and conformity between values andbehavior. Values and behavior will be compatible if spirituality leads the behavior. Second,the definition of integrity is very perfect and it is impossible for humans to have it, but if youpay close attention, Daniel, Paul, Ruth, Barnabas and several other Bible figures can havegood integrity. Third, nothing is impossible for a Christian teacher, especially with sincerity,surrender and offering it for the glory of God's name. Have commitment and consistency andmaintain honesty and conformity between values and behavior based on the truth of God'sword. The Holy Spirit will give strength and sensitivity so that we can maintain a balance ofbelief between words and deeds.
The Role of Christian Religious Education Teachers in Fostering a Sense of National Unity and Integrity in Junior High School Students in Tanah Sereal-Bogor based on Romans 15:5-7 Yosrina Nainggolan; Ester Yunita Dewi
Green Philosophy: International Journal of Religious Education and Philosophy Vol. 1 No. 3 (2024): International Journal of Religious Education and Philosophy
Publisher : International Forum of Researchers and Lecturers

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.70062/greenphilosophy.v1i3.33

Abstract

The Christian Religious Education teacher plays a strategic role in shaping students' understanding of the importance of living in harmony and peace, despite different backgrounds. However, in practice, not all Christian Religious Education teachers are able to effectively integrate teachings about unity and solidarity. The role of Christian Religious Education teachers in fostering a sense of national unity among Junior High School Tanah Sereal-Bogor students is crucial, especially in the context of Indonesia's diversity. This study aims to examine the strategic role of Christian Religious Education teachers based on guidelines derived from Romans 15:5-7. The research will use a qualitative approach, exploring the role of Christian Religious Education teachers in fostering a sense of national unity among Junior High School Tanah Sereal-Bogor students based on the teachings of Romans 15:5-7. The results show that the implementation of teachings from Romans 15:5-7 in the Christian Religious Education curriculum can have a significant impact on shaping students' characters to have attitudes of national unity and solidarity. Thus, Christian Religious Education teachers act as agents of change who can strengthen the sense of national unity through education based on Christian values.
Peran Teknologi Pembelajaran pada Desain Pembelajaran Rajiman Andrianus Sirait; Ester Yunita Dewi
Jurnal Budi Pekerti Agama Kristen dan Katolik Vol. 2 No. 4 (2024): Jurnal Budi Pekerti Agama Kristen dan Katolik
Publisher : Asosiasi Riset Pendidikan Agama dan Filsafat Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61132/jbpakk.v2i4.773

Abstract

In the digital era, technology plays an important role in designing learning that is more interactive, personalised and adaptive. This research examines the role of learning technology in learning design through a qualitative approach based on a literature review. The use of technology, such as Learning Management Systems (LMS), virtual reality (VR), and artificial intelligence (AI), shows potential to increase student engagement as well as provide a more flexible learning experience. Blended learning approaches are also proven to increase engagement and provide flexibility in the learning process. In addition, technology supports competency-based learning that enables real-time evaluation of student progress through learning analytics. However, there are challenges in implementing technology, such as the digital divide, teacher readiness, and infrastructure limitations. Therefore, the successful integration of technology in learning design requires support from educational institutions and policies to provide adequate training for teachers and appropriate technology infrastructure. This study concludes that technology integration in learning design provides significant benefits in improving learning quality, but still requires a systematic and adaptive approach.
Pengaruh Teologi Ibadah Kontekstual dan Pemuridan terhadap Pertumbuhan Jemaat Ivone Sri Wengkau; Tonny Andrian Stefanus; Ester Yunita Dewi
Jurnal Filsafat dan Teologi Katolik Vol. 8 No. 1 (2024): Jurnal Filsafat dan Teologi Katolik
Publisher : STIKAS Santo Yohanes Salib Kalimantan Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58919/juftek.v8i1.162

Abstract

This research examines the application of contextual theology in the organisation of worship and the discipleship process as an effort by the church to remain relevant in the face of social and cultural dynamics and the times. Through a comprehensive literature review, this research integrates various theories and models, including translation, anthropology, praxis, synthetic, and transcendental models, to reveal how the church can translate the teachings of the Christian faith adaptively and thoroughly. Contextualised worship does not only serve as a religious ritual, but also as a means of interaction between faith and the daily life of the congregation, thus encouraging active engagement and continuous spiritual growth. In addition, structured and holistic discipleship has proven effective in shaping character, faith maturity, and spiritual leadership, through the integration of spiritual, intellectual, and emotional aspects. The research also discusses the evolution of worship practices from the Old Testament to the New Testament, as well as identifying contemporary challenges such as the shift between traditional and modern worship. The results show that the implementation of church principles that are constantly renewed is key to success in maintaining fidelity to biblical values while remaining responsive to changing times. Future research recommendations include empirical studies across different cultural backgrounds, comparative analysis of contextual worship models, evaluation of discipleship programmes, and exploration of technology integration in worship settings. The findings make a significant contribution to the development of church practices that are inclusive, adaptive, and able to build vibrant communities of faith that are responsive to today's global challenges. The research also highlights the importance of inter-generational dialogue and community strengthening through innovative ministry activities, thereby encouraging positive social transformation and supporting the sustainability of the church's mission in an era of complex globalisation. The findings affirm the commitment of the real church.
Pandangan Efesus 4:11-16: Kepemimpinan Pelayanan yang Terdepan di Era Digital Rajiman Andrianus Sirait; Timotius Sukarna; Ester Yunita Dewi
Jurnal Silih Asah Vol. 1 No. 1 (2024): Februari: Jurnal Silih Asah
Publisher : LPPM - STT Kadesi Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54765/silihasah.v1i1.5

Abstract

This article explores in depth the theological view of Ephesians 4:11-16, which details the role of leadership in ministry in the midst of the dynamics of the digital age. This article provides a strong foundation for understanding the importance of leaders in the development and guidance of trust communities in the era of modern technology. By blending biblical analysis and contemporary perspectives, this article presents the idea that effective ministry leaders in the digital age need to find a balance between spiritual wisdom and technological understanding. Ephesians 4:11-16 opens the door to in-depth reflection on the role and responsibility of ministry leaders in facing the challenges and opportunities of the digital age. Today's leaders are required not only to have solid spiritual wisdom, but also a profound understanding of technology. They need to be able to guide the trust community through the ever-expanding digital world. This article suggests that ministry leaders should blend Bible principles with contemporary understanding of technology. Leaders who can respond wisely to social and technological dynamics will be better able to build and guide their communities. This balance creates room for spiritual growth while remaining connected to the reality of the digital world. Thus, this article stimulates thinking about how service leaders can be effective agents of change in the digital age, by combining intellectual wisdom and technological understanding to empower community beliefs towards sustainable relevance and impact.
Implementasi belajar Alkitab berdasarkan 2 Timotius 3:15 pada Pertumbuhan Kerohanian Anak di Antioch Mission Church Tangerang Apliana Lali Pora; Ester Yunita Dewi; Elianus Telaumbanua
Jurnal Silih Asah Vol. 1 No. 2 (2024): Agustus : Jurnal Silih Asah
Publisher : LPPM - STT Kadesi Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54765/silihasah.v1i2.55

Abstract

Anak-anak adalah anugerah terindah dari Tuhan yang harus dididik, dibina dan diajar sejak kecil. Didikan sejak kecil akan menjadi fondasi yang kuat bagi anak-anak dalam menjalani hidup mereka. Penelitian ini bertujuan untuk menguraikan bagaiman impelementasi belajar Alkitab pada anak berdasarkan 2 Timotius 3:15 dan menguraikan bagaimana kitab 2 Timotius 3:15 menjadi dasar bagi pertumbuhan kerohanian anak di Gereja Antioch Mission Church Tangerang. Adapun permasalahan dalam penelitian ini, melliputi kurangnya waktu anak dalam belajar Alkitab, kurangnya pemahaman dan pengetahuan anak tentang Firman Tuhan, serta pengaruh media sosial dan teknologi yang menjadi penghambat bagi anak-anak dalam membangun kerohanian mereka. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pengumpulan data melalui observasi, wawancara, studi dokumen, dan studi Pustaka. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa Implementasi belajar Alkitab pada anak sangat berdampak bagi pertumbuhan kerohani anak di Gereja Antioch Mission Church Tangerang. Melalui belajar Alkitab sejak dini, membantu anak-anak mengenal Tuhan Yesus Kristus, mampu memberikan mereka hikmat dan menuntun mereka kepada keselamatan oleh iman dalam Yesus Kristus. Untuk mengajarkan Alkitab pada anak, orang tua, guru sekolah minggu, dan gereja sangat berperang penting dalam membimbing, membina dan membentuk anak-anak untuk bertumbuh dalam pengenalan akan Tuhan Yesus Kristus dengan benar.