Kebutuhan benih ascalonicum di Indonesia secara bertahap meningkat setiap tahunnya. Namun, kebutuhan benih ini tidak dapat dipenuhi oleh produksi benih dari segi jumlah. Saat ini, produksi benih untuk budidaya hanya berasal dari produksi umbi, sehingga jumlah umbi yang dihasilkan berfluktuasi setiap panennya, terutama dipengaruhi oleh varietas tanaman. Metode alternatif untuk menyediakan produksi benih, dimulai dengan benih organ botani dari tanaman pada tahun 2017. Umbi yang diharapkan akan digantikan dengan tanaman biji (True Seeds Shallot) yang memiliki banyak keunggulan dalam budidaya tanaman. Teknologi budidaya TSS perlu dikaji secara mendalam untuk mengetahui bagaimana sisi agronomis yang dapat meningkatkan perbanyakan benih, termasuk kebutuhan bahan organik dan nutrisi. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan jenis bahan organik dan penambahan pupuk organik yang tepat untuk meningkatkan produksi umbi. Hipotesis dari penelitian ini adalah penambahan bahan organik dan pupuk anorganik pada dosis tertentu dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan umbi bawang merah. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret hingga Juni 2019 di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Karang Ploso, Malang. Terdapat 12 perlakuan dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) tiga kali ulangan dan setiap perlakuan terdiri dari 9 sampel. Teridiri dari 4 perlakuan jenis pupuk kandang: P1 (pupuk kandang kambing), P2 (pupuk kadang sapi), P3 (pupuk kandang kelinci), P4 (pupuk kandang ayam), serta 3 perlakuan dosis pupuk NPK: N1 (NPK 300 kg ha-1), N2 (NPK 400 kg ha-1), N3 (NPK 500 kg ha-1). Alat yang digunakan adalah cangkul, gembor, tugal, spidol, gunting, papan label, timbangan analitik, roll meter, penggaris, cetok, gembor, kamera, alat tulis pupuk NPK (16:16:16) dan beberapa jenis pupuk kandang.