Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

Molecular characteristic and pathogenicity of Indonesian H5N1 clade 2.3.2 viruses NLPI, Dharmayanti; R, Hartawan; DA, Hewajuli; ., Hardiman; H, Wibawa; ., Pudjiatmoko
Indonesian Journal of Animal and Veterinary Sciences Vol 18, No 2 (2013)
Publisher : Indonesian Animal Sciences Society

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (385.603 KB) | DOI: 10.14334/jitv.v18i2.309

Abstract

The outbreak of disease in late 2012 in Indonesia caused high duck mortality. The agent of the disease was identified as H5N1 clade 2.3.2. The disease caused economic loss to the Indonesian duck farmer. The clade 2.3.2 of H5N1 virus has not previously been identified, so this study was conducted to characterize 4 of H5N1 clade 2.3.2 viruses by DNA sequencing in eight genes segment virus namely HA, NA, NS, M, PB1, PB2, PA and NP.  The pathogenicity test of clade 2.3.2 viruses in ducks was compared to clade 2.1.3 viruses which predominat circulating in Indonesia. Results of phylogenetic tree analysis showed that the four of clade 2.3.2 viruses isolated in 2012 was the new introduced virus from abroad. Further analysis showed eight genes were in one group with the clade 2.3.2 viruses, especially those from VietNam and did not belong to Indonesia viruses group. The pathogenicity test in ducks showed that virus H5N1 clade 2.3.2 and clade 2.1.3 have similar clinical symptoms and pathogenicity and cause death in 75% of ducks on days 3-6 after infection. Key Words: H5N1 Virus, Clade 2.3.2, Clade 2.1.3, Phylogenetic Tree, Pathogenecity
CAMPURAN BERASPAL PORUS DWILAPISAN SEBAGAI LAPIS PERMUKAAN JALAN YANG RAMAH LINGKUNGAN DI PERKOTAAN ., Hardiman
Jurnal Transportasi Vol 8, No 2 (2008)
Publisher : Jurnal Transportasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (363.545 KB)

Abstract

Abstract The pleasurable of driving on roads with high level of safety is expected by all road users in developed and developing countries. Communities who live in big cities near to road crossings definitely do not expect noise that which could disturb their daily lives. In this paper, several research findings will be presented related to double layer porous asphalt, in laboratory as well as its application, in some developed countries. It is shown that the use of finer upper layer with less thickness could function as noise reducer. In addition, the double layer porous asphalt has the level of noise very much lower than those of other conventional asphalts. However, the porous asphalt needs maintenance to prevent its void from clogging of debris and other small materials. Another factor that could reduce its service life is the influence of over-loaded vehicles which causes the voids become smaller. Keywords: Double layer porous asphalt, environment, noise, voids and permeability.
PENGARUH PEMILIHAN GRADASI TERHADAP FAKTOR PELAKSANAAN PEKERJAAN (WORKABILITY) CAMPURAN BERASPAL PORUS ., Hardiman
Jurnal Transportasi Vol 5, No 1 (2005)
Publisher : Jurnal Transportasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (73.962 KB)

Abstract

Abstrak Mudah tidaknya pelaksanaan suatu pekerjaan pengaspalan di lapangan, seperti pencampuran, penghamparan, dan pemadatan sangat terkait dengan faktor pemilihan material, peralatan (equipment), dan kondisi alam setempat. Hasil akhir campuran aspal porus yang diinginkan, antara lain, adalah kemampuan alir air yang tinggi, stabilitas yang mencukupi, tahan terhadap disintegrasi, dan mudah dalam pelaksanaan pekerjaan. Dalam makalah ini akan diperlihatkan pengaruh pemilihan gradasi terhadap faktor pelaksanaan pekerjaan campuran beraspal porus. Faktor pelaksanaan pekerjaan ini biasanya di tentukan dari hasil uji pemadatan di laboratorium. Parameter yang digunakan adalah Workability Index (WI), yang dihitung berdasarkan hubungan antara nilai rongga (voids) dalam campuran dengan putaran alat gyropac. Nilai WI yang tinggi menandakan campuran lebih mudah dalam pelaksanaan. Bagaimanapun, hasil pengamatan terhadap kemampuan alir air (permeability) dan stabilitas campuran beraspal porus juga diperlihatkan. Semua pengujian dilakukan di laboratorium Material Jalan dan Transportasi, Universiti Sains Malaysia (USM), Penang. Ada tiga jenis gradasi yang diamati, yaitu gradasi-gradasi yang menggunakan variasi ukuran maksimum agregat kasar 20, 14, dan 10 mm. Seluruh campuran menggunakan jenis bahan pengikat semen aspal penetrasi 60/70. Campuran dipadatkan dengan alat pemadat gyropac buatan Australia. Besarnya beban sumbu yang digunakan adalah 240 kPa dengan jumlah dan sudut putaran masing-masing 300 putaran dan 2°. Hasil uji memperlihatkan bahwa rongga dalam campuran beraspal porus terus berkurang seiring dengan bertambahnya jumlah putaran. Dengan ekstrapolasi dapat ditentukan nilai rongga pada putaran nol untuk setiap jenis campuran yang digunakan, sehingga diperoleh nilai WI 2,5; 2,70; 2,78 yang masing-masing mewakili campuran beraspal porus yang terbuat dari agregat kasar dengan ukuran maksimum 20, 14, dan 10 mm. Terdapat peningkatan nilai WI bila menggunakan agregat yang yang lebih halus. Naiknya nilai WI campuran beraspal porus yang terbuat dari agregat kasar dengan ukuran maksimum 10 mm menandakan bahwa jenis ini lebih mudah dalam pelaksanaan, seperti proses pencampuran, penghamparan, dan pemadatan bila dibandingkan dengan jenis campuran beraspal porus lainnya. Hasil uji juga memperlihatkan adanya kenaikan nilai permeabilitas campuran beraspal porus bila menggunakan agregat yang lebih kasar, tetapi nilai stabilitas campuran akan menurun.  Kata-kata kunci: campuran beraspal porus, permeability, stability, workability index.
APPLICATION OF CANTABRIAN AND BINDER DRAINAGE TESTS IN DESIGNING OF POROUS ASPHALT BINDER CONTENT ., Hardiman
Jurnal Transportasi Vol 4, No 2 (2004)
Publisher : Jurnal Transportasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (95.422 KB)

Abstract

Abstract Traditional mix design methods which normally incorporate the Marshall test are not appropriate to design porous asphalt because of the insensitivity of the Marshall stability values to variations in binder content. It is therefore appropriate specify the design binder content (DBC) for porous asphalt rather than the optimum binder content. The design binder content incorporates an upper and a lower limit. The lower limit of the DBC can be dictated by requirements to resist disintegration while the upper limit is specified to limit binder drainage yet maintaining a porous structure that would promote permeability. This paper presents the results of a laboratory investigation to determine design binder content for porous asphalt. Three gradations were tested each made up of 10, 14 and 20 mm maximum aggregate size. Two types binder was used, conventional 60/70 pen bitumen, and styrene butadiene styrene (SBS) modified bitumen. Based on the drainage test, target binder content as the upper limit content for SBS is higher than the base bitumen 60/70. These values will be lower when the maximum aggregate size is increased. Generally, the abrasion loss decreases as the binder content increases while the curve slopes downward and becomes flatter when a certain percentage of bitumen is exceeded. It was found that design binder contents corresponding to 10, 14 and 20 mm maximum aggregate size equal 5.4%, 5.0% and 4.5% respectively for conventional binder and 5.7%, 5.2% and 4.6% for SBS binder. However, the DBC content for SBS is higher from conventional binder.Key words: porous asphalt, binder drainage, cantabrian, design binder content
CAMPURAN BERASPAL PORUS DWILAPISAN SEBAGAI LAPIS PERMUKAAN JALAN YANG RAMAH LINGKUNGAN DI PERKOTAAN ., Hardiman
Jurnal Transportasi Vol 8, No 2 (2008)
Publisher : Jurnal Transportasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (363.545 KB) | DOI: 10.26593/jt.v8i2.1838.%p

Abstract

Abstract The pleasurable of driving on roads with high level of safety is expected by all road users in developed and developing countries. Communities who live in big cities near to road crossings definitely do not expect noise that which could disturb their daily lives. In this paper, several research findings will be presented related to double layer porous asphalt, in laboratory as well as its application, in some developed countries. It is shown that the use of finer upper layer with less thickness could function as noise reducer. In addition, the double layer porous asphalt has the level of noise very much lower than those of other conventional asphalts. However, the porous asphalt needs maintenance to prevent its void from clogging of debris and other small materials. Another factor that could reduce its service life is the influence of over-loaded vehicles which causes the voids become smaller. Keywords: Double layer porous asphalt, environment, noise, voids and permeability.
PENGARUH PEMILIHAN GRADASI TERHADAP FAKTOR PELAKSANAAN PEKERJAAN (WORKABILITY) CAMPURAN BERASPAL PORUS ., Hardiman
Jurnal Transportasi Vol 5, No 1 (2005)
Publisher : Jurnal Transportasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (73.962 KB) | DOI: 10.26593/jt.v5i1.1778.%p

Abstract

Abstrak Mudah tidaknya pelaksanaan suatu pekerjaan pengaspalan di lapangan, seperti pencampuran, penghamparan, dan pemadatan sangat terkait dengan faktor pemilihan material, peralatan (equipment), dan kondisi alam setempat. Hasil akhir campuran aspal porus yang diinginkan, antara lain, adalah kemampuan alir air yang tinggi, stabilitas yang mencukupi, tahan terhadap disintegrasi, dan mudah dalam pelaksanaan pekerjaan. Dalam makalah ini akan diperlihatkan pengaruh pemilihan gradasi terhadap faktor pelaksanaan pekerjaan campuran beraspal porus. Faktor pelaksanaan pekerjaan ini biasanya di tentukan dari hasil uji pemadatan di laboratorium. Parameter yang digunakan adalah Workability Index (WI), yang dihitung berdasarkan hubungan antara nilai rongga (voids) dalam campuran dengan putaran alat gyropac. Nilai WI yang tinggi menandakan campuran lebih mudah dalam pelaksanaan. Bagaimanapun, hasil pengamatan terhadap kemampuan alir air (permeability) dan stabilitas campuran beraspal porus juga diperlihatkan. Semua pengujian dilakukan di laboratorium Material Jalan dan Transportasi, Universiti Sains Malaysia (USM), Penang. Ada tiga jenis gradasi yang diamati, yaitu gradasi-gradasi yang menggunakan variasi ukuran maksimum agregat kasar 20, 14, dan 10 mm. Seluruh campuran menggunakan jenis bahan pengikat semen aspal penetrasi 60/70. Campuran dipadatkan dengan alat pemadat gyropac buatan Australia. Besarnya beban sumbu yang digunakan adalah 240 kPa dengan jumlah dan sudut putaran masing-masing 300 putaran dan 2°. Hasil uji memperlihatkan bahwa rongga dalam campuran beraspal porus terus berkurang seiring dengan bertambahnya jumlah putaran. Dengan ekstrapolasi dapat ditentukan nilai rongga pada putaran nol untuk setiap jenis campuran yang digunakan, sehingga diperoleh nilai WI 2,5; 2,70; 2,78 yang masing-masing mewakili campuran beraspal porus yang terbuat dari agregat kasar dengan ukuran maksimum 20, 14, dan 10 mm. Terdapat peningkatan nilai WI bila menggunakan agregat yang yang lebih halus. Naiknya nilai WI campuran beraspal porus yang terbuat dari agregat kasar dengan ukuran maksimum 10 mm menandakan bahwa jenis ini lebih mudah dalam pelaksanaan, seperti proses pencampuran, penghamparan, dan pemadatan bila dibandingkan dengan jenis campuran beraspal porus lainnya. Hasil uji juga memperlihatkan adanya kenaikan nilai permeabilitas campuran beraspal porus bila menggunakan agregat yang lebih kasar, tetapi nilai stabilitas campuran akan menurun.  Kata-kata kunci: campuran beraspal porus, permeability, stability, workability index.
APPLICATION OF CANTABRIAN AND BINDER DRAINAGE TESTS IN DESIGNING OF POROUS ASPHALT BINDER CONTENT ., Hardiman
Jurnal Transportasi Vol 4, No 2 (2004)
Publisher : Jurnal Transportasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (95.422 KB) | DOI: 10.26593/jt.v4i2.1770.%p

Abstract

Abstract Traditional mix design methods which normally incorporate the Marshall test are not appropriate to design porous asphalt because of the insensitivity of the Marshall stability values to variations in binder content. It is therefore appropriate specify the design binder content (DBC) for porous asphalt rather than the optimum binder content. The design binder content incorporates an upper and a lower limit. The lower limit of the DBC can be dictated by requirements to resist disintegration while the upper limit is specified to limit binder drainage yet maintaining a porous structure that would promote permeability. This paper presents the results of a laboratory investigation to determine design binder content for porous asphalt. Three gradations were tested each made up of 10, 14 and 20 mm maximum aggregate size. Two types binder was used, conventional 60/70 pen bitumen, and styrene butadiene styrene (SBS) modified bitumen. Based on the drainage test, target binder content as the upper limit content for SBS is higher than the base bitumen 60/70. These values will be lower when the maximum aggregate size is increased. Generally, the abrasion loss decreases as the binder content increases while the curve slopes downward and becomes flatter when a certain percentage of bitumen is exceeded. It was found that design binder contents corresponding to 10, 14 and 20 mm maximum aggregate size equal 5.4%, 5.0% and 4.5% respectively for conventional binder and 5.7%, 5.2% and 4.6% for SBS binder. However, the DBC content for SBS is higher from conventional binder.Key words: porous asphalt, binder drainage, cantabrian, design binder content
KAJIAN GEDUNG PARKIR DI JALAN GAJAH MADA PONTIANAK ., Hardiman; Suyono, Rudi; ., Said
Jurnal Mahasiswa Teknik Sipil Universitas Tanjungpura Vol 1, No 1 (2015): JURNAL MAHASISWA TEKNIK SIPIL UNTAN
Publisher : Jurnal Mahasiswa Teknik Sipil Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bagi daerah perkotaan, perkembangan kota dan pertambahan jumlah kendaraan merupakan dua hal yang berkaitan satu sama lain. Jumlah kendaraan yang semakin hari terus bertambah, sementara tempat-tempat untuk menyimpan atau memarkir sangatlah terbatas serta sulit untuk diperluas. Penggunaan fasilitas jalan misalnya badan jalan untuk parkir kendaraan  akibat adanya sentra ekonomi yang secara efektif mengurangi lebar jalan, yang dapat mengakibatkan kemacetan dan perlambatan kendaraan. Penelitian ini diawali dengan survei awal (observasi), dengan tujuan untuk mengetahui kondisi nyata lokasi pengamatan. Hal ini dilakukan guna menyusun strategi dalam pengumpulan data primer, antara lain penentuan lokasi, penempatan surveyor dan penentuan waktu pengamatan. Pada survei awal (observasi) dilakukan pengenalan dan pembagian lokasi survei menjadi beberapa bagian, diantaranya didapat 6pembagian blok yaitu pada Blok 1 (Jl. Gajah Mada yang memiliki panjang 109,07 m), Blok 2 (Jl. Gajah Mada yang memiliki panjang 54,95 m), Blok 3 (Jl. Gajah Mada yang memiliki panjang 235,99  m),  Blok 4 (Jl. Gajah Mada yang memiliki panjang 148,23 m), Blok 5 (JL. Gajah Mada yang memiliki panjang 160,22 m), dan Blok 6 (JL. Gajah Mada yang memiliki panjang 176,42 m).Setelah survei awal dilakukan maka dilanjutkan dengan survei utama meliputi survei jumlah kendaraan parkir, plat nomor kendaraan, jenis kendaraan dan survei wawancara. Hasil dari analisa data survei pada lokasi penelitian Jalan Gajah Mada Pontianak (simpang Jalan veteran sampai simpang Jalan Letjen Soeprapto dan simpang Jalan Hijas sampai simpang Jalan Pahlawan) adalah berupa data akumulasi on street parking, yaitu pada Blok 1 akumulasi maksimum kendaraan mobil 5, motor 8. Blok 2 mobil 46.Blok 3 mobil 6.Blok 4 mobil 4.Blok 5 mobil 31, motor 22.Blok 6 mobil 24.Sedangkan jangka waktu parkir di kawasan studi adalah termasuk jangka waktu parkir singkat (kurang dari 1 jam).   Kata Kunci : on street parking, data akumulasi, off street parking
MEMBACA TUBUH GUSTI AYU KADEK MURNIASIH: REPRESENTASI SEKS, KEKERASAN, DAN KUASA LAKI-LAKI ., Hardiman
Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 2, No 1 (2013)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jish-undiksha.v2i1.1407

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan dan mendeskripsikan bentuk dan fungsi subject matter tubuh Gusti Ayu Kadek Murniasih dalam karya lukisannya; untuk mengungkapkan dan mendeskripsikan pula makna representasi seks, kekerasan, dan kuasa laki-laki dalam lukisan karya Gusti Ayu Kadek Murniasih. Penelitian kualitatif dengan pendekatan cultural studies ini, sebagaimana yang diringkus oleh teori-teori kritis, terutama diharapkan menghasilkan pembacaan konteks dengan tetap tidak mengabaikan pembacaan teks (visual). Penelitian ini memperoleh hasil: (1) Bentuk dan fungsi lukisan I Gusti Ayu Kadek Murniasih adalah turunan dari gaya Pengosekan. Ini ditandai dengan penggunaan kontur yang tegas sebagai pembagi unit-unit objek, bentuk berjejer dan repetisi, yang secara konviguratif menghasilkan susunan ornamen yang dekoratif. Murni menemukan idioleknya sendiri yang khas. (2) Tema lukisan Murni adalah persoalan seksual yang didorong oleh realitas biografinya yang mengalami peristiwa kekerasan fisik terhadap tubuhnya. Sebuah laku kekerasan yang memosisikan perempuan sebagai objek seksual bagi laki-laki.
APPLICATION OF CANTABRIAN AND BINDER DRAINAGE TESTS IN DESIGNING OF POROUS ASPHALT BINDER CONTENT Hardiman .
Jurnal Transportasi Vol. 4 No. 2 (2004)
Publisher : Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi (FSTPT)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (95.422 KB) | DOI: 10.26593/jtrans.v4i2.1770.%p

Abstract

Abstract Traditional mix design methods which normally incorporate the Marshall test are not appropriate to design porous asphalt because of the insensitivity of the Marshall stability values to variations in binder content. It is therefore appropriate specify the design binder content (DBC) for porous asphalt rather than the optimum binder content. The design binder content incorporates an upper and a lower limit. The lower limit of the DBC can be dictated by requirements to resist disintegration while the upper limit is specified to limit binder drainage yet maintaining a porous structure that would promote permeability. This paper presents the results of a laboratory investigation to determine design binder content for porous asphalt. Three gradations were tested each made up of 10, 14 and 20 mm maximum aggregate size. Two types binder was used, conventional 60/70 pen bitumen, and styrene butadiene styrene (SBS) modified bitumen. Based on the drainage test, target binder content as the upper limit content for SBS is higher than the base bitumen 60/70. These values will be lower when the maximum aggregate size is increased. Generally, the abrasion loss decreases as the binder content increases while the curve slopes downward and becomes flatter when a certain percentage of bitumen is exceeded. It was found that design binder contents corresponding to 10, 14 and 20 mm maximum aggregate size equal 5.4%, 5.0% and 4.5% respectively for conventional binder and 5.7%, 5.2% and 4.6% for SBS binder. However, the DBC content for SBS is higher from conventional binder.Key words: porous asphalt, binder drainage, cantabrian, design binder content