Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Etnomatematika dalam Budaya Berdompu pada Permainan Tradisional Engklek di Kalimantan Barat Surmiyanti, Cici; Mutia, Mutia; Nurhaliza, Syarifah
Juwara: Jurnal Wawasan dan Aksara Vol. 1 No. 1 (2021)
Publisher : Yayasan Pendidikan dan Pengembangan Harapan Ananda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (177.419 KB) | DOI: 10.58740/juwara.v1i1.9

Abstract

Abstrak Budaya dapat dijadikan sebagai sarana untuk belajar terutama dari kehidupan sehari-hari. Matematika erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, yaitu dapat dipelajari melalui budaya. Istilah matematika dalam budaya disebut dengan istilah etnomatematika. Setiap daerah memiliki budayanya masing-masing yang unik dan berbeda-beda dengan daerah yang lain. Di daerah Kabupaten Sanggau misalnya terdapat warisan budaya yang sudah turun temurun yaitu budaya berdompu, selain itu di daerah Kabupaten Melawi terdapat permainan tradisional engkelek. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi konsep matematika yang terdapat dalam budaya berdompu pada permainan tradisional engklek di daerah Kalimantan Barat, sehingga dapat dijadikan sumber belajar dalam pembelajaran metematika. Melalui penelitian yang sistematis,, eksplorasi, dan observasi, serta dengan dilakukan pendekatan etnografi, maka dapat disimpulkan bahwa konsep matematika yang terdapat dalam budaya berdompu pada permainan tradisional engklek di daerah Kalimantan Barat adalah konsep bangun data yang meliputi bangun datar segi empat dan lingkaran. Sehingga dapat disimpulkan bahwa etnomatematika dapat mempermudah siswa memahami permasalahan sehari-hari. Abstract Culture can be used as a means of learning, especially from everyday life. Mathematics is closely related to everyday life, which can be learned through culture. The term mathematics in culture is called ethnomatematics. Each region has its own culture that is unique and different from other regions. In the area of ??Sanggau Regency, for example, there is a cultural heritage that has been passed down from generation to generation, namely the dompu culture, besides that in the Melawi Regency area there is a traditional game of engkelek. The purpose of this study was to explore the mathematical concepts contained in the traditional culture of the cranks in West Kalimantan, so that they can be used as a learning resource in learning mathematics. Through systematic research, exploration, and observation, as well as with an ethnographic approach, it can be concluded that the mathematical concept contained in the dompu culture of the traditional crank game in West Kalimantan is the concept of building data which includes rectangular and circular flat shapes. So it can be concluded that ethnomatematics can make it easier for students to understand daily problems.
HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN, PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF (STUDI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TABUKAN) Nurhaliza, Syarifah; Mas’odah, Siti; Sajiman, Sajiman; Dewi, Zulfiana
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 6 No. 4 (2025): DESEMBER 2025
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v6i4.48824

Abstract

Pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif berperan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan bayi, namun implementasinya masih belum optimal. Kondisi ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk tingkat pendidikan, pengetahuan, dan sikap ibu. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan antara faktor-faktor tersebut dengan pemberian ASI eksklusif pada anak usia 6–12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Tabukan, Kabupaten Barito Kuala. Penelitian menggunakan desain observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional. Sampel diperoleh melalui teknik total sampling sebanyak 32 responden. Data dianalisis menggunakan uji korelasi Rank Spearman dengan tingkat kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar ibu memiliki pendidikan menengah (46,9%) dan mayoritas tidak bekerja (78,1%). Anak yang menjadi responden lebih banyak berjenis kelamin perempuan (56,3%). Sebanyak 56,3% ibu tidak memberikan ASI eksklusif. Uji statistik menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara tingkat pendidikan dengan pemberian ASI eksklusif (p = 0,008; r = 0,458), pengetahuan ibu dengan pemberian ASI eksklusif (p = 0,000; r = 0,717), serta sikap ibu dengan pemberian ASI eksklusif (p = 0,006; r = 0,473). Dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan, pengetahuan, dan sikap ibu berhubungan dengan praktik pemberian ASI eksklusif. Temuan ini menegaskan pentingnya edukasi menyusui yang berkelanjutan oleh Puskesmas, sehingga ibu lebih memahami manfaat ASI eksklusif. Penelitian selanjutnya disarankan memperluas wilayah, meningkatkan jumlah responden, serta menambahkan variabel lain seperti dukungan keluarga.