Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Evaluasi Keamanan Tempe dari Kedelai Transgenik Melalui Uji Subkronis pada Tikus (SAFETY EVALUATION OF TEMPE MADE FROM TRANSGENIC SOYBEAN USING SUBCHRONIC TEST ON RATS) Maryani Suwarno; Made Astawan; Tutik Wresdiyati; Sri Widowati; Siti Harnina Bintari; Mursyid .
Jurnal Veteriner Vol 15 No 3 (2014)
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University and Published in collaboration with the Indonesia Veterinarian Association

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (149.366 KB)

Abstract

The consumption need of soybean that reached up to 2,5-3 million tons per year has made Indonesiaimports this commodity 1,95 million tons from countries that adopt Genetically Modified (GM) soybean.Soybean utilization for tempe producers is about 50% from total its supply. The aim of this research wasto evaluate the safety of tempe made from GM soybean, by a subchronic test approach using male Sprague-Dawley rats. Toxicity evaluation of tempe from soybean GM was done based on EFSA (2011) principalusing animal laboratory. For 90 days, three groups of male rats (each group contain seven rats) werefeeding with tempe flour from GM soybean, tempe flour from non-GM soybean and control group wasfeeding with casein as a protein source. All rats were terminated on day 90,where the blood, liver andkidney were collected. There were no significant differences on liver and kidney weight between treatment.Hematology analysis showed the level of Hb, erythrocyte, leucocyte, trombocyte and hematocryte were notsignificantly different in between group. Serum analysis on SGOT, SGPT, total protein, albumin, globulin,blood glucose, triglyceride, ureum and creatinin level were also showed no difference between groups. As aconclusion, the consumption of tempe derived from GM soybean was safe, and cause no adverse effect onhealth.
Pengaruh Konsentrasi Pati Dan Jenis Pelarut Pada Modifikasi Pati Menggunakan Metode Presipitasi Terhadap Sifat Fisik Pati Uwi Putih (Dioscorea Alata) Ulyarti Ulyarti; M Mursyid; N Nazarudin; Junri anton Situmorang
Jurnal Teknologi Pertanian Andalas Vol 26, No 1 (2022)
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jtpa.26.1.17-26.2022

Abstract

Uwi memiliki kandungan pati cukup tinggi dengan ukuran granula pati cukup besar berada pada kisaran 25-45μm.  Ukuran granula pati diketahui berpengaruh terhadap aplikasi pati dalam industri. Ukuran granula pati yang kecil lebih disukai karena memiliki rasio luas permukaan terhadap volume yang besar sehingga meningkatkan interaksinya dengan komponen lain dalam sistem pangan.    Untuk mendapatkan granula pati yang berukuran lebih kecil dapat dilakukan modifikasi dengan menggunakan metode presipitasi.  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi pati dan jenis pelarut terhadap sifat fisik pati uwi putih yang dimodifikasi menggunakan metode presipitasi serta untuk mendapatkan konsentrasi pati yang dapat menghasilkan pati modifikasi dengan ukuran paling kecil.  Penelitian ini dilakukan dalam 2 tahap yaitu ekstraksi pati uwi, modifikasi pati uwi dengan metode presipitasi.  Penelitian ini didesain menggunakan 3 taraf konsentrasi pati yaitu 1%, 3%, dan 5% dengan 2 jenis pelarut berbeda yaitu pelarut akuades dan pelarut campuran akuades dan etanol dengan perbandingan 1:1.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelarut akuades menghasilkan pati modifikasi dengan karakteristik terbaik dan konsentrasi  pati pada taraf 3 % menghasilkan pati modifikasi dengan ukuran terkecil yaitu (3.848- 33.273 μm), rendemen tertinggi (87,11% ± 0,18), swelling Power sebesar 18,91 (65oC), dan 21,89 (85oC), Solubility sebesar 1,08% (65oC), dan 0,55%  (85oC), Nilai daya serap air tertinggi (995%) dan daya serap minyak tertinggi (617,5%).
MODIFIKASI PATI UWI KUNING (DIOSCOREA ALATA) MENGGUNAKAN METODE PRESIPITASI SERTA APLIKASINYA UNTUK EDIBLE FILM N Panjaitan; U Ulyarti; M Mursyid; N Nazarudin
Jurnal Teknologi Pertanian Andalas Vol 23, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (821.194 KB) | DOI: 10.25077/jtpa.23.2.196-204.2019

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi pati yang dapat menghasilkan pati modifikasi dengan ukuran paling kecil serta untuk mengetahui karakteristik edible film yang dibuat dari pati alami dan edible film dari pati komposit yaitu pati alami ditambah pati modifikasi berukuran lebih kecil.  Penelitian ini dilakukan dalam 3 tahap yaitu ekstraksi pati uwi, modifikasi pati uwi dengan metode presipitasi dan pembuatan edible film dari pati alami dan pati komposit.  Penelitian ini didesain untuk menghasilkan pati modifikasi dengan menggunakan 5 taraf konsentrasi pati yaitu 1%, 2%, 3%, 4% dan 5%.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi 3% menghasilkan ukuran partikel pati terkecil (0,888 × 1,313μm sampai dengan 13,334 × 24,701μm) dengan rendemen pati sebesar 75%.  Edible film yang dibuat dari pati komposit memiliki karakterisktik yang berbeda dengan Edible film dari pati alami saja.  Edible film dari pati komposit menghasilkan nilai ketebalan yang lebih tinggi (0,17± 0,004 mm), kelarutan yang lebih rendah (27,12 ± 6,92 %), transparansi yang lebih rendah (10,37 ± 0,23 %/mm) dan laju transimisi uap air (WVTR) yang lebih rendah 21,2766 g/m2jam dari pada edible film dari pati alami saja.
Formulasi Tempe Berbumbu serta Pengujian Kandungan Gizi Silvi Leila Rahmi; Mursyid Mursyid; Dian Wulansari
Industria: Jurnal Teknologi dan Manajemen Agroindustri Vol 7, No 1 (2018)
Publisher : Department of Agro-industrial Technology, University of Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (268.053 KB) | DOI: 10.21776/ub.industria.2018.007.01.7

Abstract

AbstrakTempe merupakan produk fermentasi kedelai asli dari Indonesia yang tinggi protein. Pembuatan tempe menggunakan bumbu diharapkan menjadi inovasi. Tujuan penelitian ini adalah (1) mengetahui formulasi terbaik pembuatan tempe yang dibuat menggunakan bumbu, (2) mengetahui mutu hedonik terbaik pada tempe yang diberi penambahan bumbu, serta (3) mengetahui kandungan zat gizi yang terdapat pada tempe berbumbu berdasarkan hasil pengujian mutu hedonik terbaik. Uji yang dilakukan pada penelitian ini yaitu uji formulasi pembuatan tempe berbumbu (bawang putih, cabai, kunyit, dan jahe), uji organoleptik untuk mengetahui mutu hedonik, serta uji sifat kimia (analisis proksimat, kandungan asam lemak dan asam amino) terhadap hasil terbaik. Hasil formulasi tempe dengan menambahkan bumbu hingga 4% memperlihatkan hasil yang baik. Uji mutu hedonik menunjukkan penambahan bawang putih dan jahe sebanyak 4% pada pembuatan tempe lebih disukai dibandingkan penambahan kunyit dan cabai. Penambahan bumbu sebanyak 4% dapat meningkatkan kandungan gizi berdasarkan kandungan asam lemak dan kandungan asam amino pada tempe. Berdasarkan pengujian dengan menggunakan metode proksimat, kandungan zat gizi yang terdapat pada tempe berbumbu tidak jauh berbeda dibandingkan tempe tanpa bumbu.Kata kunci : tempe berbumbu, kandungan gizi, asam amino, asam lemak AbstractTempe is the original fermented soybean product from Indonesia which has high protein contents. Making tempe using spices is expected to be innovative. The objectives of this research are (1) to know the best formulation of tempe making made using spices, (2) to identify the best hedonic quality in tempe with added seasoning, and (3) to know the nutrient content contained in a spiced tempe based on the best hedonic quality test result. The test which conducted in this research is the formulation test of the manufacture of spiced tempe (garlic, chili, turmeric, and ginger), organoleptic test to know hedonic quality and test chemical properties (proximate analysis, fatty acid content and amino acid) to the best result. The result of tempe formulations by adding spices up to 4% shows good results. The hedonic quality test confirmed the addition of garlic and ginger as much as 4% in the manufacture of tempeh is preferred compared to the addition of turmeric and chili. Adding spices as much as 4% can increase the nutritional content based on fatty acid content and amino acid content in tempe. Meanwhile, based on testing that using the proximate method, the nutrients content contained in spiced tempe is not much different than tempe without spice.Keywords: spiced tempe, nutrition content, amino acid, fatty acid 
PENGARUH KONSENTRASI MINYAK CENGKEH TERHADAP KARAKTERISTIK EDIBLE FILM DARI PATI SINGKONG - KITOSAN Ulyarti; M. Rizki; Mursyid; Irma Rahmayani; Rahayu Suseno; Nazarudin
JURNAL TEKNOLOGI PERTANIAN Vol. 11 No. 2 (2022)
Publisher : Prodi Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Islam Indragiri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32520/jtp.v11i2.2156

Abstract

Edible film merupakan bahan tipis yang dapat dimakan berfungsi untuk melapisi makanan dan melindunginya. Salah satu kekurangan edible film pati singkong adalah memiliki laju transmisi uap air yang tinggi sehingga tidak dapat membatasi pergerakan uap air keluar dan masuk film. Perbaikan terhadap karakteristik ini dapat dilakukan dengan melakukan kombinasi bahan penyusun edible film dengan bahan yang bersifat hidrofobik seperti minyak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi minyak cengkeh terhadap karakteristik edible film pati singkong-kitosan. Penelitian dilaksanakan menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 6 taraf perlakuan konsentrasi minyak cengkeh (%/bb) yaitu 0, 0.5, 1, 1.5, 2, dan 2.5%. Perlakuan konsentrasi minyak cengkeh dapat memperbaiki kemampuan film sebagai penghalang serta memiliki pengaruh nyata terhadap ketebalan, transparansi, kelarutan, dan warna, namun tidak berpengaruh nyata terhadap kuat tekan film. Karakteristik edible film terbaik dihasilkan pada penggunaan minyak cengkeh 2,5% yaitu ketebalan 0,21 mm, transparansi 1,05 %/mm, kelarutan 73,66%, laju transmisi uap air 21,53 gram/m2.jam, kuat tekan 7,03 gF, L*= 61,33, a*= 0, b*=18,33 dan diameter zona hambat terhadap bakteri Staphylococcus aureus sebesar 17,05 mm.