Aam Amaningsih Jumhur
Kelompok Riset Manajemen Industri FT UNJ, Lab. Komputasi dan Manajemen Industri

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

PKM REVITALISASI BANK SAMPAH DALAM MENUMBUHKAN SOCIALPRENEURSHIP BERBASIS MODUL HYPERCONTENT Budiaman; Cecep Kustandi; Aam Amaningsih Jumhur
Prosiding Seminar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 5 No. 1 (2024): PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT - SNPPM2024
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Negeri Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract The Ministry of Environment and Forestry (LHK) noted that East Jakarta has the highest annual waste generation in DKI Jakarta, reaching 836.9 thousand tons per year, with the largest contribution to the Bantargebang TPST of 620.96 thousand tons (27.14% of total waste) in 2021. The pandemic has changed people's consumption patterns with the increasing use of double wrapping, which adds to the problem of non-organic waste. The student council management owned by the partner school, SMP Negeri 158 East Jakarta, consists of students who have more awareness of environmental management. This activity was developed in an effort to protect the environment and generate economic value for each member. This concept of socialpreneurship takes advantage of business opportunities in the community to have a positive impact, focusing on the problem of high-economic value waste production and the marketing of plastic ore from plastic bottles that have been grouped. The solutions offered to these problems are in the form of assistance for school leaders and Adiwiyata coaches in fostering student socialpreneurship, empowering student council administrators to sort non-organic waste with high economic value using hypercontent modules, and revitalizing school waste banks with an inventory of equipment such as shredders, drop boxes, and greenhouses. This activity was carried out by involving partners through observation and FGD at SMP Negeri 158 East Jakarta and simulations at the Pok Lisa Waste Bank to understand the process of processing plastic waste that has economic value. Keywords: socialpreneurship; revitalizing; waste bank; Hypercontent Abstrak Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) mencatat bahwa Jakarta Timur memiliki timbulan sampah tahunan tertinggi di DKI Jakarta, mencapai 836,9 ribu ton per tahun, dengan kontribusi terbesar ke TPST Bantargebang sebesar 620,96 ribu ton (27,14% dari total sampah) pada 2021. Pandemi mengubah pola konsumsi masyarakat dengan meningkatnya penggunaan double wrapping, yang menambah masalah sampah non-organik. Pengurus OSIS yang dimiliki oleh sekolah mitra yaitu SMP Negeri 158 Jakarta Timur beranggotakan siswa-siswi yang memiliki kesadaran lebih terhadap pengelolaan lingkungan. Kegiatan ini dikembangkan dalam upaya menjaga lingkungan serta menghasilkan nilai ekonomi untuk setiap anggotanya. Konsep socialpreneurship ini memanfaatkan peluang bisnis di tengah masyarakat untuk memberi dampak positif, dengan fokus pada masalah produksi sampah bernilai ekonomi tinggi dan pemasaran bijih plastik dari botol plastik yang sudah dikelompokkan. Solusi yang ditawarkan untuk permasalahan tersebut berupa pendampingan bagi pimpinan sekolah dan pembina Adiwiyata dalam menumbuhkan socialpreneurship siswa, pemberdayaan pengurus OSIS untuk memilah sampah non-organik bernilai ekonomi tinggi menggunakan modul hypercontent, serta revitalisasi bank sampah sekolah dengan inventarisasi peralatan seperti mesin pencacah, drop box, dan rumah kaca. Kegiatan ini dilaksanakan dengan melibatkan mitra melalui observasi dan FGD di SMP Negeri 158 Jakarta Timur serta simulasi di Bank Sampah Pok Lisa untuk memahami proses pengolahan sampah plastik yang memiliki nilai ekonomi. Kata Kunci: socialpreneurship; revitalisasi; bank sampah; Hypercontent
Komitmen Bank Sampah Mutiara Kota Bekasi Dalam Mengelola Sampah Berbasis Sociopreneurship Untuk Mewujudkan Indonesia Bebas Sampah Aam Amaningsih Jumhur
Prosiding Seminar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 5 No. 1 (2024): PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT - SNPPM2024
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Negeri Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract The volume of waste that continues to increase along with population growth and human activities makes the capacity of final disposal sites (TPA) increasingly limited. It is estimated that the current TPA will only be able to accommodate waste until 2025 if the pattern of production and waste management does not change. Anticipating these problems, the Mutiara Waste Bank of Bekasi City optimizes waste management in RW 13, Jakamulya Village. Efforts to manage waste from its source have been carried out with waste management, sorting waste to be reused into compost and recycled plastic waste into shredded plastic that is sold to the Factory. The purpose of the Community Service Program is to optimize the management of the Waste Bank based on the concept of sociopreneurship which generates income generating so that activities continue because there is a guarantee of funds generated by independent efforts. The method or science and technology applied to the management of the Mutiara Waste Bank with the Sociopreunership concept is a business concept that carries social issues in the community. The results of the Mutiara Waste Bank's activities have 120 Waste Bank Customers who get money from their waste savings. Two benefits for the community are the awareness and commitment of residents to manage 10% of waste from its source and get savings from their waste deposits. The conclusion of waste management based on Sociopreneur to make changes towards a better social life, Bank Sampah Mutiara Kota Bekasi is committed to realizing a waste-free Indonesia. Keywords: Waste Bank, Sociopreunership, Waste-free Indonesia Abstrak Volume sampah yang terus meningkat seiring pertumbuhan populasi dan aktivitas manusia membuat kapasitas tempat pembuangan akhir (TPA) semakin terbatas. Diperkirakan TPA yang ada saat ini hanya akan mampu menampung sampah hingga 2025 jika pola produksi dan pengelolaan sampah tidak berubah. Mengantisipasi dari permasalahan tersebut maka Bank Sampah Mutiara Kota Bekasi mengoptimalkan manajemen sampah pada RW 13 Kelurahan Jakamulya, Upaya-upaya untuk mengelola sampah dari sumbernya sudah dilakukan dengan manajemen sampah pemilahan sampah untuk di reuse (digunakan kembali) menjadi kompos dan di recycle (didaur ulang) sampah plastik menjadi cacahan plastik yang dijual ke Pabrik. Tujuan dari Program Pengabdian Masyarakat mengoptimalkan manajemen Bank Sampah berbasis dengan konsep sociopreneurship yang menghasilkan income generating sehingga kegiatan terus berlanjut karena ada jaminan dana yang dihasilkan oleh usaha mandiri. Metoda atau Iptek yang diterapkan pada manajemen Bank Sampah Mutiara dengan konsep Sociopreunership merupakan konsep Bisnis yang mengusung isu sosial di Masyarakat. Hasil kegiatan Bank Sampah Mutiara memiliki 120 Nasabah Bank Sampah yang mendapatkan uang dari hasil Tabungan sampahnya. Dua keuntungan bagi Masyarakat yaitu adanya kesadaran dan komitmen warga untuk mengelola sampah 10% dari sumbernya dan mendapatkan tabungan hasil setoran sampahnya. Kesimpulan manajemen sampah berbasis Sociopreneur untuk membuat perubahan menuju kehidupan sosial lebih baik, Bank Sampah Mutiara Kota Bekasi berkomitmen untuk mewujudkan Indonesia bebas sampah. Kata Kunci : Bank Sampah, Sociopreunership, Indonesia bebas sampah
Pelatihan Analisis SWOT untuk Peningkatan Kemampuan Wirausaha di Masyarakat Binaan FT UNJ Ratu Amilia Avianti; Aam Amaningsih Jumhur; Adi Tri Tyassmadi; Fransisca Maria Farida
Prosiding Seminar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 6 No. 1 (2025): PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT - SNPPM2025
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Negeri Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Pada dasarnya, analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis untuk memaparkan kondisi unit usaha agar berjalan maksimal. Cara kerja analisis SWOT adalah mengidentifikasi dan menghubungkan faktor internal dan eksternal dalam suatu unit usaha, serta memanfaatkannya untuk meraih keuntungan jangka panjang. Untuk membuat analisis SWOT, seorang pelaku usaha bisa mengidentifikasi 4 indikator SWOT yang disebutkan di atas. Caranya adalah dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengandung komponen SWOT seperti di bawah ini: (a) Kelebihan atau strength internal perusahaan. (b) Kelemahan atau weakness yang dapat menghambat kinerja usaha. (c) Peluang atau opportunity yang dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan perusahaan. (d) Ancaman atau threat yang berpotensi merugikan perusahaan. Setelah mengenali empat indikator SWOT itu, pelaku usaha kemudian dapat menanyakan pertanyaan lanjutan mengenai: (a) Kekuatan perusahaan dapat dimanfaatkan untuk memperoleh keuntungan atau peluang yang ada. (b) Cara mengatasi kelemahan yang berpotensi menggagalkan perusahaan mendapatkan peluang di masa depan. (c) Memaksimalkan kekuatan perusahaan untuk menghadapi ancaman dari luar. (d) Mengatasi kelemahan yang mengancam perusahaan dari dalam agar tidak menciptakan ancaman baru. Masyarakat memerlukan Kemampuan melakukan Analisis SOWT untuk memulai usaha atau mengevaluasi usahanya. ABSTRACT Essentially, a SWOT analysis is a strategic planning method for explaining the condition of a business unit so that it runs optimally. SWOT analysis works by identifying and connecting internal and external factors within a business unit, and utilizing them to achieve long-term benefits. To conduct a SWOT analysis, a business owner can identify the four SWOT indicators mentioned above. This is done by asking questions containing SWOT components such as the following: (a) The company's internal strengths. (b) Weaknesses that could hinder business performance. (c) Opportunities that can be exploited to develop the company. (d) Threats that could potentially harm the company. After identifying the four SWOT indicators, a business owner can then ask further questions regarding: (a) How the company's strengths can be utilized to gain existing advantages or opportunities. (b) How to overcome weaknesses that could potentially prevent the company from gaining future opportunities. (c) Maximizing the company's strengths to face external threats. (d) Overcoming weaknesses that threaten the company from within to prevent creating new threats. People need the ability to conduct a SWOT analysis to start a business or evaluate their business.
SIM-PONI SEBAGAI FONDASI SPIRITUALITAS DAN EMPOWERMENT BAGI KEMANDIRIAN UMKM DISABILITAS Aam Amaningsih Jumhur; Ratu Amilia Avianti
Prosiding Seminar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 6 No. 1 (2025): PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT - SNPPM2025
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Negeri Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penyandang disabilitas masih menghadapi berbagai hambatan dalam akses pendidikan, pelatihan, dan peluang wirausaha. Program vokasional disabilitas diperlukan untuk mendorong kemandirian ekonomi, terutama melalui penguatan faktor internal seperti efikasi diri dan spiritualitas. Dalam konteks ini, pendekatan SIM-PONI (Spiritual Integrity Motivation dan Personal Empowerment Disabilitas Mandiri) dikembangkan sebagai strategi untuk memperkuat daya juang, motivasi internal, serta integritas spiritual. Pendekatan ini diharapkan menjadi fondasi setara berdaya bagi UMKM disabilitas yang mandiri dan berdaya saing. Metode yang digunakan tujuan program ini adalah dilaksanakan dalam bentuk Workshop Disabilipreneur. Sebanyak 20 pelaku UMKM disabilitas mengikuti sesi motivasi, penguatan efikasi diri, serta internalisasi nilai spiritual melalui model SIM-PONI. Metode yang digunakan adalah partisipatif, meliputi ceramah interaktif, diskusi kelompok, dan refleksi pengalaman peserta. Hasil kegiatan menunjukkan peningkatan optimisme, rasa percaya diri, serta kesadaran spiritual peserta dalam mengembangkan usaha. Model SIM-PONI diapresiasi sebagai pendekatan baru yang tidak hanya menekankan aspek teknis, tetapi juga memberikan penguatan psikologis dan spiritual. Kolaborasi multi- pihak, termasuk yayasan, perguruan tinggi, dan komunitas, memperkuat keberlanjutan program dan membuka peluang replikasi di wilayah lain. Kesimpulan Model SIM-PONI terbukti berperan sebagai fondasi penting dalam pemberdayaan UMKM disabilitas. Integrasi spiritualitas dan empowerment mampu membangun kemandirian ekonomi sekaligus mewujudkan prinsip kesetaraan dan keberdayaan. Rekomendasi dari kegiatan ini adalah perlunya perluasan implementasi SIM-PONI dalam program vokasional disabilitas dengan dukungan perguruan tinggi dan pemerintah daerah. Abstract Persons with disabilities still face various barriers in accessing education, training, and entrepreneurship opportunities. Vocational programs for people with disabilities are necessary to promote economic independence, particularly through strengthening internal factors such as self-efficacy and spirituality. In this context, the SIM-PONI approach (Spiritual Integrity Motivation and Personal Empowerment for Independent Disabilities) was developed as a strategy to enhance resilience, internal motivation, and spiritual integrity. This approach is expected to become an equitable foundation for empowering disability- owned MSMEs to be independent and competitive. The program was implemented through a Disabilipreneur Workshop. A total of 20 disability-owned MSME participants attended sessions on motivation, self-efficacy strengthening, and spiritual value internalization through the SIM-PONI model. The method applied was participatory, including interactive lectures, group discussions, and participant reflections. The results of the activity showed increased optimism, self-confidence, and spiritual awareness among participants in developing their businesses. The SIM-PONI model was appreciated as an innovative approach that not only emphasizes technical aspects but also provides psychological and spiritual reinforcement. Multi-stakeholder collaboration, including foundations, universities, and communities, strengthened program sustainability and opened opportunities for replication in other regions. The SIM- PONI model has proven to play an essential role as a foundation in empowering disability-owned MSMEs. The integration of spirituality and empowerment is able to build economic independence while realizing the principles of equality and inclusivity. The recommendation from this activity is the need to expand the implementation of SIM-PONI in vocational disability programs with the support of universities and local governments.