[Bahasa]: Kurikulum Merdeka sangat penting karena mengedepankan otonomi guru dan pembelajaran yang berpusat pada siswa, namun kerangka kerjanya yang bersifat terbuka sering kali menimbulkan tantangan dalam penerapannya secara konsisten di tingkat sekolah. Untuk mengatasi masalah ini, inisiatif pengabdian masyarakat ini berupaya mengembangkan dan menilai model pendampingan berbasis masyarakat dengan menggunakan pendekatan Community-Based Participatory Research (CBPR). Tujuannya adalah untuk menciptakan kerangka kerja yang terukur yang secara efektif mendukung guru dan pemimpin sekolah saat mereka menerjemahkan prinsip-prinsip kurikulum ke dalam praktik di kelas. Proses ini melibatkan sesi pendampingan kolaboratif di mana para pemimpin sekolah dipandu dalam merancang Kurikulum Operasional Madrasah (KOM), sementara para guru menerima dukungan langsung dalam mengembangkan rencana pelajaran, membuat alat penilaian, dan melaksanakan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan Rahmatan Lil Alamin (P5RA). Umpan balik yang berulang dan diskusi reflektif memastikan bahwa proses pendampingan bersifat adaptif terhadap kebutuhan peserta, menumbuhkan rasa kepemilikan dan mendorong praktik pedagogi yang berkelanjutan. Model ini menunjukkan keefektifannya di dua sekolah menengah pertama Islam, di mana Sekolah B secara konsisten mengungguli Sekolah A dalam hal perencanaan, pengajaran, dan penilaian. Selain itu, sesi refleksi kolaboratif secara khusus meningkatkan efikasi diri guru, dengan 92% peserta menyatakan peningkatan kepercayaan diri dalam kemampuan mereka untuk mengimplementasikan kurikulum. Pendekatan pendampingan ini juga menghasilkan peningkatan partisipasi aktif siswa sebesar 25%, yang mengindikasikan adanya peningkatan yang signifikan dalam keterlibatan siswa di kelas. Temuan ini menunjukkan bahwa pendampingan yang terstruktur dan berbasis masyarakat dapat menjembatani kesenjangan antara pelatihan teoritis dan penerapan praktis, menawarkan kepada para pemangku kepentingan pendidikan sebuah kerangka kerja yang kuat untuk mengubah kegiatan pelatihan yang terisolasi menjadi komunitas praktik yang berkelanjutan. Kata kunci: kurikulum merdeka, penelitian partisipatif berbasis masyarakat, otonomi guru, pembelajaran yang berpusat pada siswa, model pendampingan [English]: Kurikulum Merdeka is highly significant because it prioritizes teacher autonomy and student-centered learning, yet its open-ended framework often poses challenges for consistent implementation at the school level. To address these issues, this community service initiative sought to develop and assess a community-based mentoring model using a Community-Based Participatory Research (CBPR) approach. The goal was to create a scalable framework that effectively supports teachers and school leaders as they translate the curriculum's principles into actual classroom practices. The process involved collaborative mentoring sessions in which school leaders were guided in designing the Kurikulum Operasional Madrasah (KOM). At the same time, teachers received hands-on support in developing lesson plans, crafting assessment tools, and implementing Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan Rahmatan Lil Alamin (P5RA) projects. Iterative feedback and reflective discussions ensured that the mentoring process was adaptive to participants' needs, cultivating a sense of ownership and fostering sustainable pedagogical practices. The model demonstrated its effectiveness across two Islamic junior high schools, where School B consistently outperformed School A in planning, instruction, and assessment. Moreover, collaborative reflection sessions notably enhanced teacher self-efficacy, with 92% of participants expressing increased confidence in their ability to implement the curriculum. This mentoring approach also resulted in a 25% rise in active student participation, indicating a significant boost in classroom engagement. The findings suggest that structured, community-driven mentoring can bridge the gap between theoretical training and practical application, offering educational stakeholders a robust framework for transforming isolated training events into enduring communities of practice. Keywords: kurikulum merdeka, community-based participatory research, teacher autonomy, student-centered learning, mentoring model