Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Diagnosis dan Tatalaksana Uveitis Posterior Wetarini, Krisnhaliani; -, Febyan; Mahayani, Ni Made Widya
Cermin Dunia Kedokteran Vol 47, No 10 (2020): Optalmologi
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (99.596 KB) | DOI: 10.55175/cdk.v47i10.1079

Abstract

Uveitis merupakan proses peradangan uvea, yang meliputi iris, badan siliar, dan koroid. Secara anatomi, terdapat empat klasifikasi uveitis, yaitu uveitis anterior, uveitis intermediet, uveitis posterior, dan panuveitis. Uveitis posterior merupakan radang lapisan koroid dan struktur sekitarnya pada posterior mata. Kelainan ini langka, namun paling sering dikaitkan dengan komplikasi kebutaan. Diagnosis uveitis posterior membutuhkan pendekatan komprehensif karena bersifat kompleks dan multifaktorial. Penatalaksanaan yang tepat penting dan terutama untuk menemukan dan mengobati penyebab dasar agar dapat mencegah perburukan dan komplikasi yang lebih berat.Uveitis is an inflammatory process in the uvea, consisted of iris, ciliary body, and choroid. Four anatomical types of uveitis include anterior uveitis, intermediate uveitis, posterior uveitis and panuveitis. Posterior uveitis is the inflammation of the choroidal layer and surrounding structures in the posterior eye. This disorder is considered rare, but most commonly related to ocular complications, such as blindness. Diagnosis requires a comprehensive approach because of its complex and multifactorial nature. Appropriate management is important. Causal reatment can prevent the worsening and more severe complications. 
Peranan Sambiloto (Andrographolide paniculata) pada Pengobatan Leukemia Mieloid Akut -, Febyan; Linardi, Michelle; Wijaya, Arwi; Hudyono, Johannes
Cermin Dunia Kedokteran Vol 42, No 12 (2015): Dermatologi
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (135.698 KB) | DOI: 10.55175/cdk.v42i12.938

Abstract

Kanker adalah pertumbuhan sel-sel abnormal yang tidak terkontrol dalam tubuh. Enzim DNA topoisomerase mempunyai fungsi penting dalam proses intraseluler, yaitu berperan dalam proses replikasi, transkripsi, rekombinasi DNA dan proses proliferasi sel leukemia mieloid akut. Daun sambiloto (Andrographis paniculata) adalah tanaman pengobatan komplementer di Asia, efektif menghambat aktivitas enzim DNA topoisomerase. Andrographolide merupakan komponen diterpen lakton aktif diisolasi dari tanaman Sambiloto, memiliki kemampuan imunostimulan dan aktivitas antikanker kuat terhadap leukemia mieloid akut (LMA). Filtrat daun sambiloto (Andrographis paniculata) dapat meningkatkan jumlah leukosit darah tikus putih (Rattus norvegicus) dari 3240 sel/mm3 menjadi 8803 sel/mm3 dan dosis filtrat terbaik adalah 0,45 ml. Andrographolide juga dapat meningkatkan Reactive Oxygen Species (ROS) yang menginduksi jalur apoptosis sel LMA melalui peningkatan deplesi glutathione (GSH) oleh penghambatan antioksidan N-Acetyl-L-Cystein (NAC)(P <0,05), sehingga dapat menghambat perkembangan LMA.Cancer is uncontrolled growth of abnormal cells in the body. DNA topoisomerase enzymes are important in the intracellular processes, process of replication, transcription, recombination of DNA and the proliferation of acute myeloid leukemia cell. Andrographis paniculata Ness (andrographolide) is a Asian traditional medicinal herb that possessed DNA Topoisomerase II inhibitory effect. Andrographolide is diterpene lactone which has in vitro anticancer activity in many tumor cell lines including acute myeloid leukemia. Andrographis paniculata filtrate can increased blood leukocyte count in rat (Rattus norvegicus) from 3240 cells / mm3 to 8803 cells / mm3 and the best dose was 0.45 ml. Andrographolide also induced reactive oxygen species (ROS) and was enhanced by depletion of glutathione (GSH) and inhibited by the antioxidant N-acetyl-L-cysteine (NAC) (P<0,05). Adrographolide can inhibit the development of AML. 
Pengaruh Curcumin sebagai Inhibitor Jalur Janus Kinase - STAT 3 pada Artritis Reumatoid -, Febyan; Martha, Elisabeth; Furny, Erly Furhana; Hudyono, Johannes; Tandean, Marshel
Cermin Dunia Kedokteran Vol 43, No 11 (2016): Kesehatan Ibu - Anak
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (332.69 KB) | DOI: 10.55175/cdk.v43i11.891

Abstract

Artritis Reumatoid (RA) adalah penyakit autoimun kronik, ditandai dengan poliartritis bersifat destruktif biasanya di sendi perifer. RA mempengaruhi sekitar 0,5% populasi orang dewasa di seluruh dunia, insidensnya 20-50 kasus per 100.000 per tahun pada tahun 2010, terutama pada wanita setelah usia 40-an. Patofisiologi RA memiliki berbagai jalur autoimun, salah satunya jalur JAK-STAT 3 sebagai faktor pencetus. Jalur ini dapat diinhibisi oleh Kunyit dengan bahan aktif curcumin sebagai inhibitor STAT 3. Curcumin dapat dikembangkan menjadi salah satu pilihan pengobatan RA.Rheumatoid arthritis (RA) is a chronic autoimmune disease, characterized by destructive polyarthritis usually in peripheral joints. RA affects 0.5% of the adult population worldwide. The incidence among adult was 20–50 cases per 100 000, mainly in premenopausal woman. Rheumatoid arthritis has several types of signaling pathways, i.e the JAK-STAT3 pathway. This pathway can be inhibited by curcumin from turmeric. Curcumin could be further explored as an alternative treatment for RA.
Video Assisted Thoracoscopy Surgery (VATS) as Minimal Invasive Approach for Thymoma with Myasthenia Gravis in Gatot Soebroto Central Army Hospital: A Case Report -, Febyan; Sari, Joni Indah; Wijaya, Sri Handawati; Lensoen, Andreas Andri
Cermin Dunia Kedokteran Vol 45, No 1 (2018): Dermatologi
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (292.822 KB) | DOI: 10.55175/cdk.v45i1.154

Abstract

Timoma adalah jenis tumor mediastinum yang langka, banyak ditemukan di mediastinum anterior. Timoma berkembang lambat dan bersifat jinak, namun dapat menjadi ganas. Pembedahan merupakan penatalaksanaan utama, prosedur timektomi atau sternotomi parsial masih banyak digunakan. Bedah toraks dibantu video/video assisted thoracoscopy (VATS) telah menunjukkan hasil sangat baik untuk tumor mediastinum dan tumor paru. Keunggulan teknik VATS dibandingkan dengan teknik sternotomi, dari segi kosmetik lebih baik, nyeri pasca-operasi lebih sedikit, masa perawatan lebih singkat, lebih cepat kembali ke aktivitas sehari-hari, pendarahan dan komplikasi lainnya minimal
Peranan Allicin dari Ekstrak Bawang Putih sebagai Pengobatan Komplemen Alternatif Hipertensi Stadium I -, Febyan; Wijaya, Sri Handawati; Adinata, Jovian; Hudyono, Johannes
Cermin Dunia Kedokteran Vol 42, No 4 (2015): Alergi
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (524.487 KB) | DOI: 10.55175/cdk.v42i4.1025

Abstract

Bawang putih (Allium sativum) telah dikenal sejak lama dalam pengobatan tradisional. Dewasa ini Allium sativum banyak digunakan sebagai pengobatan alternatif untuk penyakit kardiovaskuler, seperti hipertensi. Kandungan allicin dalam Allium sativum bekerja melalui penghambatan angiotensin converting enzyme (ACE) dan efek polisulfida organik pada ion Ca2+ di kanal K - ATP yang berakibat penurunan konsentrasi ion Ca2+ sel, menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah dan penurunan tekanan darah. Konsumsi Allium sativum 600-900 mg dalam bentuk ekstrak atau 4 g bentuk segar atau 8 mg bentuk minyak per hari dapat menurunkan tekanan darah secara bermakna (p<0.005).Garlic (Allium sativum) has long been known in traditional medicine. Allium sativum is still being used as an alternative medicine for cardiovascular disease, such as hypertension. Allicin in Allium sativum works through inhibiting angiotensin converting enzyme (ACE) and polysulfide organic effect on Ca2+ in K-ATP channel, lowering intracellular Ca2+, causes vasodilatation thus lowering the blood pressure. Study shows that consuming 600-900 mg daily of Allium sativum extract or 4 g of fresh Allium sativum or 8 g of Allium sativum oil daily could lower first grade hypertension significantly (p<0.005).