Fatoni, Kurniawan
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Coronary Angiography Findings in Patients at Robert Wolter Monginsidi Hospital, Manado, Indonesia Fatoni, Kurniawan; Angeline, Daniela; Pangemanan, Janry Antonius
Cermin Dunia Kedokteran Vol 43, No 12 (2016): Kardiovaskular
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (232.364 KB) | DOI: 10.55175/cdk.v43i12.894

Abstract

Background: Acute coronary syndromes at young age would subsequently lead to morbidity and mortality in productive age. This study was intended to identify coronary angiography findings difference in young and old patients. Method: A descriptive study using medical record of patients who underwent coronary angiography at Robert Wolter Monginsidi Third Level Hospital, Manado, between December 2014 and June 2015 was done. The defined angiography findings in this study is artery with significant stenosis (stenosis ≥ 70%) and sum of blood vessels with significant stenosis (vessel score). Patients were categorized into young age group (≤ 45 years old) and old age group (> 45 years old). Results were presented in descriptive tables. Results: Among 133 patients, stenosis was mainly found in Left Anterior Descending Artery (LAD) in both groups (37.5% in young age and 72.6% in old age group). No significant stenosis in Left Main Coronary Artery (LMCA) in young age group whereas there were 10.3% cases in old age group. Normal / non – significant angiograms were higher in young age group compared to old age group (62.5% versus 20.5%). The proportion of patients with triple-vessel disease were higher in old age group compared to young age group (27.4% versus 6.3%). Conclusion: LAD artery stenosis was the most common stenosis found in both groups. Most patients in young age group had normal angiograms, whereas old age group had a higher percentage of triple-vessel disease and stenosis in LMCA.Latar Belakang: Sindrom Koroner Akut di usia muda akan menyebabkan morbiditas dan mortalitas pada usia produktif. Studi ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan gambaran angiografi koroner pada pasien berusia muda dan tua. Metode: Studi deskriptif data rekam medik pasien yang menjalani angiografi koroner di Rumah Sakit Tingkat III Robert Wolter Monginsidi Manado, dari Desember 2014 hingga Juni 2015). Pasien dibagi menjadi kelompok usia muda (≤ 45 tahun) dan kelompok usia tua (> 45 tahun). Gambaran angiografi yang dicatat adalah arteri dengan penyempitan signifikan (stenosis ≥ 70%) dan jumlah pembuluh darah yang mengalami penyempitan signifikan (skor pembuluh darah). Hasil disajikan secara deskriptif. Hasil: Dari 133 pasien, penyempitan paling banyak dijumpai di Left Anterior Descending Artery (LAD) (37.5% pada kelompok usia muda dan 72.6% pada kelompok usia tua). Penyempitan signifikan Left Main Coronary Artery (LMCA) tidak ditemukan di kelompok usia muda, sedangkan di kelompok usia tua terdapat 10.3% kasus. Angiogram normal / non – signifikan lebih banyak pada kelompok usia muda dibandingkan kelompok usia tua (62.5% berbanding 20.5%). Triple-vessel disease lebih sering dijumpai pada kelompok usia tua dibandingkan kelompok usia muda (27.4% berbanding 6.3%). Simpulan: LAD merupakan arteri koroner yang paling banyak mengalami penyempitan di kedua kelompok. Mayoritas kelompok usia muda memiliki angiogram normal, kelompok usia tua memiliki persentase triple-vessel disease dan penyempitan LMCA lebih tinggi.
Dapagliflozin: Terapi Baru untuk Diabetes Melitus Fatoni, Kurniawan; Suryajaya, Paskalis Indra
Cermin Dunia Kedokteran Vol 42, No 11 (2015): Kanker
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (446.864 KB) | DOI: 10.55175/cdk.v42i11.943

Abstract

Diabetes Melitus (DM) masih merupakan salah satu penyakit dengan prevalensi tertinggi di dunia. Penatalaksanaan DM yang kurang tepat akan mengakibatkan banyak komplikasi akut maupun kronis hingga kematian. Saat ini tatalaksana DM mencakup modifikasi gaya hidup serta agen farmakologis yang umumnya bersifat dependen terhadap insulin. Dapagliflozin merupakan sebuah agen baru penurun kadar gula darah yang bekerja independen terhadap insulin; yaitu dengan menghambat reabsorbsi glukosa di tubulus ginjal oleh reseptor SGLT2, sehingga memiliki efek samping metabolik lebih minim. Dapagliflozin merupakan modalitas baru yang menjanjikan dalam penatalaksanaan DM.Diabetes Mellitus (DM) is still one of the most prevalent disease in the world. Poor management may lead to multiple acute and chronic complications. Current management of DM consists of lifestyle modifications and pharmacological agents, which commonly are Insulin-dependent. Dapagliflozin is a novel Insulin-Independent blood glucose-lowering agent; it inhibits glucose reabsorbtion mediated by SGLT2 receptors in the renal tubules. This leads to less metabolic adverse event (e.g. weight gain and hypoglycemia), making dapagliflozin a new promising agent in DM management.