Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

PENINGKATAN MANAJEMEN PANTI ASUHAN SANMA: PENGEMBANGAN KARAKTER ANAK &PEMBUATAN WEBSITE Fansiska Soejono; Agustinus Riyanto; R. Kristoforus Jawa Bendi; Theresia Widyastuti; Theresia Sunarni; Reza Akbar; Rafael Tomi Prakoso; Yohanes Supriyanto
Asawika : Media Sosialisasi Abdimas Widya Karya Vol 2 No 2 (2017): Desember: Asawika
Publisher : LPPM Unika Widya Karya Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1452.767 KB) | DOI: 10.37832/asawika.v2i2.6

Abstract

Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman anak mengenai nilai-nilai dalam hidup bersama dalam komunitas dan masyarakat. Selain itu, kegiatan ini ditujukan untuk membantu dalam pembuatan website Panti Asuhan Santa Maria (SanMa) Pasang Surut. Metode yang digunakan untuk 38 anak panti berupa pemberian materi, praktek bermain bersama, dan pendalaman materi melalui tayangan film. Adapun metode yang digunakan untuk 4 orang pendamping anak berupa pelatihan pengelolaan website. Hasil kegiatan berupa peningkatan pemahaman nilai-nilai karakter yang baik dan positif. Selain itu, pendamping juga mengalami peningkatan pengetahuan dalam pengelolaan website. Pengembangan karakter selalu menjadi perhatian pengelola panti, dan akan berkelanjutan dalam program pengembangan karakter anak. Website panti asuhan sudah dibuat dan perlu disempurnakan lebih lanjut.
Well Being Remaja Dalam Proses Pendidikan Agustinus Riyanto
SAINTEK : Jurnal Ilmiah Sains dan Teknologi Industri Vol. 1 No. 2 (2017): JISTIN Volume 1 no 2
Publisher : Universitas Katolik Musi Charitas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32524/saintek.v1i2.127

Abstract

Adolescence is transition state from childhood to adulthood. They strife to build their self identity. One of psychological aspects which influences the building self identity is self esteem. Adolescence maintains to strife for their psychological wellbeing in life and education. The aim of this quantitative study is to prove hypothetic question, is there any influence of self esteem and education system to the well being of senior high school adolescence? There were 299 participants (respondents) in this study. They consist of 163 male and 136 female students from Three Senior High Schools in Palembang. The instrument which is used to collect data is the questionnaire of Likert’s Scale. The reliability of the instruments is tested by using Alpha Cronbach formula. The result of the Cronbach Alpha for well being is 0.0876” and 0.942” for self esteem. Both of the collected data are analyzed with Analysis of Variances (Two way Anova ).The research found out self esteem have significance influence to well being with F = 53.946” and sig. value = 0.000” (< 0.05”). Education system also have significance influence to well being with F = 3.239” and sig. Value = 0.041” (< 0.05”). Meanwhile self esteem and education system all together have no significance influence to well being with F = 2.080” and sig. Value = 0.103” (> 0.05”).
Pendekatan Interaksional Identifikasi Permasalahan Resiliensi Pada Komunitas Keagamaan di Kota Palembang: Peran Dukungan Sosial: Penelitian Ignasius Heri Satrya Wangsa; Maria Josephine Tyra; Lina; Agustinus Riyanto; Johan Gunady Ony
Jurnal Pengabdian Masyarakat dan Riset Pendidikan Vol. 3 No. 4 (2025): Jurnal Pengabdian Masyarakat dan Riset Pendidikan Volume 3 Nomor 4 (April 2025
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jerkin.v3i4.753

Abstract

Penelitian ini merupakan bagian dari kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat, bertujuan mengeksplorasi pendekatan interaksional dalam mengidentifikasi permasalahan resiliensi individu melalui peran dukungan sosial. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif yang melibatkan 8 partisipan dari sebuah komunitas keagamaan di kota Palembang. Data diperoleh melalui metode role play, dimana partisipan dihadapkan pada dua skenario lingkungan penugasan berbeda: lingkungan tanpa dukungan sosial (Lingkungan Penugasan-1) dan lingkungan dengan dukungan sosial (Lingkungan Penugasan-2). Temuan menunjukkan bahwa partisipan mengalami kesulitan lebih tinggi dalam penyesuaian diri di lingkungan tanpa dukungan sosial, yang berdampak negatif terhadap resiliensi mereka. Sebaliknya, lingkungan dengan dukungan sosial secara signifikan meningkatkan kemampuan adaptasi, optimisme, dan resiliensi partisipan. Hasil penelitian menegaskan bahwa pola interaksi sosial yang suportif sangat penting dalam memfasilitasi identifikasi dan penanganan masalah resiliensi, serta memiliki implikasi praktis dalam pengembangan intervensi berbasis komunitas untuk meningkatkan kesejahteraan psikologis individu dalam menghadapi situasi sosial baru.