Sitanggang, Amita Rouli Purnama
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

PREVALENSI TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN KANKER PAYUDARA YANG MENJALANI KEMOTERAPI DI RSUP PROF.DR. I.G.N.G NGOERAH TAHUN 2023 ARIANI, NI KETUT PUTRI; LESMANA, COKORDA BAGUS JAYA; SITANGGANG, AMITA ROULI PURNAMA; SILAEN, REBECCA MUTIA AGUSTINA; YOSEF, HERMAN
PAEDAGOGY : Jurnal Ilmu Pendidikan dan Psikologi Vol. 4 No. 1 (2024)
Publisher : Pusat Pengembangan Pendidikan dan Penelitian Indonesia (P4I)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51878/paedagogy.v4i1.2758

Abstract

The level of anxiety in breast cancer patients undergoing chemotherapy poses a risk of unfavorable outcomes. Based on data collected in 2019 from three electronic databases (PubMed, Web of Science, and Scopus), a total of 36 studies covering 16,298 breast cancer patients between 2000 and 2018 were included in the research. The prevalence of anxiety among breast cancer patients was 41.9% (CI: 95%), highlighting the significance of both psychological and physical factors in breast cancer patients. The objective of this study was to determine the prevalence of anxiety in breast cancer patients undergoing chemotherapy at Prof. Dr. I.G.N.G Ngoerah Hospital. This was an observational descriptive study with a cross-sectional design to assess the level of anxiety in breast cancer patients receiving chemotherapy in the hospital. Anxiety was measured using the Beck Anxiety Inventory (BAI). Out of the 42 participants in the study, it was found that 54.8% experienced minimal anxiety, 31.0% had mild anxiety, 9.5% had moderate anxiety, and 4.8% had severe anxiety. Patients with severe anxiety were mostly in the age range of 0-30 years (50%), had completed junior high school education (20%), were unemployed (5.6%), unmarried (20%), had comorbidities (5.6%), and received chemotherapy more than 10 times (20%). ABSTRAKTingkat kecemasan pada pasien kanker payudara yang sedang melakukan kemoterapi berisiko pada terjadinya peningkatan kondisi yang tidak mengutungkan. Prevalensi kecemasan pada pasien kanker payudara berdasarkan data yang dikumpulkan pada tahun 2019 dari tiga database elektronik (PubMed, Web of Science, dan Scopus) sebanyak 36 penelitian yang mencakup 16.298 pasien kanker payudara antara tahun 2000 dan 2018 terdaftar dalam penelitian tersebut, prevalensi kecemasan di antara pasien kanker payudara adalah 41,9% (CI: 95%) menunjukkan pentingnya faktor psikologis serta fisik pada pasien kanker payudara. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi kecemasan pada pasien kanker payudara yang sedang melakukan kemoterapi di RSUP Prof. Dr. I.G.N.G Ngoerah. Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif dengan rancangan cross-sectional untuk mengetahui tingkat kecemasan pada pasien kanker payudara yang melakukan kemoterapi di rumah sakit. Kecemasan diukur dengan pengukuran tingkat kecemasan menurut Beck Anxiety Inventory (BAI). Sebanyak 42 sampel yang mengikuti penelitian, didapatkan sebanyak 54,8% mengalami cemas minimal, 31,0% mengalami kecemasan ringan, 9,5% mengalami kecemasan sedang, dan 4,8% mengalami kecemasan berat. Pasien yang memiliki tingkat kecemasan berat sebagian besar adalah pada rentang umur 0-30 tahun (50%), tingkat pendidikan SMP (20%), tidak bekerja sebesar (5,6%), belum menikah (20%), dengan penyakit penyerta (5,6%), dan frekuensi kemoterapi >10 kali (20%)
GANGGUAN KELEKATAN SEBAGAI PENCETUS TERJADINYA SKIZOFRENIA : TINJAUAN PUSTAKA SITANGGANG, AMITA ROULI PURNAMA; ARDANI, I GUSTI AYU INDAH; LESMANA, COKORDA BAGUS JAYA
HEALTHY : Jurnal Inovasi Riset Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 1 (2024)
Publisher : Pusat Pengembangan Pendidikan dan Penelitian Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51878/healthy.v3i1.2867

Abstract

Schizophrenia is one of the non-fatal diseases that result in a heavy burden for patients, society, and the government, with a prevalence rate of 0.5-1% of the world's population, or more than 20 million people worldwide. In Indonesia, according to the Ministry of Health of the Republic of Indonesia in 2019, it is estimated that there are 450,000 people with mental disorders, including schizophrenia. Although the exact cause of schizophrenia is not yet known, several factors are suspected to influence the occurrence of schizophrenia, one of which is emotional trauma due to attachment disorders. Attachment theory offers a conceptualization of the formation of emotional bonds, social functions, and emotional regulation that can help explain the occurrence of mental disorders, including schizophrenia. A literature review was conducted through data sources such as PubMed, Google Scholar, Medline, and PsycINFO to search for data on attachment theory, attachment disorders, and schizophrenia. Attachment disorders are experienced in the early stages of development in the form of trauma. Trauma experienced in the early stages of development, such as negative events, neglect, or inadequate caregiving, is a factor that can affect brain development, leading to changes in neuroendocrine function, resulting in disturbances in emotional regulation and cognitive function. There is a decrease in the ability to identify and understand one's own and others' mental states, such as beliefs, emotions, and intentions, known as "mentalization" and "theory of mind." Emerging evidence regarding the role of attachment in the development of psychosis has implications for the prevention and treatment of psychosis. Trauma experienced in the early stages of development, such as negative events, neglect, or inadequate caregiving, is considered a factor that can affect brain development and neuroendocrine function. The discussion on the relationship between attachment disorders and schizophrenia still requires extensive review and research in the future. ABSTRAKSkizofrenia termasuk salah satu kelompok penyakit nonfatal yang mengakibatkan beban berat bagi penderita, masyarakat, dan pemerintah dengan kisaran prevalensi antara 0,5-1 % dari populasi dunia, atau lebih dari 20 juta orang di seluruh dunia. Di Indonesia, menurut Kementerian Kesehatan RI tahun 2019 diperkirakan ada 450.000 orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) termasuk skizofrenia. Meskipun penyebab skizofrenia belum diketahui secara pasti, terdapat beberapa faktor yang diduga mempengaruhi terjadinya skizofrenia, salah satunya adalah trauma emosional akibat gangguan kelekatan. Teori kelekatan menawarkan konseptualisasi tentang pembentukan ikatan emosional, fungsi sosial, dan regulasi emosi yang dapat membantu menjelaskan terjadinya gangguan mental termasuk skizofrenia. Dilakukan tinjauan pustaka melalui sumber data yaitu PubMed, Google Scholar, Medline, dan PsycINFO untuk mencari data mengenai teori kelekatan, gangguan kelekatan dan skizofrenia. Gangguan kelekatan dialami pada tahap awal perkembangan dalam bentuk trauma. Trauma yang dialami pada tahap awal perkembangan, misalnya peristiwa negatif, pengabaian atau pengasuhan yang tidak memadai merupakan faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan otak, sehingga terjadi perubahan fungsi neuroendokrin sehingga terjadi gangguan regulasi emosi dan fungsi kognitif. Terdapat penurunan kemampuan untuk mengidentifikasi dan memahami kondisi mental diri sendiri dan orang lain, seperti keyakinan, emosi, dan niat, yang disebut sebagai “mentalisasi” dan “teori pikiran”. Bukti yang muncul mengenai peran keterikatan terhadap perkembangan psikosis mempunyai implikasi terhadap pencegahan dan pengobatan psikosis. Trauma yang dialami pada tahap awal perkembangan, misalnya peristiwa negatif, pengabaian atau pengasuhan yang tidak memadai dianggap sebagai faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan otak serta fungsi neuroendokrin. Diskusi mengenai hubungan gangguan kelekatan dan skizofrenia masih memerlukan banyak telaah dan penelitian di masa depan.