Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

KAJIAN KONSTITUSI TENTANG PERLINDUNGAN HAK ASASI MANUSIA TERHADAP ANAK JALANAN Ambarsari, Ririen
JURNAL KONSTITUSI Vol 4, No 2 (2011): November
Publisher : JURNAL KONSTITUSI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

UNICEF provides restrictions Street children as "Children WHO work on the streets of urban areas, without reference to the time They Spend thereasons for being there or there". Various studies reveal the terrible situation faced by street children, as pursued by police, suffered torture, violence, utilized and exploited by the syndicates to become beggars, street musicians, pickpockets, and even some street children are also experiencing sexual exploitation. This phenomenon can be categorized as a form of violation of human rights that need protection. With regard to the legal protection of street children, weve set national laws, among others, in the 1945 Constitution, article 28 B, paragraph 2 which states that the rights of children to survival, grow and develop as well as the right to protection from violence and discrimination, the Law of Human Rights in 1999 where the protection of children provided for in article 52 to article 66, as well as the Law of the Republic of Indonesia Number 23 year 2002 on Child Protection. 
Anotasi Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Nomor 46/PUU-XIV/2016 dalam Perspektif Hermeneutika Hukum Muhammad Fajar Hidayat; Ririen Ambarsari
Nurani Hukum Vol. 3 No. 2 Desember 2020
Publisher : Fakultas Hukum Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51825/nhk.v3i2.8573

Abstract

Dalam putusannya yang dibacakan pada tanggal 14 Desember 2017 terhadap perkara Nomor 46/PUU-XIV/2016, Mahkamah Konstitusi memutuskan menolak gugatan uji materi tentang zina dan hubungan sesama jenis atau Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender (LGBT) yang diatur dalam KUHP dengan Pemohon yakni Prof. Dr. Ir. Euis Sunarti, M.S. dan kawan-kawan. Pada prinsipnya, para Pemohon memohon agar MK menghilangkan sejumlah ayat, kata dan/atau frasa dalam Pasal 284 ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat (5), Pasal 285 dan Pasal 292 KUHP. Walaupun ada pendapat berbeda (dissenting opinion) dari 4 (empat) orang Hakim Konstitusi yakni Arief Hidayat, Anwar Usman, Wahiduddin Adams, dan Aswanto, tetap saja 5 (lima) orang Hakim Konstitusi lainnya yakni Maria Farida Indrati, I Dewa Gede Palguna, Suhartoyo, Manahan MP Sitompul, dan Saldi Isra berpendapat bahwa MK hanya memiliki kewenangan sebagai negative legislator. Artinya, MK hanya dapat membatalkan UU dan tidak dapat mengambil kewenangan Parlemen dalam membuat UU atau peraturan sebagai positive legislator. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan menganalisis apakah Putusan MK tersebut sudah mencerminkan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat atau tidak apabila dianalisis dalam perspektif hermeneutika hukum. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Putusan MK tersebut, belum mencerminkan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat apabila dianalisis dalam perspektif hermeneutika hukum. Putusan MK tersebut lebih mengedepankan aspek kepastian hukum semata dengan mengorbankan keadilan dan kemanfaatan. Kebutuhan positive legislator bukan kebutuhan yang parsial tapi komprehensif. Positive legislator lebih melihat bahwa hakim harus memiliki gagasan keadilan substantif yang berubah mengikuti perkembangan masyarakat, tidak semata-mata keadilan prosedural. Positive legislator dengan memperluas ruang lingkup suatu tindak pidana (strafbaar feit) dapat dilakukan, manakala norma undang-undang secara nyata mereduksi dan bahkan bertentangan dengan nilai agama dan sinar ketuhanan yang pada dasarnya bersifat 'terberi' (given) bagi ketertiban dan kesejahteraan kehidupan manusia.In its verdict read out on December 14, 2017 against case Number 46 / PUU-XIV / 2016, the Constitutional Court ruled in rejecting the lawsuit for adultery and same-sex, or lesbian, gay, bisexual, transgender (LGBT) matters that are regulated in the Criminal Code with the Petitioner namely Prof. Dr. Ir. Euis Sunarti, M.S. and friends. In principle, the Petitioners request that the Constitutional Court omit a number of verses, words and / or phrases in Article 284 paragraph (1), paragraph (2), paragraph (3), paragraph (4), paragraph (5), Article 285 and Article 292 Criminal Code. Although there are dissenting opinions from 4 (four) Constitutional Justices namely Arief Hidayat, Anwar Usman, Wahiduddin Adams, and Aswanto, still 5 (five) other Constitutional Justices namely Maria Farida Indrati, I Dewa Gede Palguna, Suhartoyo, Manahan MP Sitompul, and Saldi Isra argued that the MK only had the authority as a negative legislator. That is, the Constitutional Court can only cancel the Act and cannot take the authority of Parliament in making laws or regulations as positive legislators. The purpose of this study is to find out and analyze whether the Constitutional Court Decision reflects the sense of justice that lives in the community or not when analyzed in the perspective of legal hermeneutics. The research method used is legal research. The results showed that the Constitutional Court's Decision, did not reflect a sense of justice that lives in the community when analyzed in the perspective of legal hermeneutics. The Constitutional Court's decision emphasizes the aspect of legal certainty at the expense of justice and expediency. The needs of positive legislators are not partial but comprehensive needs. Positive legislators see that judges must have an idea of substantive justice that changes with the development of society, not merely procedural justice. Positive legislators by expanding the scope of a criminal act (strafbaar feit) can be done, when the norms of the law actually reduce and even conflict with religious values and the divine light which is basically 'given' for the order and welfare of human life.
Perlindungan Hukum Hak Kekayaan Intelektual Atas Produk Pengolahan Ikan Di Dusun Sendangbiru Desa Tambakrejo Kecamatan Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang: Hak Kekayaan Intelektual Ambarsari, Ririen; Wijaya, Darajatun Indra Kusuma; Zakaria, Fahmi Arif
Jurnal Panorama Hukum Vol 9 No 1 (2024): Juni
Publisher : Fakultas Hukum Universitas PGRI Kanjuruhan Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21067/jph.v9i1.10679

Abstract

Kabupaten Malang, Kecamatan Sumbermanjin-Wetang, Desa Tambakrejo dan Dusun Sendanbil mempunyai potensi besar dalam pengolahan hasil laut seperti ikan tuna yang kaya protein. Meskipun potensi ini dapat mendukung kesejahteraan masyarakat, terbatasnya wawasan terhadap perlindungan hak kekayaan intelektual (HAKI), khususnya  merek dagang, menjadi hambatan dalam pemasaran produk olahan makanan laut. Penelitian ini bertujuan untuk menggali potensi sumber daya kelautan untuk menunjang kesejahteraan. Survei masyarakat di Dusun Sendanville, (2) Penelitian tentang perlindungan hukum kekayaan intelektual produk olahan hasil laut. Kajian ini menyoroti perlunya dukungan masyarakat untuk memahami pentingnya merek untuk melindungi hak kekayaan intelektual agar produk olahan seperti sutra ikan  memenuhi standar pasar. Upaya tersebut diharapkan dapat meningkatkan daya saing produk dan mengembangkan perekonomian Dusun Sendanville secara berkelanjutan.
Pemberdayaan Masyarakat Desa Bangelan Dalam Pengembangan Desa Wisata Di Kabupaten Malang Suciati, Suciati; Ambarsari, Ririen; Kusuma, Darajatun Indra
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 2 No. 1 (2022): Juni
Publisher : Actual Insight

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56393/jpkm.v2i1.1367

Abstract

Desa Bangelan, dikenal sebagai daerah potensial yang terkenal dengan perkebunan kopi, sumber mata Airn dan produk homemadenya. Namun berdasarkan belum optimalnya pengembangan desa wisata Bangelan, maka pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk: 1) Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat akan pentingnya pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan perekonomian masyarakat; dan 2) meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat akan pentingnya pendaftaran hak kekayaan intelektual sebagai perlindungan hukum bagi produk asli Desa Bangelan. Sedangkan metode yang Pengabdi lakukan adalah: 1) Pemberian informasi mengenai pentingnya perlindungan terhadap hak kekayaan intelektual produk; 2) Pembantuan pembuatan desain logo produk Kopi Bangelan yang memiliki ciri khas; 3) Pembantuan pengurusan pendaftaran hak kekayaan intelektual hingga penerbitan sertifikatnya; 4) Pembantuan pengurusan penerbitan Surat Ijin Berusaha bagi pelaku usaha; dan 5) Pembantuan pengurusan penerbitan PIRT dengan tujuan agar produk kopi dapat dipasarkan tidak hanya di lingkungan desa Bangelan namun juga di market di seluruh Indonesia, baik secara luring maupun daring.