Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

OPTIMASI KOMBINASI SETIL ALKOHOL DAN LANOLIN PADA FORMULA BALSAM STIK DENGAN METODE SIMPLEX LATTICE DESIGN Pertiwi, Ratih Dyah; Fayza Maghfira Solachudin; Hermanus Ehe Hurit
Jurnal Ilmiah Manuntung Vol 11 No 1 (2025): Jurnal Ilmiah Manuntung: Sains Farmasi Dan Kesehatan
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51352/jim.v11i1.895

Abstract

A Balsam stick is a stick-shaped balsam that is made easier to use. Stiffening agents and emollients are needed to maintain the consistency of the balsam stick. This study aims to determine the optimum formula for balsam sticks with a combination of cetyl alcohol and lanolin. Using the Simplex Lattice Design method, the optimum formula for balsam sticks is obtained through the Design Expert version 13. The analysis results of spreadability, adhesion, and hardness were obtained using the ANOVA test. The optimum formula was obtained with a combination of cetyl alcohol concentration of 40.5% and lanolin 59.5% with a desirability value of 1.000 and the predicted results of spreadability of 3.506 cm, adhesion of 11.597 seconds, and hardness of 9.259 mm. In the evaluation results carried out in the laboratory, the value of the spreadability test was 3.62 ± 0.08 cm, the adhesion test was 10.92 ± 0.44 seconds, and the hardness test was 9.029 ± 0.31 mm. The verification results of the optimum formula were a sig 2-tailed value on spreadability of 0.139, adhesion of 0.120, and hardness of 0.328 where sig 2-tailed >0,05, indicating no significant difference. This suggests that the optimum formula of balsam sticks gives good results and meets the requirements.
EDUKASI SISWA DENGAN PENINGKATAN PENGETAHUAN DI SMK REFORMASI JAKARTA BARAT SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN ANEMIA DI KALANGAN REMAJA Inherni Marti Abna; Hermanus Ehe Hurit; Aprilita Rina Yanti; Ayu Puspitalena
J-ABDI: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 3 No. 9: Februari 2024
Publisher : Bajang Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53625/jabdi.v3i9.7191

Abstract

Anemia adalah kondisi yang terjadi ketika tubuh menghasilkan jumlah sel darah merah yang lebih rendah dari normal. Dampak jangka pendek anemia yaitu menurunnya daya tahan tubuh sehingga rentan terhadap penyakit infeksi, dan menyebabkan kurangnya oksigen ke sel otot dan otak yang mengakibatkan penurunan prestasi belajar dan produktivitas kerja. Sekitar 22,7% perempuan Indonesia yang berusia ≥15 tahun mengidap anemia. Hal tersebut mendorong pengendalian anemia nasional terus gencar dilakukan. Strategi pengendalian yang dapat dilakukan dengan memberikan penyuluhan tentang anemia kepada masyarakat luas. Program pengabdian masyarakat ini dilaksanakan di SMK Reformasi Jakarta Barat dengan tujuan memberikan edukasi kepada siswa terutama siswi tentang bahaya dan pencegahan anemia. Metode yang digunakan dalam pengabdian ini adalah metode edukasi langsung dengan memberikan penyuluhan kepada siswa-siswi melalui ceramah dan diskusi. Hasil dari kegiatan ini adalah bertambahnya pemahaman siswa tentang bahaya dan pencegahan anemia dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari
MEMBANGUN IMUNITAS PERILAKU: SOSIALISASI ANTI-ROKOK SEBAGAI UPAYA PERLINDUNGAN DINI REMAJA DARI DAMPAK TBC (SMP BENTENG GADING) Hermanus Ehe Hurit; Antonius Dewanto Purnomo; Imanuel, Imanuel; Yasmin Zabarij; Widyan Dana Dwi Ratri Conita; Reza Apriliani; Pingkan Febriana; Eva Mardiana Ompusunggu; Anggi Nuraini; Nanda Dwi Septiani Putri; Pingkan Irlanda; Refo Ananta Lim; Devina Elsha Dominica Zebua
J-ABDI: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 5 No. 7 (2025): Desember 2025
Publisher : Bajang Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Perilaku merokok masih menjadi permasalahan serius di Indonesia, terutama pada kalangan remaja. Menurut laporan WHO, jumlah perokok aktif di dunia mencapai 62,8 juta jiwa, dan Indonesia menempati urutan ketiga dengan prevalensi 46,8% pada laki-laki dan 3,1% pada perempuan. Data nasional menunjukkan prevalensi merokok pada remaja usia 10–18 tahun meningkat dari 7,2% pada tahun 2013 menjadi 9,1% pada tahun 2018, dengan sebagian besar perokok pemula mulai merokok sebelum usia 19 tahun. Kondisi ini menunjukkan bahwa perilaku merokok pada remaja terus meningkat meskipun dampak buruknya telah diketahui secara luas. Rokok mengandung lebih dari 4000 senyawa kimia, di antaranya 400 zat berbahaya dan 43 zat bersifat karsinogenik, yang menimbulkan risiko penyakit kronis hingga kematian, baik bagi perokok aktif maupun pasif. Metode yang digunakan dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah sosialisasi tentang bahaya merokok, serta simulasi menolak ajakan merokok dari teman sebaya. Selain itu, dilakukan pre-test dan post-test melalui kuesioner untuk mengukur tingkat pengetahuan dan kesadaran siswa sebelum dan sesudah kegiatan sosialisasi. Kegiatan dilaksanakan di SMP Benteng Gading, Kampung Belakang, Kelurahan Kamal, Kecamatan Kalideres, Jakarta Barat, dengan melibatkan siswa dan guru sebagai mitra utama. Hasil kegiatan menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan dan kesadaran siswa mengenai bahaya rokok. Sebelum penyuluhan, seluruh responden (100%) sudah mengetahui bahwa rokok mengandung zat berbahaya, dan setelah penyuluhan 95% tetap menunjukkan pemahaman tersebut. Sikap negatif terhadap anggapan bahwa merokok itu keren meningkat dari 95,7% menjadi 95% pasca penyuluhan. Perilaku mencoba merokok juga menunjukkan perbaikan, di mana sebelum penyuluhan 13% siswa pernah mencoba merokok, sedangkan setelah penyuluhan 95% menyatakan tidak ingin mencoba. Pemahaman bahwa asap rokok berbahaya bagi orang lain meningkat dari 95,7% menjadi 100%. Pengetahuan tentang risiko ketergantungan juga meningkat signifikan dari 73,9% menjadi 95%. Selain itu, komitmen untuk hidup sehat tanpa rokok tetap tinggi, yaitu 95,7% sebelum penyuluhan dan 95% setelahnya. Program ini mendapat dukungan penuh dari pihak sekolah, yang ditandai dengan keterlibatan aktif guru dalam pengawasan serta komitmen untuk melanjutkan sosialisasi secara berkelanjutan. Dengan demikian, kegiatan pengabdian masyarakat ini tidak hanya bermanfaat dalam aspek kesehatan, tetapi juga mendukung upaya pemerintah dalam menekan angka perokok pemula dan melindungi generasi muda dari dampak buruk rokok.