Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Representation of Piety in Subuh Prayer Memes on The Internet: A Meanings and Media Perspective Sunaryanto; Rizal, Sofyan; Syamsuri, Ahmad Rofi
Ath Thariq Jurnal Dakwah dan Komunikasi Vol 8 No 2 (2024): Ath-Thariq: Jurnal Dakwah dan Komunikasi
Publisher : Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah IAIN Metro-Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32332/ath-thariq.v8i2.6z9gkd69

Abstract

This research aims to critically analyze the representation of the meaning of piety in Subuh prayer memes on the internet. This research is important to carry out because many memes have been found with Islamic themes or Islamic da’wah, which carry various meanings of gender ideology, conservatism, religion, religious liberalism, and other related concepts. The theoretical framework employed in this research is meanings and media, which comprises four distinct concepts: semiotics, structuralism, denotation and connotation, and code (including myth and ideology). This study uses a qualitative content analysis method with semiotic analysis as the primary approach. The data were collected through purposive sampling, focusing on four (4) memes with the theme of Subuh prayers and their relation to social phenomena, namely New Year celebrations, watching football, the lunar eclipse and the soap opera Eclipse, as well as Eid al-Fitr celebrations. This research found that Subuh prayer memes on the internet use various texts which signify the ideological struggle of conservative Islamic groups. Popular culture and local culture for conservative Islamic groups must be rejected because it is the reason why Muslims do not perform the Subuh prayer in congregation at the mosque. The meanings of denotation, connotation, and structuralism are the aspirations to construct a structure based on unadulterated Islamic tenets that are not mixed with popular culture or local culture. In code, Subuh prayer memes on the internet represent the mythical and ideological struggle of conservative Islamic groups who want to build a society based on pure Islamic teachings.
MELAWAN BORJUISASI GAYA HIDUP PEREMPUAN DESA: PEMAKNAAN TERHADAP FILM PENDEK JAGOKU UNTUK MBAK MENTIK: AGAINST THE BOURGEOISATION OF VILLAGE WOMEN'S LIFESTYLE: MEANING OF THE SHORT FILM JAGOKU FOR MBAK MENTIK Sunaryanto, Sunaryanto; Syamsuri, Ahmad Rofi; Rizal, Sofyan
ANDHARUPA: Jurnal Desain Komunikasi Visual & Multimedia Vol. 11 No. 1 (2025): Maret 2025
Publisher : Dian Nuswantoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan makna perlawanan terhadap borjuisasi gaya hidup perempuan desa yang direpresentasikan dalam film pendek Jagoku Untuk Mbak Mentik yang ditayangkan dalam kanal YouTube Paniradya Kaistimewan. Penelitian ini menggunakan jenis kualitatif dengan pendekatan studi media dan kajian budaya yang menggunakan paradigma kritis. Analisis data menggunakan analisis tekstual media berdasarkan teori meanings and media yang dibagi menjadi 4 (empat) konsep: semiotika, denotasi dan konotasi, strukturalisme, dan kode (mitos dan ideologi). Penelitian menyimpulkan bahwa film pendek Jagoku Untuk Mbak Mentik secara semiotika terdapat tanda yaitu laptop, rumah dengan dinding kayu, kursi kayu. Laptop merupakan simbol perjuangan gender, modernitas dan kapitalisme karena digunakan sebagai sarana untuk berbelanja online dengan sistem hutang (pay later). Rumah dengan dinding dan kursi kayu merupakan simbol tradisionalisme masyarakat desa yang bekerja sebagai petani. Makna denotasinya adalah bahwa perempuan desa bisa menggunakan teknologi untuk membangun gaya hidup modern dan melawan ketimpangan gender. Makna konotasinya adalah kehadiran teknologi laptop dan internet justru menjadikan perempuan desa harus tunduk pada gaya hidup borjuis dan konsumtif yang didorong oleh kapitalisme global. Struktur sosial yang direpresentasikan dalam film adalah perebutan kekuasaan antara ideologi gender, kapitalisme, dan tradisionalisme budaya masyarakat petani.
Dakwah Digital dalam Komik Line Webtoon Laa Tahzan: Don’t Be Sad dalam Perspektif Semiotika Syamsuri, Ahmad Rofi; Sunaryanto; Helmy, Afnan Nadjib
El Madani: Jurnal Dakwah dan Komunikasi Islam Vol. 4 No. 2 (2023): El-Madani: Jurnal Dakwah dan Komunikasi Islam
Publisher : Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas PTIQ Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53678/7kaqjx35

Abstract

Komik Line Webtoon bisa digunakan sebagai sarana dakwah digital yang menyampaikan pesan-pesan dakwah melalui pendekatan budaya. Tetapi yang menjadi masalah, meskipun dapat digunakan sebagai sarana dakwah digital, Komik Line Webtoon kenyataannya berkembang melalui kepentingan industri dan kapitalisme media. Proses industrialiasi Komik Line Webtoon ini bisa berkembang dengan baik sebab prosesnya menggunakan yang disebut sebagai glokalisasi. Penelitian ini menganalisis makna dakwah digital dalam Komik Line Web Ton Laa Tahzan: Don’t be Sad episode #88 #89# 90 dan #116. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis tekstual dengan teori semiotik. Penelitian ini menemukan dakwah digital dalam The Line Webtoon: Laa Tahzan Jangan Sedih dalam empat episode yaitu menggunakan tanda korek api, kacamata, hijab, pantai, teks terjemahan Al-Qur'an dan hadits. Penanda yang digunakan dalam empat episode tersebut adalah Arno, Hatta, Uda Sheng, Aliya dan Aya. Petanda yang digunakan adalah pembelajaran, kedisiplinan, ilmu, kesabaran, kejujuran, tidak berbohong, kekuatan Allah SWT, ketakwaan, aqidah, kekuasaan Allah SWT, pasrah kepada Allah SWT, kekhilafan kepada Allah SWT, kezaliman terhadap Allah SWT. Jika disimpulkan makna dakwah digital komik ini terbagi menjadi tiga poin penting yaitu aqidah, akhlak dan muamalah. Makna denotasinya adalah pentingnya ilmu, pentingnya puasa, pengertian rakaat shalat tarawih, dan larangan syirik terhadap Allah SWT. Makna konotasinya saat ini umat Islam belum membangun ilmu pengetahuan, puasa yang belum diamalkan dengan baik, konflik karena perbedaan rakaat shalat tarawih, dan kesyirikan kepada Allah SWT.