Chusni Ansori
Balai Informasi dan Konservasi Kebumian - LIPI Jln. Karangsambung, Km. 19 Karangsambung, Kebumen 54253

Published : 15 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

Model Mineralisasi Pembentukan Opal Banten Ansori, Chusni
Indonesian Journal on Geoscience Vol 5, No 3 (2010)
Publisher : Geological Agency

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1312.534 KB) | DOI: 10.17014/ijog.v5i3.100

Abstract

DOI: 10.17014/ijog.v5i3.100Opal is a beautiful precious gemstone that is equal or more valuable than diamond. In Indonesia, precious opal is found at the Lebak Regency, Province of Banten. Banten’s opal widely has been recognized due to its beautiful opalescence. This paper is a review of the last research; preliminary study of Banten’s opal, characteristics of opal-CT and determining of opal type from geochemical data, added by new data to compile concept and to make mineralization model. In order to fulfill these targets, field geology research and analysis of mineralog/gemology, petrography, X-RD, and major and trace element geochemistry have been done. The Banten’s opal is opal-CT showing opalescence (play of colour), weathering, and leaching silica from volcanic glass by dark grey claystone hosted. Mineralization model is divided into three periods; at Early Pliocene volcanic clastic sediments rich in volcanic glass occured as fluvial sediments. Afterwards, at Late Pliocene - Pleistocene folding, weathering and leaching of silica took place. Intensive jointing, faulting, and folding quickened weathering and leaching processes to formed opal at limb of anticline through Holocene. The prospecting area of Banten’s opal is in tuff unit with intercalation of conglomerate or pumiceous breccia, at limb of anticline. The host rock of opal is dark grey claystone which underlies polimict conglomerate/pebbly sandstone sequence with cross stratification, imbricated, and erossional stucture; more than 8 m deep.
PEMANFAATAN FELSPAR DESA PETIR-KECAMATAN BAWANG DAN DESA WANADRI, KECAMATAN PURWANEGARA, KABUPATEN BANJARNEGARA UNTUK PEMBUATAN BATA RINGAN Ansori, Chusni; ., Gurharyanto
Buletin Sumber Daya Geologi Vol 11, No 2 (2016): Buletin Sumber Daya Geologi
Publisher : Buletin Sumber Daya Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (13822.647 KB)

Abstract

Kabupaten Banjarnegara mempunyai potensi felspar yang berasal dari batuan genes felspar dan sekis felspar dengan kandungan Fe2O3 dan CaO tinggi yang saat ini dimanfaatkan sebagai bahan baku industri keramik. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kemungkinan pemanfaatan felspar menjadi bahan baku bata ringan.Penelitian ini mencakup penelitian lapangan, karakterisasi dan preparasi bahan baku, formulasi bahan, pembuatan benda uji, analisis sifat fisik dan XRD benda uji. Conto felspar diambil dari Desa Petir Kecamatan Bawang dan Desa Wanadri Kecamatan Purwanegara. Preparasi dilakukan pada ukuran fraksi kasar (60 s.d. 80) mesh  dan fraksi halus (100 s.d. 150) mesh. Benda uji dibuat dari campuran felspar, abu sekam padi, semen, alumina powder, foam agent (FA), water glass dan NaOH dengan berbagai formula. Karakteristik bata ringan yang diharapkan mempunyai densitas 0,8 gr/cm3 s.d. 1,0 gr/cm3 dan kuat tekan sebesar 30 kg/cm2 s.d. 60 kg/cm2.Benda uji dibuat sebanyak 44 buah menggunakan pencampuran masa tuang dengan gelembung udara secara fisik atau Cellular Lightweight Concrete (CLC), pencampuran secara kimia atau Autoclaved Aerated Concrete (AAC) tanpa auto clave dan metode polimer dengan pengeringan pada suhu kamar. Benda uji yang dibuat dengan metode CLC, menghasilkan densitas terendah 1,0 gr/cm3 sedangkan kuat tekan maksimal 25,9 kg/cm2. Benda uji yang dibuat menggunakan metode polimer, densitas terendah 1,5 gr/cm3 dengan kuat tekan tertinggi 83 kg/cm2.Bata ringan metode CLC lebih cocok dikembangkan di Banjarnegara karena merupakan teknologi yang sederhana. Komposisi ideal bata ringan metode CLC adalah semen dan air dengan perbandingan 3 banding 2, untuk pembentukan pori dapat menggunakan FA di atas 25 gram, perbandingan felspar dengan silica amorf (sekam padi) dengan perbandingan 10 banding 1. Tingginya kandungan Al2O3 serta tidak terbentuknya tubermorite berpengaruh terhadap tingginya densitas dan rendahnya kuat tekan. Peningkatkan kuat tekan dapat dilakukan dengan menambah bahan tambahan (additive) berupa black alumina, sedangkan untuk menurunkan densitas dapat dilakukan dengan menambah silika amorf dari limbah geothermal maupun organik.
POTENSI PERTAMBANGAN DAN ANCAMAN KEBENCANAAN SEBAGAI DATA PENUNJANG PENYUSUNAN TATA RUANG WILAYAH DI KECAMATAN WADASLINTANG, KABUPATEN WONOSOBO, PROVINSI JAWA TENGAH Ansori, Chusni; Raharjo, Puguh Dwi; Wardhani, Fitriany Amalia
Buletin Sumber Daya Geologi Vol 12, No 3 (2017): Buletin Sumber Daya Geologi
Publisher : Buletin Sumber Daya Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1471.004 KB)

Abstract

Kecamatan Wadaslintang mempunyai potensi bahan tambang berupa  andesit, diabas, batu pasir, sirtu, tanah urug, breksi, batu mulia dan Kaolin. Sejalan dengan peningkatan pembangunan, kebutuhan bahan tambang untuk memenuhi pembangunan bertambah secara signifikan, namun ketersediaan wilayah pertambangan tidak terakomodasi dalam RTRW. Paradigma pembangunan saat ini adalah pembangunan berkelanjutan sehingga penambangan yang dilakukan juga harus memperhatikan aspek kebencanaan. Untuk dapat mengakomodasi kepentingan penambangan dalam tata ruang wilayah, maka dilakuka kajian ini.Penelitian bahan tambang dilakukan dengan survey lapangan dan analisa laboratorium (petrografi, geokimia, XRD,sifa fisik batuan) yang menghasilkan peta sebaran dan kualitas bahan tambang. Sedangkan penelitian kebencanaan dilakukan melalui survey lapangan serta analisis Citra Landsat menggunakan metode AHP sehingga didapatkan peta ancaman bencana. Peta sebaran bahan tambang dan peta ancaman bencana dilakukan proses tumpang tindih sehingga menghasilkan peta wilayah pertambangan.Kaolin tersebar pada areah 17,26 Ha, setelah dilakukan proses tumpang tindih maka wilayah yang layak tambang menjadi 14,76 Ha (wilayah dengan tingkat ancaman bencana rendah dan sedang). Diabas tersebar 41,84 Ha, mengalami penciutan menjadi 35,29. Ha. Kalkarenit seluas 22,51 Ha  menjadi 5,88 Ha; breksi andesit seluas 1440,6 Ha menjadi 838,92 Ha, tanah merah 55.06 Ha menjadi 32,29 Ha,  batu pasir 737,6 ha menjadi.523,4 Ha. Wilayah pertambangan yang dihasilkan dari proses tumpang tindih antara peta ancaman bencana dengan peta potesi tambang lebih layak diterapkan untuk mengurangi resiko yang terjadi akibat penambangan
DISTRIBUSI MINERALOGI PASIR BESI PADA JALUR PANTAI SELATAN KEBUMEN – KUTOARJO Ansori, Chusni; Sudarsono, Sudarsono; Saefudin, Saefudin
Buletin Sumber Daya Geologi Vol 6, No 2 (2011): Buletin Sumber Daya Geologi
Publisher : Buletin Sumber Daya Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1603.665 KB)

Abstract

Mineral yang didapatkan berupa mineral magnetik dan bukan magnetik yang merupakan mineral pengotor. Mineral magnetik berupa magnetit lepas dan magnetit ikat dengan mineral olivin, piroksin, biotit, dan hornblenda. Sedangkan mineral bukan magnetik berupa kuarsa, plagioklas, K-feldspar, zirkon, rutil, dan karbonat/fosil. Pada pasir halus (ukuran 100 #) kandungan magnetit ikat serta asosiasi mineral lain yang mengandung unsur besi mencapai 37,41% sedangkan magnetit lepas 16,73%. Pada pasir kasar-sedang (ukuran 50 #) kandungan magnetit ikat 22,47% dan magnetit lepas 11,47%. Mineral magnetik sebagian besar terdapat pada pasir halus dengan ukuran +100# hingga -100#. Pola sebaran mineral bersifat magnetik pada fraksi kasar maupun halus cenderung meningkat ke arah timur (Kutoarjo). Sedangkan mineral bukan magnetik seperti kuarsa, plagioklas, k-feldspar dan zirkon semakin tinggi kandungannya ke arah barat. Perbedaan karakteristik sebaran mineral karena kontrol geologi dan proses liberasi magnetit yang berbeda.
PENENTUAN TIPE FLUIDA, GEOTERMOMETER RESERVOIR DAN HILANG PANAS ALAMIAH BERDASARKAN ANALISIS DATA GEOKIMIA PANAS BUMI DI KABUPATEN BANJARNEGARA, JAWA TENGAH Ansori, Chusni; Wardhani, Fitria Amalia
Buletin Sumber Daya Geologi Vol 10, No 3 (2015): Buletin Sumber Daya Geologi
Publisher : Buletin Sumber Daya Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1039.846 KB)

Abstract

Kabupaten Banjarnegara memiliki beberapa daerah potensi panas bumi. Manifestasi fluida panas bumi teramati pada sembilan lokasi di Kecamatan Batur, Kecamatan Wanayasa, Kecamatan Kalibening dan Kecamatan Susukan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakter fluida panas bumi, temperatur reservoir dengan melakukan analisis geokimia fluida panas dan analisis kandungan anion-kation. Analisistipe dan asal fluida ditentukan berdasarkan plotting pada ternary diagram ClHCO 3 -SO 4 dan Cl-Li-B. Temperatur reservoir ditentukan berdasarkan perhitungan geotermometer NaK-Ca,K-Na-Mg dan Na-K, Berdasarkan hasil analisis, fluida panas bumi bertipe bikarbonat, klorida dan sulfat. fluida panas bumi bersumber langsung dari reservoir ataupun telah berinteraksi dengan batuan sedimen di sekitarnya. Terdapat empat reservoir panas bumi di daerah penelitian. Reservoir-1 terdapat pada bagian selatan Kabupaten Banjarnegara di Desa Gumelem Susukan, suhu reservoir 81°C, potensi hilang panasalamiah 95,5 KW. Reservoir-2 berada di sekitar Kecamatan Wanayasa dan Kalibening dengan suhu reservoir berkisar 222°C- 264°C, potensi hilang panas alamiahnya 4,691 MW. Reservoir -3 berada di Dieng bagian Utara, Kecamatan Batur dengan suhu reservoir sekitar 137°C, potensi hilang panas alamiahnya 246,4 KW. Reservoir-4 berada di Dieng bagian Selatan Kecamatan Batur dengan suhu reservoir berkisar 334 °C – 374°C, potensi hilang panas alamiahnya 26,58 MW. 
STUDI ALTERASI DAN MINERALISASI DISEKITAR GUNUNG AGUNG, KABUPATEN KULONPROGO – PURWOREJO Ansori, Chusni; Hastria, Defry
Buletin Sumber Daya Geologi Vol 8, No 2 (2013): Buletin Sumber Daya Geologi
Publisher : Buletin Sumber Daya Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3809.238 KB)

Abstract

Daerah Gunung Agung secara administratif termasuk dalam wilayah Kecamatan  Kokap, Kabupaten Kulonprogo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kecamatan Bagelen,Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah. Secara regional termasuk dalam Pegunungan Kulonprogo yang di daerah ini dijumpai  indikasi alterasi dan mineralisasi logam.  Pengamatan lapangan dan pemercontohan diikuti dengan analisis petrografi, X-RD, kimia mineral dan inklusi fluida. Studi dilakukan untuk mengetahui proses dan posisi mineralisasi.Mineralisasi yang berkembang umumnya berupa urat dan stock work silika-kuarsa yang diikuti pembentukan mineral ubahan lempung argilik disekitarnya, dengan intensitas lemah-sedang. Urat silika-kuarsa mempunyai  ketebalan 10-30 cm, dengan kadar Au berkisar  50-2.608 ppb. Hasil analisis XRD dan petrografi dijumpai adanya asosiasi mineral kuarsa, pirit, barit,  muskovit dan serisit. Hasil pengamatan dengan metoda inklusi fluida pada urat kuarsa menunjukan fasa tunggal dan ganda, umumnya mengalami necking dengan kandungan NaCl: 2,5 - 3,9 % berat, suhu homogenisasi antara 157 C hingga 225 C.Proses alterasi terjadi dalam dua tahap, tahap pertama terjadi alterasi mesotermal pada suhu antara 280-340 C,  sehingga mengubah mineral feldspar menjadi serisit dan asosiasi mineral sulfida. Tahap kedua, terjadi proses alterasi epitermal pada crustiform-colloform hingga kalsedonik superzone, suhu 175-230 C, yang menghasilkan asosiasi mineral barit, sulfida dan logam mulia.
POTENSI DAN GENESIS MANGAN DI KAWASAN KARS GOMBONG SELATAN BERDASARKAN PENELITIAN GEOLOGI LAPANGAN, ANALISIS DATA INDUKSI POLARISASI DAN KIMIA MINERAL Ansori, Chusni
Buletin Sumber Daya Geologi Vol 5, No 2 (2010): Buletin Sumber Daya Geologi
Publisher : Buletin Sumber Daya Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Mangan ditemukan tersebar dalam kawasan kars Gombong Selatan; baik dalam bentuk nodul, lensa dan lapisan. Nodul dan lensa mangan ditemukan dalam breksi vulkanik dan lava Formasi Gabon yang melandasi topografi kars. Mangan berlapis berada di bawah batugamping pada bidang ketidakselarasan antara Formasi Gabon dengan Formasi Kalipucang yang miring ke arah utara.Mangan berbentuk lensa serta iregular dikenali dari analisis data induksi polarisasi yang menunjukkan nilai tahanan jenis rendah (0 - 40 ohm meter) dan chargealibility tinggi (135 - 250 msec), diameter sekitar 2,5 m, tersebar pada kedalaman 5 40 m, bersifat masif, berasosiasi dengan alterasi hidrotermal. Nodul bercampur dengan silika, tersebar setempat, berasosiasi dengan lensa mangan, lava, tufa hijau dan breksi andesit, kandungan MnO2 < 50 %. Nodul termasuk mangan sedimen namun terkait proses hidrotermal bawah laut. Lapisan mangan berada di atas bidang ketidakselarasan, ketebalan 15 - 20 cm, tersebar pada areal seluas 555,98 Ha, termasuk mangan sedimen, dihasilkan dari proses pelapukan dan erosi, berwarna hitam-kecoklatan, lunak, kandungan MnO2 mencapai 74,19%. Potensi mangan sedimen diduga lebih banyak, kualitas lebih baik namun penambangannya akan banyak mengalami hambatan karena berada pada kawasan kars zone I dan II dengan ketebalan batugamping > 100 m.
Tipe Magmatik Batuan Beku Formasi Gabon di Tinggian Karangbolong, Kebumen Ansori, Chusni; A Wardhani, Fitriany
Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol 20, No 2 (2019): Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral
Publisher : Pusat Survei Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (270.793 KB) | DOI: 10.33332/jgsm.geologi.20.2.63-74

Abstract

Karangbolong High located in Java Southern Mountain range is dominated by volcanic rocks of Gabon Formation in the form of volcanic breccia, some intrusion bodies and lavas. Research on the type of magma at Karangbolong high has never been done. This activity is intended to know the distribution, change the type of magma and tectonic position.This research includes field sampling and laboratory work which includes petrographic analysis using polarization microscope and geochemistry analysis 4 litho ICP-WRA for major element and ICP-WRA4B2 for trace elements and REE. Results of geochemistry analysis are.plot in Total Alkali Silica (TAS) diagrams, AFM diagram , SiO2 vs FeO(t) / MgO diagram, SiO2 Vs K2O and the spider diagram.for trace elements and REE.Most of the igneous rocks at Karangbolong Region are andesite pyroxene, basaltic andesite and slightly basalt olivine. To the northward, igneous rocks are tend to more acid as reflected by the increase of SiO2, Na2O and K2O and the decreasing of MgO and Fe2O3 content. The affinity of the magma in the northern part is mostly Calc-Alkaline series (KR-18, KR-28, KR-6, KR-23) and slightly Island Arc Tholeiite as intrusion and lava at southern part (KR-33 and KR- 17). The tectonic position of rock formation resides in Island Arc Plate Margin. The Calk-alkaline magma is enriched with the light rare earth elements (LREE) compared to the Tholeiite magma, while trace element Sr, K, Rb, Ba, and Th strongly enriched in.Keywords : Karangbolong High, igneous rock, magmatic type, tectonic position
Protolith Oceanic Island Arc dari Granitoid Tipe M dan I di Karangsambung, Kebumen, Jawa Tengah Ansori, Chusni; Godang, Shaban; Hastria, Defry; isyqi, Isyqi
Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol 20, No 4 (2019): Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral
Publisher : Pusat Survei Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (468.275 KB) | DOI: 10.33332/jgsm.geologi.20.4.%p

Abstract

Granitoid rocks which found at Luk Ulo melange complex as rock fragments with  pale gray colour and faneritic texture. Petrogenesis and geotectonic of the granitoid is under debate. Some geologists consider as plagiogranite, which is formed from the Mid Ocean-ridge (MOR); or leucogranite which is formed from continental collision, and others argue as arc-related granitoid type.The field studies ware carried out on 5 (five) tracks around Luk Ulo River and 1 (one) track at Lokidang River. The pale grey Karangsambung granitoid is composed of the mainly  K-feldspar (34-55%), plagioclase (10-25%) and quartz (25-35%), and chemically contains SiO2 (61.25 - 66.06%); Al2O3 (13.94 ? 14.61%), K2O (2.53 - 4.00%), Na2O (3.42 - 4.10%), CaO (2.32 - 4.76%), Fe2O3 total (5.85 ? 8.71%), MgO (0.98 ? 1.97%). The granitoid is M- and I-type that were formed at 760o - 800o C with a depth of about 20-30 km, resulting from the differentiation of magma from a fragment origin of the K-enriched oceanic island arc originating from drifting of the IAB fragment. The sample of basalt 17D has a relatively high of Nb/Ta ratio (20), low Rb (<2 ppm), low Ba (17 ppm), and is interpreted as interacting with MORB mantle magma containing rutile-melt;whereas quartz monzonite (17A) has a relatively low of Zr/Sm ratio (3.86), which is indicated to have been contaminated by a carbonatite magma. The spidergram pattern of mantle metagabbro (sample no. 13) similar with the basalt from IAB-Bransfield Strait (Antarctica). Results of a comprehensive geochemical study proposes that the current condition of the Karangsambung zone is part of geotectonic of ACM-Eurasia, that composed of a combination of four rock fragments, i.e. (a) the rocks which sourced from IAB fragments, (b) mantle MORB, (c) continental crust from the origin of ACM-Eurasia, (d) the origin fragment from carbonatite magma.Keyword: Luk Ulo Melange Complex, pale grey granitoid, Island-arc granitoid, M  and I-type granitoid
SISTEM LAPISAN SOSIAL DAN SISTEM KEAGAMAAN MEGALITIK-HINDU KUNO DI LIMA WILAYAH KECAMATAN DI KABUPATEN KEBUMEN Hindarto, Teguh; Ansori, Chusni
Jurnal Analisa Sosiologi Vol 9, No 1 (2020)
Publisher : UNIVERSITAS SEBELAS MARET (UNS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1811.708 KB) | DOI: 10.20961/jas.v9i1.41390

Abstract

The existence of a number of ancient Megalithic and Hindu artifacts in five districts in Kebumen Regency is still lacking in assessment, especially from a sociological perspective. Its existence is dominated by a number of narratives that are mythological rather than historical and sociological. The research method used in this study is qualitative with an exploratory and descriptive approach. This study was analyzed using Structural Functional Theory. The research results show that the ancient Kebumen area is home to several layers of older people who lived in the Megalithic era marked by the presence of a number of terraces and andesite stone structures. The next layer of society is the ancient Hindu era of Shiva worshipers, which is marked by the presence of a number of Lingga and Yoni and Ganesha. Although minus documentary data regarding the existence of people who left behind the legacy of ancient Megalithic and Hinduism, but through the analysis of material social facts the existence of artifacts and analysis of religious symbols, a number of initial conclusions were formed which became the basis for subsequent sociological research. Based on available data it can be concluded that various ancient socio-religious layers have contributed to shaping the socio-cultural life of the Kebumen community today.Keywords: Megalithic; Hinduism; Shivaism; Social Layer; Religious Systems; Social Facts; Social Stratification; Gemeinschaft; Geselschaft. AbstrakKeberadaan sejumlah sebaran artefak Megalitik dan Hindu kuno di lima kecamatan di Kabupeten Kebumen masih minim pengkajian khususnya dari perspektif sosiologis. Keberadaannya lebih didominasi oleh sejumlah narasi yang bersifat mitologis tinimbang historis dan sosiologis.. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan eksplorasi dan deskriptif. Penelitian ini dianalisis menggunakan teori Fungsional Struktural. Hasil riset menujukkan bahwa wilayah Kebumen kuno merupakan tempat tinggal beberapa lapisan masyarakat lebih tua yang hidup di era Megalitik yang ditandai dengan keberadaan sejumlah punden berundak dan struktur batu andesit. Lapisan masyarakat berikutnya adalah masyarakat era Hindu kuno pemuja Siwa yang ditandai dengan keberadaan sejumlah Lingga dan Yoni serta Ganesha. Sekalipun minus data dokumenter mengenai keberadaan masyarakat yang meninggalkan warisan Megalitik dan Hindu kuno, namun melalui analisis fakta sosial material keberadaan artefak dan analisis simbol-simbol keagamaan, didapatkan sejumlah kesimpulan awal yang menjadi landasan bagi penelitian sosiologis berikutnya. Berdasarkan data yang ada dapat disimpulkan bahwa berbagai lapisan sosial keagamaan kuno telah berkontribusi membentuk kehidupan sosial budaya masyarakat Kebumen masa kini.   Kata kunci : Megalitik, Hinduisme, Siwaisme, Lapisan Sosial, Sistem Keagamaan, Fakta Sosial, Stratifikasi Sosial, Paguyuban, Patembayan.