Chusni Ansori
Balai Informasi dan Konservasi Kebumian - LIPI Jln. Karangsambung, Km. 19 Karangsambung, Kebumen 54253

Published : 21 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 21 Documents
Search

PENGEMBANGAN PARIWISATA BERKELANJUTAN: GRAFITI GUA JATIJAJAR SEBAGAI DAYA TARIK WISATA GUA Hindarto, Teguh; Ansori, Chusni
Jurnal Analisa Sosiologi Vol 10, No 2 (2021)
Publisher : UNIVERSITAS SEBELAS MARET (UNS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/jas.v10i2.51096

Abstract

Since 1975, Jatijajar Cave has undergone a redesign of the area and has been introduced as a public tourism property owned by the Kebumen Regency Government. In addition to the geological aspect which is the selling point of the existence of this cave, there are historical values and sociological values found on the cave walls in the form of handwriting (graffiti) from the colonial to post-colonial periods. If the caves generally contain symbolic images in the cave walls, the walls of the Jatijajar Cave show their unique characteristics in the form of handwriting containing descriptions of names and years of writing from 1816-1974. This study focuses on analyzing the social status of cave visitors through graffiti trails in the form of names and the period of the year they write with the aim of being a guide material for cave tourism (cave tourism). This study uses a qualitative method using sociological analysis tools which include the sociology of language, structural sociology, tourism sociology and sign semiotics with the aim of a comprehensive picture of the existence of Jatijajar Cave graffiti from several aspects, namely historical and geological and especially sociological. The choice of qualitative method is also related to the pandemic situation which causes the absence of sources to be interviewed, both traders, guards, visitors and related sources. The final result of this research becomes a recommendation for relevant parties, especially tourism stakeholders in Kebumen Regency to make Jatijajar Cave graffiti as a historical text and an attraction for the development of cave tourism (cave tourism) as part of tourism with sustainable goals (SDG's). Keywords: Historical Text, Tourist Attraction, Graffiti Text Meaning, Cave Tourism, Sustainable Tourism Abstrak: Sejak tahun 1975, Gua Jatijajar mengalami penataan ulang desain kawasan dan mulai diperkenalkan sebagai wisata publik milik Pemerintahan Daerah Kabupaten Kebumen. Selain aspek geologis yang menjadi nilai jual keberadaan gua ini terdapat nilai sejarah dan nilai sosiologis yang terdapat pada dinding gua berupa tulisan tangan (grafiti) dari periode kolonial hingga pasca kolonial. Jika gua-gua pada umumnya berisikan gambar simbolik di dalam dinding guanya maka dinding Gua Jatijajar memperlihatkan keunikan karakteristiknya berupa tulisan tangan berisikan keterangan nama dan tahun penulisan dari tahun 1816-1974. Tulisan tangan berisikan keterangan nama dan tahun penulisan dari tahun 1816-1974. Penelitian ini memfokuskan menganalisis status sosial pengunjung gua melalui jejak grafiti berupa nama dan periode tahun mereka menuliskan dengan tujuan sebagai materi panduan pariwisata gua (cave tourism). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan perangkat analisis sosiologis yang meliputi sosiologi bahasa, sosiologi struktural, sosiologi pariwisata serta semiotika tanda dengan tujuan gambaran menyeluruh mengenai keberadaan grafiti Gua Jatijajar dari beberapa aspek yaitu historis dan geologis serta khususnya sosiologis. Pilihan metode kualitatif berkaitan pula dengan situasi pandemi yang menyebabkan ketiadaan narasumber untuk diwawancarai baik pedagang, petugas penjaga, pengunjung dan sumber terkait. Hasil akhir penelitian ini menjadi sebuah rekomendasi bagi pihak-pihak terkait khususnya pemangku kepentingan pariwisata di Kabupaten Kebumen untuk menjadikan grafiti Gua Jatijajar sebagai teks historis dan daya tarik pengembangan pariwasata gua (cave tourism) sebagai bagian dari pariwisata dengan tujuan berkelanjutan (SDG’s) Kata Kunci: Teks Historis, Daya Tarik Wisata, Makna Teks Grafiti, Pariwisata Gua, Pariwisata Berkelanjutan
A Preliminary Study of Paleoflood Deposits of the Lukulo, Kebumen Regency, Central Java, based on River Geomorphology Mareta, Nandian; Lubis, Rachmat F; Ansori, Chusni; Hadian, M Sapari Dwi; P Saputro, Sugeng; Farisan, Ardhan
Indonesian Journal of Geography Vol 56, No 1 (2024): Indonesian Journal of Geography
Publisher : Faculty of Geography, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/ijg.75926

Abstract

Lukulo is a river that flows through pre-tertiary rocks to the recent. The long Lukulo fluvial processes which included erosion, transportation, and deposition were depicted in extensive alluvial deposits downstream of the river. This vast alluvial plain may be a deposit result of the Lukulo flood in the past. The paleo-flood study is a study of flood events in the past with the technique used, namely knowing slack water deposits (Steding & Baker, 1987). Delineation of slackwater deposits is necessary to determine the location of paleoflood deposition. Geomorphology of Lukulo watershed is needed as a preliminary study to determine the characteristics of the Lukulo watershed. Based on the analysis of the Lukulo watershed, DEM, with the systematic method of literature review, the result of this watershed geomorphology was obtained, namely; the morphology of the Lukulo watershed included an elongated oblong shape of the watershed, with an average Rc value of all three segments (upstream, middle, and downstream) of 0,52. The average drainage density (Dd) of river flows in the Lukulo watershed is 8,05 km/km2 (middle class). The Lukulo gradient upstream is 450, entering the middle is reduced to 300, and downstream the gradient is reduced to 100. The morphology and morphometry of the Lukulo watershed are interpreted to mean that Lukulo belongs to the medium-spanned watershed in terms of flood runoff and erosion. The lithology is a mixture of impermeable and permeable rocks. Delineation of diluvial and alluvial deposits is found in the upstream, middle, and downstream, of the Lukulo river. It depicts delineated paleoflood deposits in all segments of the river.
Effect of Firring Heating Rate on the Density, Porosity, Vickers Hardness and Microstructure of the Crucible Specimens Rusiyanto, R.; Meiartha, REGA; Fitriyana, Deni Fajar; Sudiyono, S.; setiadi, rizki; Siregar, Januar Parlaungan; Ansori, CHUSNI
JURNAL ILMIAH MOMENTUM Vol 20, No 1 (2024)
Publisher : Universitas Wahid Hasyim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36499/jim.v20i1.10306

Abstract

Failure in the results of making the crucible is cracking and even deformation. Cracks that occur can cause fluid leakage when melting so that it disrupts the casting process. The quality of the crucible can be influenced by factors including the selection of constituent materials, particle size, the amount of pressure, and the length of the firring process of heat treatment and cooling in the furnace. This study aims to determine the effect of heating rate on crucible made from clay and kaolin and molasses as a binder. With the treatment of different heating rates in the firring process, namely 3 ℃ / min, 4 ℃ / min, 5 ℃ / min, 6 ℃ / min, and 7 ℃ / min.  The composition of the materials used is 40% clay, 40% kaolin, and 5% molasses and 15% water as the total mass. The process of making specimens begins with crushing clay, sieving clay 100 mesh. Mixing process using twin screw extruder machine repeatedly for 45 minutes. Molded cylindrical size 20 x 20 mm, free air drying for 8 days, firring process at 1000 ℃ holding time 1 hour. The results showed that the difference in heating rate did not affect the change in chemical elements but the best heating rate was at 3℃/min showing a denser morphology, density value of 1.62 g/cm3, porosity value of 23%, and Vickers hardness value of 20.43 HVN.
Analisis Kelurusan Di Kawasan Geopark Karangsambung-Karangbolong Menggunakan Metode Manual Dan Otomatis Asih, Nevi Tri Lestiyo; Sasmito, Bandi; Sabri, L.M.; Ansori, Chusni
Jurnal Geodesi Undip Vol 12, No 3 (2023): Jurnal Geodesi Undip
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jgundip.2023.38590

Abstract

Geopark Karangsambung-Karangbolong merupakan Kawasan yang ditetapkan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia (ESDM) atas usulan Pemerintah Daerah Kebumen setelah mendapat rekomendasi dari Komite Geopark Nasional Indonesia (KNGI). Geopark Karangsambung-Karangbolong terletak di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah dengan luas 543,599 km2. Kawasan ini memiliki bentang alam struktural di utara dalam bentuk lipatan, patahan, kekar, dan kombinasi struktur dengan proses denudasi. Serta bentang alam karst berada di wilayah selatan yaitu Gombong. Struktur geologi dan kenampakan morfologi yang beragam di Kawasan Geopark Karangsambung-Karangbolong memungkinkan untuk dilakukan identifikasi kelurusan. Ekstraksi kelurusan dapat dilakukan dengan menggunakan data penginderaan jauh dengan menggabungkan metode manual dan otomatis. Metode manual menggunakan data DEMNAS yang dilakukan hillshade sedangkan metode otomatis menggunakan data Citra Sentinel-1 yang dilakukan sobel directional filtering dan pengolahan dengan modul LINE. Kelurusan di Kawasan Geopark Karangsambung-Karangbolong yang didapat dengan mengkombinasikan metode ekstraksi manual dan otomatis menghasilkan jumlah kelurusan akhir 4.129. Kelurusan yang terekstraksi memilik arah barat laut – tenggara (NW – SE) dan arah timur laut – barat daya (NE – SW). Kelurusan di dominasi pada topografi kelerengan curam dan sangat curam. Perhitungan Total Accuracy (TA) didapat sebesar 23,547%. Kombinasi estraksi kelurusan secara manual dan otomatis dapat menghasilkan kelurusan yang saling melengkapi yang dapat digunakan untuk identifikasi struktur geologi. Dimana struktur patahan yang dapat diidentifikasi sejumlah 124, struktur lipatan sejumlah 5, dan struktur retakan sejumlah 4.001 yang tersebar di Kawasan tersebut.
KAJIAN GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN FORMASI KARANGSAMBUNG SERTA FORMASI TOTOGAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN AKUIFER AIRTANAH DI DESA KALISANA KABUPATEN KEBUMEN Mareta, Nandian; Ansori, Chusni
Bulletin of Scientific Contribution Vol 18, No 1 (2020): Bulletin of Scientific Contribution : GEOLOGY
Publisher : Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (938.501 KB) | DOI: 10.24198/bsc.v18i1.26531

Abstract

AbstractKarangsambung-Totogan Formation is the most exposed rock unit in Kalisana Village, Karangsambung, Kebumen. These two formations also form the bedrock of the study area, which consists of claystone. The Karangsambung-Totogan Formation is composed of sedimentary groups which are mixed up due to the gravity process known as Olistostrome. Pieces of centimeter to hundreds of meters of sedimentary rocks are scattered randomly during the scaly clay matrix. Kalisana Village is around 20 kilometers from the center of Kebumen Regency. Kalisana Village has an area of 349 hectares, with 109.86 hectares of rice fields and 239.14 hectares of dry land. Rice field area consists of irrigated and non-irrigated rice fields. Every year this research area often experiences water shortages during the dry season. The purpose of this study is to get a reference in making decisions to overcome the shortage of raw water in areas affected by drought through groundwater sources. The research methods include the preparation stage (literature study, previous research studies, preparation of tools, review of maps, etc.), field orientation, field work/measurements, data compilation, data analysis, evaluation and data processing. The results obtained three geological rock units namely; claystone associated with the Karangsambung Formation, a fragmented claystone unit associated with the Totogan Formation and breccias associated with the Waturanda Formation. Based on the geoelectric sonding results at three sounding locations, a subsurface image is obtained. At first sonding was found sandstones at depth of 11-18 meters with an aquifer thickness of about 7 meters. Correlation of tree geoelectric sonding location successfully described the subsurface of the Karangsambung-Totogan Formation which forms the base. The maximum geoelectric depth is around 120 meters. Keyword: Karangsambung Formation, Totogan Formation, Karangsambung, Geoelectric, aquifer AbstrakFormasi Karangsambung-Totogan merupakan satuan batuan yang paling banyak tersingkap di Desa Kalisana, Karangsambung, Kebumen. Dua formasi ini juga menjadi batuan alas di lokasi penelitian, yang terdiri dari batulempung. Formasi Karangsambung-Totogan tersusun oleh kelompok sedimen yang tercampur aduk karena proses pelongsoran gaya berat yang dikenal dengan istilah Olistostrome. Bongkah-bongkah batuan sedimen berukuran centimeter hingga ratusan meter tersebar secara acak dalam masadasar lempung hitam bersisik (scaly clay). Desa Kalisana berjarak sekitar 20 Kilometer dari pusat Kabupaten Kebumen. Desa Kalisana mempunyai luas 349 Ha, dengan luas lahan sawah 109,86 Ha dan lahan kering seluas 239,14 Ha. Luas lahan sawah terdiri dari sawah irigasi dan non-irigasi. Setiap tahun lokasi penelitian ini sering mengalami kekurangan air saat musim kemarau. Maksud penelitian ini adalah mendapatkan acuan dalam pengambilan keputusan untuk mengatasi kekurangan air baku pada daerah yang terdampak kekeringan melalui pencarian sumber airtanah. Metode penelitian meliputi tahap persiapan (studi pustaka, studi penelitian terdahulu, persiapan alat, penelaahan peta-peta, dan lain-lain), orientasi lapangan, pekerjaan lapangan/pengukuran, kompilasi data, analisis data, evaluasi dan pengolahan data. Hasil yang didapatkan berupa tiga satuan batuan geologi yaitu; batulempung yang berkorelasi dengan Formasi Karangsambung, satuan batulempung berfragmen yang berkorelasi dengan Formasi Totogan dan breksi yang termasuk Formasi Waturanda. Berdasarkan hasil geolistrik di tiga lokasi sounding didapatkan gambaran bawah permukaan. Di lokasi sonding 1 ditemukan lapisan batupasir pada kedalaman 11-18 meter dengan ketebalan akuifer sekitar 7 meter. Korelasi 3 titik sonding geolistrik berhasil menggambarkan bawah permukaan Formasi Karangsambung-Totogan yang menjadi alas tersebut. Kedalaman maksimal geolistrik sekitar 120 meter.Kata kunci: Formasi Karangsambung, Formasi Totogan, Karangsambung, Geolistrik, akuifer
PEMANFAATAN FELSPAR DESA PETIR-KECAMATAN BAWANG DAN DESA WANADRI, KECAMATAN PURWANEGARA, KABUPATEN BANJARNEGARA UNTUK PEMBUATAN BATA RINGAN Ansori, Chusni; ., Gurharyanto
Buletin Sumber Daya Geologi Vol 11 No 2 (2016): Buletin Sumber Daya Geologi
Publisher : Pusat Sumber Daya Mineral Batubara dan Panas Bumi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47599/bsdg.v11i2.15

Abstract

Kabupaten Banjarnegara mempunyai potensi felspar yang berasal dari batuan genes felspar dan sekis felspar dengan kandungan Fe2O3 dan CaO tinggi yang saat ini dimanfaatkan sebagai bahan baku industri keramik. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kemungkinan pemanfaatan felspar menjadi bahan baku bata ringan.Penelitian ini mencakup penelitian lapangan, karakterisasi dan preparasi bahan baku, formulasi bahan, pembuatan benda uji, analisis sifat fisik dan XRD benda uji. Conto felspar diambil dari Desa Petir Kecamatan Bawang dan Desa Wanadri Kecamatan Purwanegara. Preparasi dilakukan pada ukuran fraksi kasar (60 s.d. 80) mesh  dan fraksi halus (100 s.d. 150) mesh. Benda uji dibuat dari campuran felspar, abu sekam padi, semen, alumina powder, foam agent (FA), water glass dan NaOH dengan berbagai formula. Karakteristik bata ringan yang diharapkan mempunyai densitas 0,8 gr/cm3 s.d. 1,0 gr/cm3 dan kuat tekan sebesar 30 kg/cm2 s.d. 60 kg/cm2.Benda uji dibuat sebanyak 44 buah menggunakan pencampuran masa tuang dengan gelembung udara secara fisik atau Cellular Lightweight Concrete (CLC), pencampuran secara kimia atau Autoclaved Aerated Concrete (AAC) tanpa auto clave dan metode polimer dengan pengeringan pada suhu kamar. Benda uji yang dibuat dengan metode CLC, menghasilkan densitas terendah 1,0 gr/cm3 sedangkan kuat tekan maksimal 25,9 kg/cm2. Benda uji yang dibuat menggunakan metode polimer, densitas terendah 1,5 gr/cm3 dengan kuat tekan tertinggi 83 kg/cm2.Bata ringan metode CLC lebih cocok dikembangkan di Banjarnegara karena merupakan teknologi yang sederhana. Komposisi ideal bata ringan metode CLC adalah semen dan air dengan perbandingan 3 banding 2, untuk pembentukan pori dapat menggunakan FA di atas 25 gram, perbandingan felspar dengan silica amorf (sekam padi) dengan perbandingan 10 banding 1. Tingginya kandungan Al2O3 serta tidak terbentuknya tubermorite berpengaruh terhadap tingginya densitas dan rendahnya kuat tekan. Peningkatkan kuat tekan dapat dilakukan dengan menambah bahan tambahan (additive) berupa black alumina, sedangkan untuk menurunkan densitas dapat dilakukan dengan menambah silika amorf dari limbah geothermal maupun organik.
POTENSI PERTAMBANGAN DAN ANCAMAN KEBENCANAAN SEBAGAI DATA PENUNJANG PENYUSUNAN TATA RUANG WILAYAH DI KECAMATAN WADASLINTANG, KABUPATEN WONOSOBO, PROVINSI JAWA TENGAH Ansori, Chusni; Raharjo, Puguh Dwi; Wardhani, Fitriany Amalia
Buletin Sumber Daya Geologi Vol 12 No 3 (2017): Buletin Sumber Daya Geologi
Publisher : Pusat Sumber Daya Mineral Batubara dan Panas Bumi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47599/bsdg.v12i3.54

Abstract

Kecamatan Wadaslintang mempunyai potensi bahan tambang berupa  andesit, diabas, batu pasir, sirtu, tanah urug, breksi, batu mulia dan Kaolin. Sejalan dengan peningkatan pembangunan, kebutuhan bahan tambang untuk memenuhi pembangunan bertambah secara signifikan, namun ketersediaan wilayah pertambangan tidak terakomodasi dalam RTRW. Paradigma pembangunan saat ini adalah pembangunan berkelanjutan sehingga penambangan yang dilakukan juga harus memperhatikan aspek kebencanaan. Untuk dapat mengakomodasi kepentingan penambangan dalam tata ruang wilayah, maka dilakuka kajian ini.Penelitian bahan tambang dilakukan dengan survey lapangan dan analisa laboratorium (petrografi, geokimia, XRD,sifa fisik batuan) yang menghasilkan peta sebaran dan kualitas bahan tambang. Sedangkan penelitian kebencanaan dilakukan melalui survey lapangan serta analisis Citra Landsat menggunakan metode AHP sehingga didapatkan peta ancaman bencana. Peta sebaran bahan tambang dan peta ancaman bencana dilakukan proses tumpang tindih sehingga menghasilkan peta wilayah pertambangan.Kaolin tersebar pada areah 17,26 Ha, setelah dilakukan proses tumpang tindih maka wilayah yang layak tambang menjadi 14,76 Ha (wilayah dengan tingkat ancaman bencana rendah dan sedang). Diabas tersebar 41,84 Ha, mengalami penciutan menjadi 35,29. Ha. Kalkarenit seluas 22,51 Ha  menjadi 5,88 Ha; breksi andesit seluas 1440,6 Ha menjadi 838,92 Ha, tanah merah 55.06 Ha menjadi 32,29 Ha,  batu pasir 737,6 ha menjadi.523,4 Ha. Wilayah pertambangan yang dihasilkan dari proses tumpang tindih antara peta ancaman bencana dengan peta potesi tambang lebih layak diterapkan untuk mengurangi resiko yang terjadi akibat penambangan
STUDI ALTERASI DAN MINERALISASI DISEKITAR GUNUNG AGUNG, KABUPATEN KULONPROGO – PURWOREJO Ansori, Chusni; Hastria, Defry
Buletin Sumber Daya Geologi Vol 8 No 2 (2013): Buletin Sumber Daya Geologi
Publisher : Pusat Sumber Daya Mineral Batubara dan Panas Bumi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47599/bsdg.v8i2.83

Abstract

Daerah Gunung Agung secara administratif termasuk dalam wilayah Kecamatan  Kokap, Kabupaten Kulonprogo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kecamatan Bagelen,Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah. Secara regional termasuk dalam Pegunungan Kulonprogo yang di daerah ini dijumpai  indikasi alterasi dan mineralisasi logam.  Pengamatan lapangan dan pemercontohan diikuti dengan analisis petrografi, X-RD, kimia mineral dan inklusi fluida. Studi dilakukan untuk mengetahui proses dan posisi mineralisasi.Mineralisasi yang berkembang umumnya berupa urat dan stock work silika-kuarsa yang diikuti pembentukan mineral ubahan lempung argilik disekitarnya, dengan intensitas lemah-sedang. Urat silika-kuarsa mempunyai  ketebalan 10-30 cm, dengan kadar Au berkisar  50-2.608 ppb. Hasil analisis XRD dan petrografi dijumpai adanya asosiasi mineral kuarsa, pirit, barit,  muskovit dan serisit. Hasil pengamatan dengan metoda inklusi fluida pada urat kuarsa menunjukan fasa tunggal dan ganda, umumnya mengalami necking dengan kandungan NaCl: 2,5 - 3,9 % berat, suhu homogenisasi antara 157 C hingga 225 C.Proses alterasi terjadi dalam dua tahap, tahap pertama terjadi alterasi mesotermal pada suhu antara 280-340 C,  sehingga mengubah mineral feldspar menjadi serisit dan asosiasi mineral sulfida. Tahap kedua, terjadi proses alterasi epitermal pada crustiform-colloform hingga kalsedonik superzone, suhu 175-230 C, yang menghasilkan asosiasi mineral barit, sulfida dan logam mulia.
DISTRIBUSI MINERALOGI PASIR BESI PADA JALUR PANTAI SELATAN KEBUMEN – KUTOARJO Ansori, Chusni; Sudarsono, Sudarsono; Saefudin, Saefudin
Buletin Sumber Daya Geologi Vol 6 No 2 (2011): Buletin Sumber Daya Geologi
Publisher : Pusat Sumber Daya Mineral Batubara dan Panas Bumi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47599/bsdg.v6i2.109

Abstract

Mineral yang didapatkan berupa mineral magnetik dan bukan magnetik yang merupakan mineral pengotor. Mineral magnetik berupa magnetit lepas dan magnetit ikat dengan mineral olivin, piroksin, biotit, dan hornblenda. Sedangkan mineral bukan magnetik berupa kuarsa, plagioklas, K-feldspar, zirkon, rutil, dan karbonat/fosil. Pada pasir halus (ukuran 100 #) kandungan magnetit ikat serta asosiasi mineral lain yang mengandung unsur besi mencapai 37,41% sedangkan magnetit lepas 16,73%. Pada pasir kasar-sedang (ukuran 50 #) kandungan magnetit ikat 22,47% dan magnetit lepas 11,47%. Mineral magnetik sebagian besar terdapat pada pasir halus dengan ukuran +100# hingga -100#. Pola sebaran mineral bersifat magnetik pada fraksi kasar maupun halus cenderung meningkat ke arah timur (Kutoarjo). Sedangkan mineral bukan magnetik seperti kuarsa, plagioklas, k-feldspar dan zirkon semakin tinggi kandungannya ke arah barat. Perbedaan karakteristik sebaran mineral karena kontrol geologi dan proses liberasi magnetit yang berbeda.
PENENTUAN TIPE FLUIDA, GEOTERMOMETER RESERVOIR DAN HILANG PANAS ALAMIAH BERDASARKAN ANALISIS DATA GEOKIMIA PANAS BUMI DI KABUPATEN BANJARNEGARA, JAWA TENGAH Ansori, Chusni; Wardhani, Fitria Amalia
Buletin Sumber Daya Geologi Vol 10 No 3 (2015): Buletin Sumber Daya Geologi
Publisher : Pusat Sumber Daya Mineral Batubara dan Panas Bumi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47599/bsdg.v10i3.148

Abstract

Kabupaten Banjarnegara memiliki beberapa daerah potensi panas bumi. Manifestasi fluida panas bumi teramati pada sembilan lokasi di Kecamatan Batur, Kecamatan Wanayasa, Kecamatan Kalibening dan Kecamatan Susukan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakter fluida panas bumi, temperatur reservoir dengan melakukan analisis geokimia fluida panas dan analisis kandungan anion-kation. Analisistipe dan asal fluida ditentukan berdasarkan plotting pada ternary diagram ClHCO 3 -SO 4 dan Cl-Li-B. Temperatur reservoir ditentukan berdasarkan perhitungan geotermometer NaK-Ca,K-Na-Mg dan Na-K, Berdasarkan hasil analisis, fluida panas bumi bertipe bikarbonat, klorida dan sulfat. fluida panas bumi bersumber langsung dari reservoir ataupun telah berinteraksi dengan batuan sedimen di sekitarnya. Terdapat empat reservoir panas bumi di daerah penelitian. Reservoir-1 terdapat pada bagian selatan Kabupaten Banjarnegara di Desa Gumelem Susukan, suhu reservoir 81°C, potensi hilang panasalamiah 95,5 KW. Reservoir-2 berada di sekitar Kecamatan Wanayasa dan Kalibening dengan suhu reservoir berkisar 222°C- 264°C, potensi hilang panas alamiahnya 4,691 MW. Reservoir -3 berada di Dieng bagian Utara, Kecamatan Batur dengan suhu reservoir sekitar 137°C, potensi hilang panas alamiahnya 246,4 KW. Reservoir-4 berada di Dieng bagian Selatan Kecamatan Batur dengan suhu reservoir berkisar 334 °C – 374°C, potensi hilang panas alamiahnya 26,58 MW.