Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Peningkatan Literasi Mekanisme Penempatan PMI Sebagai Upaya Penanggulangan Undocumented Migrants di Lombok Timur Wahyudi, Irfan; Ida, Rachmah; Kinasih, Sri Endah; Ramadhiansyah, Dimas; Fortuna, Edyna
Biokultur Vol. 12 No. 2 (2023): Indonesia's Society and Culture
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/bk.v12i2.52493

Abstract

Aktivitas Pekerja Migran Indonesia (PMI) telah menjadi fenomena sosial yang signifikan dalam beberapa dekade terakhir. Meningkatnya angka jumlah PMI di Indonesia tidak dibarengi dengan upaya persiapan yang matang terkait wawasan calon PMI terhadap mekanisme penempatan. Hasilnya, masih ditemukan beberapa PMI yang tidak berdokumen lengkap atau undocumented migrants. Tulisan ini adalah hasil kegiatan pengabdian masyarakat terkait wawasan mekanisme penempatan calon Pekerja Migran Indonesia di Kawasan Lombok Timur, Juni 2023. Pemilihan Lombok Timur sebagai lokasi pengabdian berdasarkan pada angka partisipasi PMI tertinggi kedua di Indonesia. Untuk memperkuat hasil pengabdian, penelitian kualitatif dilakukan dengan menggunakan indepth interview dan Focus Group Discussion (FGD) dengan warga desa Pandan Wangi, Kecamatan Jerowaru, Kabupaten Lombok Timur dan perwakilan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa calon PMI masih tertarik untuk berangkat tanpa dokumen lengkap, salah satunya karena kurangnya pengetahuan dan wawasan. Calon PMI tidak tergerak untuk mencari sumber-sumber informasi terkait prosedur pemberangkatan mereka ke negara penempatan. Selain itu juga banyak dari calon PMI yang hanya sekedar percaya terhadap lembaga atau biro pelayanan dan perjalanan pekerja migran yang mereka ikuti tanpa mencari tahu kredibilitas yang bersangkutan.
Gender-Informed Curriculum Development Addressing Child Marriage and Stunting Prevention in Multicultural Communities, Singkawang City, West Kalimantan Ida, Rachmah; Koesbardiati, Toetik; Endah Kinasih, Sri; Wahyudi, Irfan; Ramadhiansyah, Dimas; Sa’diyah, Kamila
Journal of Governance and Administrative Reform Vol. 5 No. 2 (2024): Journal of Governance and Administrative Reform
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jgar.v5i2.64473

Abstract

Abstract  The prevalence of stunting in Indonesia remains alarmingly high, with West Kalimantan being one of the provinces with significant rates. One of the contributing factors is the limited parental knowledge of nutritional needs during pregnancy, compounded by the persistent practice of early marriage. This study aims to analyze the relationship between early marriage practices and stunting prevalence in Singkawang, West Kalimantan, while exploring the potential integration of a gender-sensitive curriculum as a preventive strategy. This qualitative study employs a case study approach. Data were collected through in-depth interviews, focus group discussions (FGDs), and participatory observations involving parents, school-aged adolescents, university students, and community leaders in Singkawang. Thematic analysis was conducted to identify patterns linking early marriage practices with stunting prevalence and to formulate key elements for a relevant gender-sensitive curriculum. The findings reveal that early marriage directly impacts stunting prevalence through the inadequate biological and psychological readiness of adolescent girls for pregnancy and childbirth. Additionally, limited access to reproductive health and nutritional information exacerbates this risk. The study highlights the critical role of a gender-sensitive curriculum as a preventive intervention to enhance awareness among adolescents and parents about the impact of early marriage on stunting. This research contributes to the development of education-based strategies to reduce stunting prevalence, particularly through the implementation of gender-sensitive curricula in secondary schools. The study's implications include improving maternal and child health outcomes and supporting the achievement of Sustainable Development Goals (SDGs) related to health and education..  Keywords: stunting, early marriage, West Kalimantan, gender-sensitive curriculum   Abstrak  Angka prevalensi stunting di Indonesia masih tergolong tinggi, termasuk di Kalimantan Barat sebagai salah satu provinsi dengan angka prevalensi yang signifikan. Salah satu faktor penyebabnya adalah kurangnya pengetahuan orang tua mengenai kebutuhan gizi selama kehamilan, ditambah dengan masih maraknya praktik pernikahan usia dini. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara praktik pernikahan usia dini dan prevalensi stunting di Singkawang, Kalimantan Barat, serta mengeksplorasi potensi integrasi kurikulum berwawasan gender sebagai strategi pencegahan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam, diskusi kelompok terarah (FGD), dan observasi partisipatif yang melibatkan orang tua, remaja sekolah, mahasiswa, dan tokoh masyarakat di Singkawang. Analisis data dilakukan secara tematik untuk mengidentifikasi pola hubungan antara praktik pernikahan usia dini dan prevalensi stunting, serta untuk merumuskan elemen-elemen utama kurikulum berwawasan gender yang relevan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pernikahan usia dini memiliki dampak langsung terhadap prevalensi stunting melalui mekanisme kurangnya kesiapan biologis dan psikologis remaja perempuan untuk hamil dan melahirkan. Selain itu, keterbatasan akses terhadap informasi kesehatan reproduksi dan gizi juga memperburuk risiko ini. Temuan ini mengindikasikan pentingnya kurikulum berwawasan gender sebagai intervensi preventif untuk meningkatkan kesadaran remaja dan orang tua mengenai dampak pernikahan usia dini terhadap stunting. Penelitian ini berkontribusi dalam pengembangan strategi berbasis pendidikan untuk menurunkan prevalensi stunting, khususnya melalui implementasi kurikulum berwawasan gender di sekolah menengah. Implikasi dari penelitian ini mencakup peningkatan kesehatan ibu dan anak serta pencapaian target Sustainable Development Goals (SDGs) di bidang kesehatan dan pendidikan. Kata kunci: stunting, pernikahan usia dini, Kalimantan Barat, kurikulum berwawasan gender
"Yes, I'm Nude”: Deconstructing Body Image Stereotypes in Nxde by (G)I-DLE Ramadhiansyah, Dimas
Biokultur Vol. 14 No. 1 (2025): Biocultural of Body and Space: An Intersectional Study of Identity, Gender, an
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/bk.v14i1.64995

Abstract

 The evolution of the Korean music industry, or K-Pop, has now become a global phenomenon. K-Pop hastranscended boundaries, not only as a genre of music but also as a medium capable of conveying messages andcritiques on societal issues. (G)I-DLE’s 2022 song “Nxde” stands out in this regard, addressing body image andchallenging stereotypes related to women’s representation. This study investigates how “Nxde” deconstructs bodyimage stereotypes and critiques the objectification of women within K-Pop and broader media cultures. UsingCharles Morris's semiotic analysis, this research examines syntactic, semantic, and pragmatic aspects of the song'slyrics and imagery, positioning "nude" as a symbol of self-authenticity that opposes superficial standards oftenimposed on female idols. Findings indicate that “Nxde” aims to empower women by redefining nudity as anexpression of authenticity. As seen in society, the meaning of nudity is often only considered as sexualized andinappropriate norms. While this also raises questions about the potential contradictions between feminist messagesthat may still conform to patriarchal standards. In conclusion, “Nxde” exemplifies K-Pop's dual role as both aplatform for progressive social commentary and a potential reinforcer of traditional beauty norms. The studysuggests that songs like “Nxde” can stimulate discourse on body image and foster more nuanced representations ofwomen. However, the findings also underscore the complexities of using provocative imagery to convey messagesof empowerment, highlighting the need for further research into media’s influence on gender perceptions.
Trafficking in Person Among Singkawang Women Wahyudi, Irfan; Ida, Rachmah; Koesbardiati, Toetik; Kinasih, Sri Endah; Ramadhiansyah, Dimas; Sa’diyah, Kamilah
Biokultur Vol. 14 No. 1 (2025): Biocultural of Body and Space: An Intersectional Study of Identity, Gender, an
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/bk.v14i1.68507

Abstract

Trafficking in persons, involving modern slavery, sexual exploitation, forced labor, and organ trafficking, is a globalissue in Indonesia, particularly in border areas like Sumatra and Kalimantan. Mail-order brides, promised marriages,are exploited, despite local village officials' disregard. This research aims to identify and examine the trafficking inpersons still occurs between the women of Singkawang, West Kalimantan, and Taiwanese men. This qualitativeresearch uses a descriptive method to study mail-order bride trafficking in Singkawang, West Kalimantan, a regionbordering Sarawak-East Malaysia. The study involves observation, focus group discussions, and data analysis,identifying themes and addressing issues such as poverty, low education, and deeply rooted local culture. Mail-orderbrides in Singkawang, are a growing global phenomenon where women migrate for better livelihoods. Victims oftenface sexual and labor exploitation in their home countries. Stakeholders must monitor marriage brokers to addressthis issue.
Melindungi Kritik Film sebagai Karya Intelektual - Sebuah Urgensi bagi Regulasi Hak Cipta di Indonesia Putranto, Rizky Bayu; Ramadhiansyah, Dimas; Andari, Lintang Dinar; Soekah, Jonathan Madyson
Sense: Journal of Film and Television Studies Vol 8, No 1 (2025)
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/sense.v8i1.15016

Abstract

Kritik film merupakan bentuk ekspresi intelektual yang berperan penting dalam ekosistemperfilman. Di Indonesia, regulasi hak cipta masih menjadi tantangan bagi kritikus film,terutama dalam penggunaan cuplikan film untuk analisis dan ulasan. Penelitian ini bertujuanuntuk mengeksplorasi urgensi perlindungan hukum bagi kritik film sebagai karya intelektualserta mengusulkan regulasi yang lebih adil guna mendukung kebebasan berekspresi di bidangini. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif denganpendekatan studi komparatif dokumen, membandingkan kebijakan hak cipta di Indonesiadengan negara lain yang tidak hanya terbatas di negara Amerika Serikat dan Inggris yang telahmengadopsi konsep fair use dan fair dealing. Hasil penelitian menunjukkan bahwa regulasi diIndonesia masih belum memberikan perlindungan yang jelas bagi kritik film dalam konteks hakcipta sehingga kritikus tetap menghadapi risiko tuntutan hukum saat menggunakan cuplikanfilm dalam analisis mereka. Sebagai rekomendasi, diperlukan revisi terhadap regulasi hak ciptaIndonesia dengan mengakomodasi prinsip penggunaan wajar dalam kritik film, sebagaimanaditerapkan di berbagai negara. Hal ini bertujuan untuk menyeimbangkan perlindungan hakcipta dengan kebebasan berekspresi sehingga kritik film dapat berkembang sebagai bagiandari diskursus intelektual yang sehat dan konstruktifKata kunci: fair use, hak cipta, kebebasan berekspresi, kritik film, regulasi
“I had post-concert depression”: A study of Lucy fans after the Jakarta concert Ramadhiansyah, Dimas
Jurnal Komunikasi Vol. 19 No. 2 (2025): VOLUME 19 NO 2 APRIL 2025
Publisher : Program Studi Ilmu Komunikasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/komunikasi.vol19.iss2.art9

Abstract

This study examines the impact of Hallyu, particularly K-pop, on fan communities in Indonesia, focusing on the phenomenon of Post-Concert Depression (PCD) often experienced by fans after major concerts. Using the netnography method, the study observes the interaction dynamics within a WhatsApp group of LUCY fans following the "We Are Landing in Jakarta" concert in January 2024. Findings show that social support within online communities helps alleviate PCD by sharing concert memories, photos, and emotional reflections. The group’s activities evolved from concert discussions to other topics like artist news and fan events, creating a dynamic communication space. Over time, relationships within the group became more personal, transforming it into a digital family grounded in empathy. Digital communities like "Kepulauan LUCY" demonstrate the potential to build strong emotional bonds online.
Transformasi Fungsi LinkedIn sebagai Alat Personal Branding dalam Ekosistem Profesional Digital Studi Kasus pada Generasi Z di Indonesia dan Jerman Ramadhiansyah, Dimas; Sembada, Deo Agung; Madyson Soekah, Jonathan
Jurnal Media dan Komunikasi Vol. 6 No. 1 (2025): Jurnal Media dan Komunikasi (MEDKOM) No 1 Volume 6 2025
Publisher : Airlangga University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/medkom.v6i1.77778

Abstract

This study examines the transformation of LinkedIn’s function within the digital professional ecosystem and its impact on Generation Z in Indonesia and Germany. As digital natives, Generation Z increasingly uses LinkedIn not only as a job-searching tool but also as a medium for personal branding to build a professional image, enhance visibility, and expand networks. Using in-depth interviews with eight active LinkedIn users, the study reveals that in Indonesia, LinkedIn has evolved into a strategic platform for personal branding and professional networking. The platform’s algorithm, which emphasizes organic interaction, enables Generation Z to strengthen their professional identity through knowledge sharing and community engagement. However, algorithmic changes also present challenges, such as the dominance of personal content over job postings and the appearance of global content that may be less relevant to local job seekers. Meanwhile, Generation Z in Germany faces difficulties balancing authenticity with professionalism when shaping their digital identity. The findings highlight that successful personal branding on LinkedIn requires a strategic approach, including profile optimization, active engagement with relevant content, and maintaining a balance between professional and personal life. Thus, LinkedIn functions not only as a career tool but also as a space for identity construction among young generations across countries.