Zai, Fransiskus Rahmad
Fakultas Hukum Universitas Katolik Santo Thomas Medan

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

PROBLEMATIK YURIDIS TERHADAP JASA ADVOKAT DALAM UNDANG-UNDANG ADVOKAT Zai, Fransiskus Rahmad; Ghozali, Elizabeth; Tamba, Pandapotan
Ensiklopedia of Journal Vol 6, No 4 (2024): Vol. 6 No. 4 Edisi 2 Juli 2024
Publisher : Lembaga Penelitian dan Penerbitan Hasil Penelitian Ensiklopedia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33559/eoj.v6i4.2576

Abstract

The advocate profession is a profession that provides legal services to clients in the form of providing legal advice and/or legal assistance as well as being a legal representative who acts for and on behalf of and in the client's legal interests. Therefore, advocates have the right to receive an honorarium for legal services provided to their clients, the amount of which is determined fairly based on an agreement between the advocate and their client in accordance with the provisions of Article 21 paragraph (2) of the Advocate Law. The arrangement for advocate services shows that the advocate's honorarium is entirely the result of negotiations between the advocate and the client, without limits. The lack of standardization of the regulation of advocate services in the Advocate Law can give rise to several legal problems, including: 1) the cost of legal services becomes expensive, making it quite burdensome for justice seekers; 2) the emergence of disputes or disputes between advocates and clients which result in lawsuits in court; 3) has the potential to become a means of money laundering.Keywords: Advocate, Honorarium
TUO NIFARÖ: TINJAUAN SOSIOLOGI HUKUM TENTANG KEBIASAAN ORANG NIAS MEMINUM TUAK Zai, Fransiskus Rahmad
Fiat Iustitia : Jurnal Hukum Volume 2 Nomor 2 Tahun 2022
Publisher : Universitas Katolik Santo Thomas Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (291.549 KB) | DOI: 10.54367/fiat.v2i2.1769

Abstract

Tuo nifarö merupakan minuman tradisional beralkohol yang ada di daerah Kepulauan Nias. Kebiasaan meminum tuak bagi ono niha (suku Nias) sudah mentradisi sehingga merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan mereka. Akan tetapi, data menunjukkan bahwa Sejak bulan Januari 2015 hingga akhir Oktober 2020, terdapat sekitar 1.455 kasus pidana yang dilakukan di bawah pengaruh tuak khas Nias. Dua fenomena di atas (nilai tradisi dan persoalan hukum) melatarbelakangi penulisan topik ini. Karena itu, permasalahan yang dibahas dalam tulisan ini adalah apa manfaat dan peranan tuo nifarö di dalam kehidupan orang Nias, Apa implikasi yuridis dari kebiasaan masyarakat Nias mengonsumsi tuo nifarö, Apa yang perlu dilakukan agar tuo nifarö tetap lestari tetapi sekaligus tidak bertentangan dengan hukum. Pengumpulan data menggunakan metode kepustakaan (library research). Data dianalisis secara menyeluruh serta dipaparkan secara deskriptif untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang Nias tidak bisa dilepaskan dari tradisi mengonsumsi tuo nifarö. Hal yang bisa dilakukan ialah mengupayakan agar nilai-nilai kearifan lokal itu tetap berjalan di dalam koridor hukum. Karena itu perlu dibuat suatu regulasi untuk menata dan mengontrol produksi, distribusi, konsumsi dan kadar alkohol dari tuo nifarö.
AKIBAT PUTUSAN CERAI PENGADILAN TERHADAP PASANGAN PENGANUT AGAMA KATOLIK DALAM HUBUNGANNYA DENGAN HUKUM PERKAWINAN AGAMA KATOLIK (SUATU KAJIAN AKIBAT HUKUM DAN SOSIAL) Zai, Fransiskus Rahmad; Sembiring, Rosnidar; Ikhsan, Edy; Purba , Asrot
Fiat Iustitia : Jurnal Hukum Volume 3 Nomor 2 Tahun 2023
Publisher : Universitas Katolik Santo Thomas Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54367/fiat.v3i2.2537

Abstract

Hukum positif Indonesia tentang perkawinan memberikan peluang bagi suami atau istri untuk melakukan perceraian di pengadilan. Hal itu menjadi persoalan ketika yang melakukan perceraian tersebut adalah suami istri yang beragama Katolik. Menurut hukum perkawinan agama Katolik, perkawinan tidak boleh diceraikan. Karena itu, putusan cerai pengadilan memunculkan akibat hukum dan akibat sosial tersendiri bagi pasangan suami istri yang beragama Katolik itu. Oleh sebab itu, permasalahan yang dikaji di dalam penelitian ini ialah bagaimana hukum perkawinan di dalam agama Katolik? Bagaimana pemutusan perkawinan dalam Undang-Undang Perkawinan? Apa akibat hukum dan akibat sosial terhadap pasangan beragama Katolik atas putusan perceraian di pengadilan negeri? Penelitian ini bersifat deskriptif dan menggunakan jenis penelitian iuridis normatif. Pengumpulan data dilakukan melalui metode kepustakaan (library research) dan didukung dengan hasil wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa putusan cerai pengadilan memunculkan ketidakpastian hukum sebab meskipun pasangan yang beragama Katolik tersebut sudah cerai di pengadilan, namun secara agama mereka tetap terikat dengan perkawinan itu sehingga mereka tidak dapat melangsungkan perkawinan baru dengan pihak lain.
TUO NIFARÖ: TINJAUAN SOSIOLOGI HUKUM TENTANG KEBIASAAN ORANG NIAS MEMINUM TUAK Zai, Fransiskus Rahmad
Fiat Iustitia : Jurnal Hukum Volume 2 Nomor 2 Tahun 2022
Publisher : Universitas Katolik Santo Thomas Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54367/fiat.v2i2.1769

Abstract

Tuo nifarö merupakan minuman tradisional beralkohol yang ada di daerah Kepulauan Nias. Kebiasaan meminum tuak bagi ono niha (suku Nias) sudah mentradisi sehingga merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan mereka. Akan tetapi, data menunjukkan bahwa Sejak bulan Januari 2015 hingga akhir Oktober 2020, terdapat sekitar 1.455 kasus pidana yang dilakukan di bawah pengaruh tuak khas Nias. Dua fenomena di atas (nilai tradisi dan persoalan hukum) melatarbelakangi penulisan topik ini. Karena itu, permasalahan yang dibahas dalam tulisan ini adalah apa manfaat dan peranan tuo nifarö di dalam kehidupan orang Nias, Apa implikasi yuridis dari kebiasaan masyarakat Nias mengonsumsi tuo nifarö, Apa yang perlu dilakukan agar tuo nifarö tetap lestari tetapi sekaligus tidak bertentangan dengan hukum. Pengumpulan data menggunakan metode kepustakaan (library research). Data dianalisis secara menyeluruh serta dipaparkan secara deskriptif untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang Nias tidak bisa dilepaskan dari tradisi mengonsumsi tuo nifarö. Hal yang bisa dilakukan ialah mengupayakan agar nilai-nilai kearifan lokal itu tetap berjalan di dalam koridor hukum. Karena itu perlu dibuat suatu regulasi untuk menata dan mengontrol produksi, distribusi, konsumsi dan kadar alkohol dari tuo nifarö.
AKIBAT PUTUSAN CERAI PENGADILAN TERHADAP PASANGAN PENGANUT AGAMA KATOLIK DALAM HUBUNGANNYA DENGAN HUKUM PERKAWINAN AGAMA KATOLIK (SUATU KAJIAN AKIBAT HUKUM DAN SOSIAL) Zai, Fransiskus Rahmad; Sembiring, Rosnidar; Ikhsan, Edy; Purba , Asrot
Fiat Iustitia : Jurnal Hukum Volume 3 Nomor 2 Tahun 2023
Publisher : Universitas Katolik Santo Thomas Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54367/fiat.v3i2.2537

Abstract

Hukum positif Indonesia tentang perkawinan memberikan peluang bagi suami atau istri untuk melakukan perceraian di pengadilan. Hal itu menjadi persoalan ketika yang melakukan perceraian tersebut adalah suami istri yang beragama Katolik. Menurut hukum perkawinan agama Katolik, perkawinan tidak boleh diceraikan. Karena itu, putusan cerai pengadilan memunculkan akibat hukum dan akibat sosial tersendiri bagi pasangan suami istri yang beragama Katolik itu. Oleh sebab itu, permasalahan yang dikaji di dalam penelitian ini ialah bagaimana hukum perkawinan di dalam agama Katolik? Bagaimana pemutusan perkawinan dalam Undang-Undang Perkawinan? Apa akibat hukum dan akibat sosial terhadap pasangan beragama Katolik atas putusan perceraian di pengadilan negeri? Penelitian ini bersifat deskriptif dan menggunakan jenis penelitian iuridis normatif. Pengumpulan data dilakukan melalui metode kepustakaan (library research) dan didukung dengan hasil wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa putusan cerai pengadilan memunculkan ketidakpastian hukum sebab meskipun pasangan yang beragama Katolik tersebut sudah cerai di pengadilan, namun secara agama mereka tetap terikat dengan perkawinan itu sehingga mereka tidak dapat melangsungkan perkawinan baru dengan pihak lain.