Purba, Asrot
Fak Filsafat Universitas Katolik Santo Thomas Medan

Published : 18 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 18 Documents
Search

“ORDINARIS WILAYAH” DALAM GEREJA LATIN Purba, Asrot
LOGOS Vol 17 No 1 (2020): Januari 2020
Publisher : UNIKA Santo Thomas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54367/logos.v17i1.1039

Abstract

Kata “Ordinaris Wilayah” sering digunakan dalam Kitab Hukum Kanonik (KHK) 1983. Siapakah yang dimaksud dengan istilah ini? Berdasarkan Kanon 134 KHK 1983, subyek yang termasuk Ordinaris Wilayah adalah Paus untuk seluruh Gereja, para pemimpin Gereja-gereja partikular, para pemimpin sementara Gereja-gereja partikular pada saat takhta Gereja partikular tersebut terhalang dan takhta lowong dan Vikaris Jenderal serta Vikaris Episkopal. Tulisan ini hendak menampilkan profil dari figur-figur di atas. Para Ordinaris Wilayah tersebut dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok, yakni: Ordinaris Wilayah Asli, Ordinaris Wilayah Sementara dan Ordinaris Wilayah Perwakilan.Ordinaris Wilayah Asli mencakup para pemimpin Gereja-gereja partikular, yang terdiri dari Uskup Diosesan, Vikaris Apostolik, Prefek Apostolik, Abas Teritorial dan Administrator dari wilayah gerejawi administrasi apostolik yang didirikan secara permanen. Ordinaris Wilayah Sementara terdiri dari Administrator Diosesan, Administrator Apostolik yang memimpin keuskupan pada saat takhta lowong dan para pemimpin sementara keuskupan pada saat takhta terhalang dan takhta lowong.Subyek Ordinaris Wilayah Perwakilan terdiri dari Vikaris Jenderal dan Vikaris Episkopal, menurut kompetensinya masing-masing
PERUNTUKAN DAN SUMBER HARTA BENDA GEREJA: Acuan Pada Keuskupan Agung Medan Purba, Asrot; Sihombing, Junius
LOGOS Vol. 19 No. 1 (2022): Januari 2022
Publisher : UNIKA Santo Thomas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54367/logos.v19i1.1637

Abstract

Kata “harta benda” sangat sering muncul dalam kehidupan sehari-hari. Manusia tidak dapat lepas dari harta benda. Sebagai institusi yang berada di dalam dunia, Gereja juga membutuhkan harta benda. Bagaimana harta benda itu dikelola oleh Gereja? Permasalahan yang kadang timbul di lapangan ialah para pengelola harta benda Gereja menyimpang dari pedoman Kitab Hukum Kanonik (KHK) 1983. Tulisan ini hendak meluruskan penyimpangan itu dengan memberikan penjelasan mengenai peruntukan harta benda, dengan acuan pada Gereja Keuskupan Agung Medan (KAM).
PENGHAPUSAN TINGKATAN TUJUAN PERKAWINAN DALAM KHK 1983 Purba, Asrot
LOGOS Vol 15 No 2 (2018): Juni 2018
Publisher : UNIKA Santo Thomas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54367/logos.v15i2.1664

Abstract

Dalam Kitab Hukum Kanonik (KHK) 1917 (KHK lama) terdapat pembagian tujuan perkawinan berdasarkan tingkatan atau hierarki dengan istilah tujuan primer (primary end) dan tujuan sekunder (secondary end). Dalam KHK 1983 (KHK baru) tingkatan tujuan itu menghilang. Bagaimana penghapusan tingkatan itu terjadi? Paham apa yang mendasarinya? Tulisan ini hendak menjawab pertanyaan di atas dengan memaparkan makna tingkatan tujuan dalam KHK 1917, kritik-kritik atas tingkatan itu, terutama yang berasal dari penganut Teori Personalisme, pengaruh Personalisme dalam Konsili Vatikan II, dan akhirnya rumusan baru tujuan perkawinan dalam KHK 1983.
PENGAKUAN IMAN AKAN ALLAH TRITUNGGAL MAHAKUDUS DASAR PERSAUDARAAN TAREKAT HIDUP BAKTI: Suatu Refleksi Teologis atas Anjuran Apostolik Vita Consecrata Situmorang, Sihol; Purba, Dionsius; Donobakti, Yohanes Anjar; Purba, Asrot
LOGOS Vol. 20 No. 1 (2023): Januari 2023
Publisher : UNIKA Santo Thomas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54367/logos.v20i1.2546

Abstract

Tarekat Hidup Bakti merupakan bagian tak tergoyahkan bagi hidup dan kekudusan Gereja. Sebagai garda terdepan perwujudan misi Gereja, pemeluk Hidup Bakti, melalui penghayatan nasihat-nasihat Injil, bersaksi tentang persekutuan penuh cinta Allah Tritunggal Mahakudus di dalam Gereja maupun dalam dunia. Mereka yang menjalani panggilan khusus ini berusaha menghidupi ikatan cinta kasih yang begitu total dan sempurna dalam diri Bapa, Putera dan Roh Kudus. Bercermin pada Jemaat Rasuli, anggota Hidup Bakti menghayati persaudaraan dalam cinta kasih dengan kerelaan saling berbagi, baik materi, bakat maupun pengalaman rohani. Kasih sejati yang bersumber dari Allah Tritunggal itu dipupuk melalui Sabda dan Ekaristi, dimurnikan dalam Sakramen Pendamaian dan ditopang oleh doa. Hidup bersaudara dalam cinta kasih sebagai perwujudan Kerajaan Allah merupakan inti dan pokok misi Tarekat Hidup Bakti.
MANFAAT KATEKESE PERSIAPAN PERKAWINAN BAGI KELUARGA MUDA DALAM MEMBANGUN KELUARGA RUKUN KRISTIANI: Sebuah Studi Pastoral atas Kanon 1063 dan 1064, KHK 1983 di Paroki Santo joseph Jalan Kain Batik-Pematangsiantar Purba, Asrot; Sihombing, Junius Setiawan; Antono, Yustinus Slamet
LOGOS Vol. 20 No. 2 (2023): Juli 2023
Publisher : UNIKA Santo Thomas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54367/logos.v20i2.2994

Abstract

Gereja Katolik membuat aturan perihal katekese persiapan perkawinan, sebagaimana yang ditetapkan dalam Kitab Hukum Kanonik 1983, kanon 1063 dan 1064. Katekese persiapan perkawinan secara umum diberikan kepada orang muda dan secara khusus katekese persiapan perkawinan diperuntukkan bagi calon pasangan suami-istri yang hendak merayakan perkawinan. Gereja Keuskupan Agung Medan juga menegaskan hal ini, dengan membuat rancangan pelaksanaan katekese persiapan perkawinan bagi calon pasangan suami-istri. Pelaksanaan katekese persiapan perkawinan memiliki tujuan, yaitu agar keluarga-keluarga Katolik mampu membangun keluarga rukun kristiani. Keluarga rukun kristiani ialah keluarga yang berdasar pada kasih Allah. Tulisan ini hendak memaparkan manfaat katekese persiapan perkawinan bagi keluarga muda dalam membangun keluarga rukun kristiani. Manfaat tersebut digali lewat suatu penelitian kualitatif atas pelaksanaan katekese persiapan perkawinan di Paroki Santo Joseph Jalan Kain Batik – Pematangsiantar. Informan dalam penelitian ini, ialah keluarga muda yang tinggal di Gereja Paroki dan jumlan informan yang diambil sebanyak 4 keluarga dengan usia perkawinan pasangan suami-istri berada di antara 0-10 tahun. Usia perkawinan ini dibagi dua, yaitu usia perkawinan 0-5 tahun sebanyak 2 keluarga dan usia perkawinan 6-10 tahun sebanyak 2 keluarga
HUBUNGAN ANTARA PEMAHAMAN ORANG TUA TENTANG KEWAJIBAN DAN HAK MENDIDIK ANAK TERHADAP PRAKTIK PENDIDIKAN ANAK: Studi di Paroki Santa Maria Bunda Yesus, Tirtonadi, Padang Purba, Asrot; Antono, Yustinus Slamet; Nadeak, Largus; Hanggoro, Benediktus Bagus
LOGOS Vol. 21 No. 1 (2024): Januari 2024
Publisher : UNIKA Santo Thomas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54367/logos.v21i1.3416

Abstract

Orang tua adalah pendidik yang pertama dan utama bagi anak-anak mereka. Gereja menetapkan dalam kanon 226, §2, bahwa orang tua memiliki tugas untuk mengusahakan pendidikan kristiani kepada anak-anak mereka. Gereja menetapkan norma-norma pelaksana kewajiban dan hak orang tua mendidik anak yang diwujudkan dalam pendidikan anak dalam keluarga, pemilihan sarana pendidikan dan hubungan dengan para pendidik lainnya. Penulis melihat ada kemungkinan bahwa pemahaman orang tua tentang kewajiban dan hak mendidik anak memiliki hubungan (korelasi) yang positif dan signifikan dengan praktik pendidikan anak. Untuk membuktikannya, Penulis mengadakan penelitian kuantitatif di Paroki Tirtonadi, Padang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman orang tua mengenai kewajiban dan hak mereka mendidik anak berkorelasi secara positif dan signifikan terhadap praktik pendidikan anak. Apabila orang tua memiliki pemahaman yang baik mengenai kewajiban dan hak mendidik anak, maka praktik pendidikan anak juga akan berlangsung baik. Namun apabila orang tua memiliki pemahaman yang tidak baik mengenai kewajiban dan hak mendidik anak, maka praktik pendidikan anak juga akan berlangsung tidak baik.
THE LEADERSHIP OF PRIESTS IN THE LIGHT OF CANON 255 THE 1983 CODE Pandego, Higianes Indro; Purba, Asrot; Marmidi, F.X.
LOGOS Vol. 22 No. 1 (2025): Januari 2025
Publisher : UNIKA Santo Thomas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54367/logos.v22i1.4473

Abstract

Leadership is one of the important topic when people discuss on the organization. A good development is determined by a good and a strong leadership. The same thing when we talk about the (Catholic) Church. That is the reason of this thesis in which the writer wants to describe that the Church as a spiritual institution and social structure needs a strong leadership. Departing from can. 255, the researcher will explain the threefold munus and the pastoral functions in which the priests fulfill their tasks. This research is different with others because on can. 255 any others thesis has focus on the pastoral aspect of priesthood. On the other hand, this thesis focus on the leadership of priests.
IMPLEMENTASI PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN ORDO SAUDARA DINA KONVENTUAL PADA PEMBINAAN DI BIARA SANTO BONAVENTURA-PEMATANGSIANTAR Purba, Asrot; Sinaga, Raidin; Gustardi, Aurelius
LOGOS Vol. 22 No. 1 (2025): Januari 2025
Publisher : UNIKA Santo Thomas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54367/logos.v22i1.4474

Abstract

The essence of formation is the call to follow Christ and His gospel. Formation for priesthood and member of Consecrated Life must be orientated towards identification with Christ. This identification is confirmed by faith as one's personal encounter with Christ and is lived out as a call to a life of constant repentance. Formation really means a willingness to learn by doing what God says. The ultimate formator is God Himself. God is the only unique first in the life of a religious. Formation in the Saint Bonaventure Abbey takes the form of a universal pattern of religious life with the prevailing dimensions of formation (human, spiritual, intellectual, and pastoral). These dimensions of formation also be elaborated with the application of the order's charism. The application of the order's charism is contained in the educational principles applied in formation, namely: Education is the work of the Trinity, the likeness of Christ, and the cultivation of basic Franciscan values. These dimensions of formation and these educational principles form the formandi’s identity.
“ORDINARIS WILAYAH” DALAM GEREJA LATIN Purba, Asrot
LOGOS Vol 17 No 1 (2020): Januari 2020
Publisher : UNIKA Santo Thomas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54367/logos.v17i1.1039

Abstract

Kata “Ordinaris Wilayah” sering digunakan dalam Kitab Hukum Kanonik (KHK) 1983. Siapakah yang dimaksud dengan istilah ini? Berdasarkan Kanon 134 KHK 1983, subyek yang termasuk Ordinaris Wilayah adalah Paus untuk seluruh Gereja, para pemimpin Gereja-gereja partikular, para pemimpin sementara Gereja-gereja partikular pada saat takhta Gereja partikular tersebut terhalang dan takhta lowong dan Vikaris Jenderal serta Vikaris Episkopal. Tulisan ini hendak menampilkan profil dari figur-figur di atas. Para Ordinaris Wilayah tersebut dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok, yakni: Ordinaris Wilayah Asli, Ordinaris Wilayah Sementara dan Ordinaris Wilayah Perwakilan.Ordinaris Wilayah Asli mencakup para pemimpin Gereja-gereja partikular, yang terdiri dari Uskup Diosesan, Vikaris Apostolik, Prefek Apostolik, Abas Teritorial dan Administrator dari wilayah gerejawi administrasi apostolik yang didirikan secara permanen. Ordinaris Wilayah Sementara terdiri dari Administrator Diosesan, Administrator Apostolik yang memimpin keuskupan pada saat takhta lowong dan para pemimpin sementara keuskupan pada saat takhta terhalang dan takhta lowong.Subyek Ordinaris Wilayah Perwakilan terdiri dari Vikaris Jenderal dan Vikaris Episkopal, menurut kompetensinya masing-masing
PERUNTUKAN DAN SUMBER HARTA BENDA GEREJA: Acuan Pada Keuskupan Agung Medan Purba, Asrot; Sihombing, Junius
LOGOS Vol. 19 No. 1 (2022): Januari 2022
Publisher : UNIKA Santo Thomas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54367/logos.v19i1.1637

Abstract

Kata “harta benda” sangat sering muncul dalam kehidupan sehari-hari. Manusia tidak dapat lepas dari harta benda. Sebagai institusi yang berada di dalam dunia, Gereja juga membutuhkan harta benda. Bagaimana harta benda itu dikelola oleh Gereja? Permasalahan yang kadang timbul di lapangan ialah para pengelola harta benda Gereja menyimpang dari pedoman Kitab Hukum Kanonik (KHK) 1983. Tulisan ini hendak meluruskan penyimpangan itu dengan memberikan penjelasan mengenai peruntukan harta benda, dengan acuan pada Gereja Keuskupan Agung Medan (KAM).