Nabil
STIT Al-Marhalah Al-'Ulya Bekasi

Published : 16 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

Peran Pendidikan Islam Dalam Dinamika Politik Kebangsaan di Indonesia (Telaah Pendidikan Pasca Kemerdekan, Ode Baru dan Reformasi) Nabil, Nabil
Almarhalah | Jurnal Pendidikan Islam Vol 3, No 1 (2019): Almarhalah | Jurnal Pendidikan Islam
Publisher : STIT Al-Marhalah Al-Ulya Bekasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38153/alm.v3i1.27

Abstract

Pendidikan sudah sepatutnya menentukan masa depan suatu negara. Bila visi pendidikan tidak jelas, yang dipertaruhkan adalah kesejahteraan dan kemajuan bangsa. Visi pendidikan harus diterjemahkan ke dalam sistem pendidikan yang memiliki sasaran jelas, dan tanggap terhadap masalah-masalah bangsa. Karena itu, perubahan dalam subsistem pendidikan merupakan suatu hal yang sangat wajar, karena kepedulian untuk menyesuaikan perkembangan yang disesuaikan dengan perkembangan zaman. Sudah seyogyanya sistem pendidikan tidak boleh jalan di tempat, namun setiap perubahan juga harus disertai dan dilandasi visi yang mantap dalam menjawab tantangan zaman. Di Indonesia, berubahnya subsistem pendidikan (kurikulum, UU) biasanya tidak ditanggapi dengan antusiasme, namun malah sebaliknya membuat masyarakat ragu apakah penguasa di Indonesia memiliki visi pendidikan yang jelas atau tidak. Visi pendidikan diharapkan mampu menentukan tujuan pendidikan yang jelas. Karena, tujuan pendidikan yang jelas pada gilirannya akan mengarahkan ke pencapaian kompetensi yang dibutuhkan serta metode pembelajaran yang efektif. Dan pada akhirnya, kelak pendidikan mampu menjawab tuntutan untuk mensejahterakan  masyarakat dan kemajuan bangsa
Basic Contradiction in Religion Nabil, Nabil
Almarhalah | Jurnal Pendidikan Islam Vol 2, No 1 (2018): Almarhalah | Jurnal Pendidikan Islam
Publisher : STIT Al-Marhalah Al-Ulya Bekasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38153/alm.v2i1.15

Abstract

Contradiction provide insights into theoritical changes in perspective that lead to multi interpretation the law of contradiction contained unity of opposites in the religion is a fundamental law. And it turns out that there are contradiction in the basic religion of islam, namely syahadat as Ahmad Yulden Erwin in his writing, the contradiction are true and empty is the content.“No god but God” if the phrase is to be written in symbolic logical language, it will be form into contradiction of proposition; -p ᴧ p (which has wrong value). If the phrase is to be written in mathematic language, it will be form; -1 + 1 (which value 0). In other words, “syahadat” is a testimony of contradiction and emptiness. Accordingly the meaning, the phrase on a symbolically logical structure will be value wrong and or empty, except , if and if only. Logic can already prove that the contradiction are true and empty it was none other than content.Contradiction is the opposite of tautology, which is a form of statement that has only an example of a wrong substance, or a false statement in everything regardless of truth value of it’s components.[1] To prove whether a statement is a contradiction, there are two ways to prove it. First is using a truth table, if all the options are F or false then they are called contradictions. The truth table of [( p⟹  q ) ˄ p] ˄ ~q 
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Dalam Pendekatan Psikologi Anak Nabil, Nabil
Almarhalah | Jurnal Pendidikan Islam Vol 1, No 2 (2017): Almarhalah | Jurnal Pendidikan Islam
Publisher : STIT Al-Marhalah Al-Ulya Bekasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38153/alm.v1i2.9

Abstract

In the point of psychology, the phenomenon of early childhood education is a necessity. Because the development of the human brain at an early age (0 to 6 years) accelerates to 80% of the overall adult brain. Often the early age is often referred to as the golden age (golden age) in the development of human history. Maria Montessori said that this period is a sensitive period in which children easily receive stimuli from their environment. It is during this sensitive period that physical and psychological functions are matured so that the child is ready to respond and realize all the developmental tasks that are expected to appear in his daily behavior patterns.The conceptual foundation that underlies the importance of PAUD is the discovery of experts about child development, especially in the field of neuroscience and psychology. Growth and development of children can not be released by the development of brain structures. According to Wittrock there are three areas of brain development that experience rapid increase at an early age, namely the growth of dendritic fibers, the complexity of synaptic relationships, and division of nerve cells. The three brain regions are very important to develop from an early age, because at this age the three brain regions experience maximum development, which is 80% of the overall adult brain development. After children aged 6 years and older until adulthood, their development does not exceed 20%.
Pendidikan Ilmu Astronomi Dari Historis Sampai Heliosentris Nabil, Nabil
Almarhalah | Jurnal Pendidikan Islam Vol 2, No 2 (2018): Almarhalah | Jurnal Pendidikan Islam
Publisher : STIT Al-Marhalah Al-Ulya Bekasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38153/alm.v2i2.18

Abstract

Science in human life is very important to illuminate every walk of life, both physical (material) and metaphysical (immaterial). The universe was born millions and even billions of years ago, so many astronomical physicists calculate the origin of the universe, so the creation of the theory of bigbang, black holes, dark energy, dark matter, newton gravity, etc. Astronomy is important in teaching to know the phenomena of the universe (general), and to know times of worship (specifically). Before entering the science, it is better to know the history of astronomy, both the history of theory, and the figures then the hierarchy between geocentric and heliocentric in several views, both from the view of a character, as well as the view of the scriptures. Indeed, when humans think about the universe, in this case about the center of the universe there will be a hierarchy with the scriptures. This is a matter between different reason and revelation. Therefore, in this paper I touch on the issue of Heliocentric and Geocentric. And do not forget the astronomical figures from the West and East.
Analisis Sumber Literasi Keagamaan Guru PAI Terhadap Siswa dalam Mencegah Radikalisme di Kabupaten Bekasi Nur Laily Fauziyah; Nabil Nabil; Aldian Syah
Edukasi Islami : Jurnal Pendidikan Islam Vol 11, No 01 (2022): Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam Al Hidayah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30868/ei.v11i01.2092

Abstract

Dewasa ini, paham radikal mulai masuk dan berkembang ke dalam lembaga pendidikan formal. Berkembangnya paham radikal yang masuk ke dalam lembaga pendidikan formal sekolah/madrasah harus diwapadai dengan serius.  Penelitian ini membahas tentang pertama, Sumber-Sumber Literasi Keagamaan apa saja yang ditelusuri Guru PAI untuk mencegah paham radikalisme terhadap siswa/i SMA Negeri di Kec. Tambun Selatan-Kab. Bekasi? dan kedua, Bagaimana Literasi Keagamaan Guru PAI untuk mencegah paham radikalisme terhadap siswa/i SMA Negeri di Kec. Tambun Selatan-Kab. Bekasi?. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif.  Dengan tujuan ingin mengetahui gambaran Sumber-sumber Literasi Keagamaan Guru PAI dalam mencegah Radikalisme di SMA Negeri Kec. Tambun Selatan-Kabupaten Bekasi. Dengan target penelitian terdiri atas Guru PAI kelas 12. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan angket, wawancara dan dokumentasi Hasil penelitian menyimpulkan bahwa Sumber Literasi Keagamaan Guru PAI berada pada kategori baik. Guru PAI mengakses internet mencari dan mengkaji sumber literasi keagamaan untuk menambah pengetahuan keagamaan di kategorikan baik. Dalam mencegah paham Radikalisme, Guru PAI mampu menanamkan sifat saling menghargai antar satu sama lain serta mampu memberikan arahan untuk menanamkan jiwa Nasionalisme serta Keagamaan bahwa bahayanya Radikalisme dan Intoleran kepada dirinya dan siswa/I di sekolah SMA Negeri Kec. Tambun selatan-Kab. Bekasi
PEMBELAJARAN FIQIH KONTEKSTUAl PESANTREN DI KOTA BEKASI (ANALASIS DIALEKTIKA TEKS DAN KONTEKS) Muhamad Ibrohim; Nabil Nabil
Almarhalah | Jurnal Pendidikan Islam Vol 5, No 1 (2021): Almarhalah | Jurnal Pendidikan Islam
Publisher : STIT Al-Marhalah Al-Ulya Bekasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38153/alm.v5i1.48

Abstract

Pesantren and the kitab kuning are two inseparable sides of Islamic education in Indonesia. Since its early history, pesantren could not be separated from the literature of the book of thoughts of the salaf scholars which began around the 9th century. It could be said that without the existence and teaching of the yellow book, an educational institution would not legally be called a pesantren. Those are the facts that surfaced in the field. Contextual learning is a holistic educational process and aims to motivate students to understand the meaning of the subject matter they are learning by linking the material to the context of their daily life (personal, social, and cultural context) so that students have knowledge or skills that can be flexibly applied from one problem to another. The most basic idea of this model is that students need to get used to solving problems, find something useful for themselves, and wrestle with the ideas they get from the learning material.
Dinamika Guru Dalam Menghadapi Media Pembelajaran Teknologi Informasi Dan Komunikasi Nabil Nabil
Almarhalah | Jurnal Pendidikan Islam Vol 4, No 1 (2020): Almarhalah | Jurnal Pendidikan Islam
Publisher : STIT Al-Marhalah Al-Ulya Bekasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38153/alm.v4i1.26

Abstract

Teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini sudah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Indonesia, kemajuannya yang begitu pesat telah merambah ke dunia pendidikan. Kondisi ini dapat dilihat dari banyaknya lembaga-lemabaga pendidikan yang terus tumbuh dan berkembang yang menerapkan media pembelajaran berbasis teknologi.Media pembelajaran adalah media yang digunakan dalam pembelajaran, yaitu meliputi alat bantu guru dalam mengajar serta sarana pembawa pesan dari sumber belajar ke penerima pesan belajar (siswa). Sebagai penyaji dan penyalur pesan, media belajar dalam hal-hal tertentu bisa mewakili guru menyajikan informasi belajar kepada siswa. Jika program media itu didesain dan dikembangkan secara baik, maka fungsi itu akan dapat diperankan oleh media meskipun tanpa keberadaan guru.Peranan media yang semakin meningkat sering menimbulkan kekhawatiran pada guru. Namun sebenarnya hal itu tidak perlu terjadi, masih banyak tugas guru yang lain seperti: memberikan perhatian dan bimbingan secara individual kepada siswa yang selama ini kurang mendapat perhatian. Kondisi ini akan terus terjadi selama guru menganggap dirinya merupakan sumber belajar satu-satunya bagi siswa. Jika guru memanfaatkan berbagai media pembelajaran secara baik, guru dapat berbagi peran dengan media. Peran guru akan lebih mengarah sebagai manajer pembelajaran dan bertanggung jawab menciptakan kondisi sedemikian rupa agar siswa dapat belajar. Untuk itu guru lebih berfungsi sebagai penasehat, pembimbing, motivator dan fasilitator dalam kegiatan belajar mengajar.
Peran Pendidikan Islam Dalam Dinamika Politik Kebangsaan di Indonesia (Telaah Pendidikan Pasca Kemerdekan, Ode Baru dan Reformasi) Nabil Nabil
Almarhalah | Jurnal Pendidikan Islam Vol 3, No 1 (2019): Almarhalah | Jurnal Pendidikan Islam
Publisher : STIT Al-Marhalah Al-Ulya Bekasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38153/alm.v3i1.27

Abstract

Pendidikan sudah sepatutnya menentukan masa depan suatu negara. Bila visi pendidikan tidak jelas, yang dipertaruhkan adalah kesejahteraan dan kemajuan bangsa. Visi pendidikan harus diterjemahkan ke dalam sistem pendidikan yang memiliki sasaran jelas, dan tanggap terhadap masalah-masalah bangsa. Karena itu, perubahan dalam subsistem pendidikan merupakan suatu hal yang sangat wajar, karena kepedulian untuk menyesuaikan perkembangan yang disesuaikan dengan perkembangan zaman. Sudah seyogyanya sistem pendidikan tidak boleh jalan di tempat, namun setiap perubahan juga harus disertai dan dilandasi visi yang mantap dalam menjawab tantangan zaman. Di Indonesia, berubahnya subsistem pendidikan (kurikulum, UU) biasanya tidak ditanggapi dengan antusiasme, namun malah sebaliknya membuat masyarakat ragu apakah penguasa di Indonesia memiliki visi pendidikan yang jelas atau tidak. Visi pendidikan diharapkan mampu menentukan tujuan pendidikan yang jelas. Karena, tujuan pendidikan yang jelas pada gilirannya akan mengarahkan ke pencapaian kompetensi yang dibutuhkan serta metode pembelajaran yang efektif. Dan pada akhirnya, kelak pendidikan mampu menjawab tuntutan untuk mensejahterakan  masyarakat dan kemajuan bangsa
Model Pembelajaran Berbasis Zikrullah Analisis Kitab Sirrul Asrar Fima Yahtaju Ilaihil Abrar karya Syeikh Abdul Qadir Jailani Nabil Nabil
Almarhalah | Jurnal Pendidikan Islam Vol 3, No 2 (2019): Almarhalah | Jurnal Pendidikan Islam
Publisher : STIT Al-Marhalah Al-Ulya Bekasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38153/alm.v3i2.22

Abstract

Hal yang menjadi titik tekan pada model pembelajaran adalah penggunaan amalan - amalan zikir sebagai sarana untuk mengenal dan mendekatkan diri kepada Allah Swt. Syeikh Abdul Qadir Jailani,  seorang pendiri tarikat yang hidup pada Abad Pertengahan, telah berhasil menemukan cara untuk mengatasi kemerosotan kualitas akhlak.Model pembelajaran berbasis, zikrullah menitikberatkan kepada penanaman atau  internalisasi   nilai   keagamaan yang bersumber dari Ilahi. Apabila dikaitkan dengan pembelajaran, konsep tauhid menjadi tolak ukur kemurnian   keberagamaan   yang  mengakar   pada   perilaku sehari - hari.Konsep ini merupakan bagian dari rumpun tazkiyah, yaitu ilmu yang membahas tentang penyucian diri. Sebab, model ini lebih menitikberatkan pada proses untuk mengenal Allah lebih dekat melalui amalan - amalan zikir yang dilakukan setiap hari (zikir harian), mingguan (khataman), dan bulanan (manaqiban).Pada praktiknya, model pembelajaran tersebut tidak bisa secara langsung diadopsi di dunia pendidikan formal, terlebih apabila titik fokus ada pada praktiknya. Akan tetapi, apabila titik fokusnya pada esensi dan pelaksanaan zikir, hal tersebut sangat mungkin untuk diterapkan melalui kegiatan - kegiatan keagamaan di lembaga pendidikan formal, seperti mengawali pembelajaran dengan berdoa, mengajarkan untuk melaksanakan shalat shunnah, dan menghubungkan materi - materi umum kepada konsep keagamaan. Artinya esensi dari zikir inilah yang kemudaian harus diterapkan dalam berbagai aspek, khususnya yang berkaitan dengan pembelajaran. Konsep zikir ini harus diterapkan dalam semua mata pelajaran di kelas.
Hermeneutik Nasr Abu Zayd Dalam Memahami Al-Quran Nabil Nabil
Almarhalah | Jurnal Pendidikan Islam Vol 4, No 2 (2020): Almarhalah | Jurnal Pendidikan Islam
Publisher : STIT Al-Marhalah Al-Ulya Bekasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38153/alm.v4i2.38

Abstract

Al-Quran merupakan teks suci dari Tuhan yang selalu menjadi pedoman oleh manusian di setiap tempat dan waktu (kontekstual). Melihat problem dunia dan masyarakat yang semakin kompleks, maka al-Quran setidaknya harus bisa disesuaikan dengan kondisi waktu dan zaman pada masa kini. Interpretasi al-Quran harus mampu menjawab persoalan-persoalan social, ekonomi, budaya, politik, agama, dll. Nasr Hamid Abu Zayd merupakan actor hermeneutic yang mencoba mengkontekstualisasikan al-Quran pada masa modern. Avbu Zayd menginginkan interprestasi al-Quran menggunkan paradigm baruyang didasarkan atas teori sastra modern dan membuat al-Qutran menjadi teks yang terbuka untuk diinterpretasi tanpa adanya otoritas dari golongan ulama tertentu, agar interpretasi terhadap teks al-Quran dapat menyentuh isu yang paling sensitif dikalangan umat islam.