Articles
PERGESERAN KOSAKATA BAHASA BALI RANAH PERTANIAN: STUDI LINGUISTIK KEBUDAYAAN
Arnawa, Nengah
Aksara Vol 28, No 1 (2016): Aksara: Edisi Juni 2016
Publisher : Balai Bahasa Bali
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (536.511 KB)
|
DOI: 10.29255/aksara.v28i1.21.103-110
Fokus penelitian ini adalah pergeseran kosakata bahasa Bali pada ranah pertanian dandampaknya terhadap pelestarian budaya darma pamacul âkewajiban petaniâ. Penelitian inidilatarbelakangi oleh kondisi empirik bahwa telah terjadi perubahan tatacara petani dalampengolahan lahan. Perubahan tersebut berdampak pada pergeseran kosakata yang berimplikasipada perubahan budaya. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk memetakan pergeserankosakata bahasa Bali ranah pertanian dan kaitannya dengan dinamika budaya lokal. Untukmencapai tujuan tersebut, penelitian ini berpijak pada teori linguistik kebudayaan danmakrosemantik. Penelitian ini dirancang dalam desain kualitatif. Data dikumpulkan melaluimetode cakap dengan para petani subak basah dan kering di Kabupaten Tabanan dan Buleleng.Informan diklasifikasi berdasarkan jenis kelamin dan kelompok umur. Berdasarkan prosedurpenelitian tersebut terungkap bahwa telah terjadi pergeseran kosakata dan budaya pertanianpada aspek: peralatan, budaya dan ikatan sosial, proses pengolahan lahan, perawatan tanamandan penanganan hasil panen. Pergeseran kosakata ranah pertanian tersebut berdampak padakegagalan anak-anak petani memahami metafora yang sering digunakan dalam wacanaberbahasa Bali.
PERGESERAN KOSAKATA BAHASA BALI RANAH PERTANIAN: STUDI LINGUISTIK KEBUDAYAAN
Nengah Arnawa
Aksara Vol 28, No 1 (2016): Aksara: Edisi Juni 2016
Publisher : Balai Bahasa Provinsi Bali
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (536.511 KB)
|
DOI: 10.29255/aksara.v28i1.21.103-110
Fokus penelitian ini adalah pergeseran kosakata bahasa Bali pada ranah pertanian dandampaknya terhadap pelestarian budaya darma pamacul ‘kewajiban petani’. Penelitian inidilatarbelakangi oleh kondisi empirik bahwa telah terjadi perubahan tatacara petani dalampengolahan lahan. Perubahan tersebut berdampak pada pergeseran kosakata yang berimplikasipada perubahan budaya. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk memetakan pergeserankosakata bahasa Bali ranah pertanian dan kaitannya dengan dinamika budaya lokal. Untukmencapai tujuan tersebut, penelitian ini berpijak pada teori linguistik kebudayaan danmakrosemantik. Penelitian ini dirancang dalam desain kualitatif. Data dikumpulkan melaluimetode cakap dengan para petani subak basah dan kering di Kabupaten Tabanan dan Buleleng.Informan diklasifikasi berdasarkan jenis kelamin dan kelompok umur. Berdasarkan prosedurpenelitian tersebut terungkap bahwa telah terjadi pergeseran kosakata dan budaya pertanianpada aspek: peralatan, budaya dan ikatan sosial, proses pengolahan lahan, perawatan tanamandan penanganan hasil panen. Pergeseran kosakata ranah pertanian tersebut berdampak padakegagalan anak-anak petani memahami metafora yang sering digunakan dalam wacanaberbahasa Bali.
PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF BERBASIS APLIKASI ARTICULATE STORYLINE 3 PADA TOPIK RANGKAIAN LISTRIK UNTUK SISWA SD
Ni Putu Trisna Sulistyan;
Maria Goreti Rini Kristiantari;
Nengah Arnawa
Jurnal Ilmiah Pendidikan Citra Bakti Vol 9 No 1 (2022)
Publisher : STKIP Citra Bakti
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (420.446 KB)
|
DOI: 10.38048/jipcb.v9i1.654
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan multimedia pembelajaran interaktif berbasis aplikasi Articulate Storyline 3 pada topik rangkaian listrik untuk siswa sekolah dasar sebagai produk yang valid dan praktis. Prosedur pengembangan dalam penelitian ini mengadaptasi prosedur model DDDE yang terdiri atas tahap menetapkan (Decide), merancang (Design), mengembangkan (Develop), dan mengevaluasi (Evaluate). Subjek penelitian ini adalah 10 siswa Kelas 6 SD Negeri 6 Pendem dan 2 guru Kelas 6 Gugus III Rama Kecamatan Jembrana. Objek penelitian ini adalah multimedia pembelajaran interaktif berbasis aplikasi Articulate Storyline 3 pada topik rangkaian listrik untuk siswa sekolah dasar. Data yang dikumpulkan meliputi data kualitatif dan data kuantitatif. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner berupa lembar validasi dan lembar penilaian kepraktisan. Data dianalisis dengan menentukan persentase skor validitas dan kepraktisan kemudian dikonversikan ke dalam pedoman konversi skala lima untuk mengetahui kualifikasi validitas dan kepraktisan produk. Persentase skor validitas produk oleh ahli materi sebesar 95% dengan kualifikasi sangat valid. Persentase skor validitas produk oleh ahli media sebesar 94% dengan kualifikasi sangat valid. Persentase skor kepraktisan oleh guru sebesar 96% dengan kualifikasi sangat praktis. Persentase skor kepraktisan oleh siswa sebesar 91% dengan kualifikasi sangat praktis. Hal ini menunjukkan bahwa multimedia pembelajaran interaktif rangkaian listrik untuk siswa kelas 6 sekolah dasar valid dan praktis digunakan dalam pembelajaran.
BAHASA BALI USIA ANAK-ANAK : KAJIAN METABAHASA SEMANTIK ALAMI
I Nengah Arnawa
Linguistika: Buletin Ilmiah Program Magister Linguistik Universitas Udayana Vol 16 (2009): March 2009
Publisher : Program Magister Linguistik Universitas Udayana
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (94.761 KB)
Abstract This study is based on the Natural Semantic Metalanguage (NSM) theory as proposed by Wierzbicka (1996a) considering the indication that children can master universal semantic features earlier. It results in the universal primitive hypothesis in semantic acquisition by children The mastery of words of Balinese language of 4-6 year old children are predominated by verb (42.07%), followed by noun then (36.55%). However, noun is in higher frequency of use (34.95%) than the verb (30.98%). Among all the words by the children, physical words used are 88.80% and mental words used are 11.20%. The most predominant linguistic idiosyncrasy in the Balinese language of children is overgeneralization. Based on the analysis, it is known that the semantic primes in Balinese is represented by the neutral style or kepara for such vocabulary style is unmarked and generic. There are sixty semantic primes found in Balinese. Out of which the 4-6 year old children are able to produce 58 semantic primes in their utterances. The semantic primes which are not produced by the Balinese children in such a case are AKLINYENGAN ‘A MOMENT’ and MIRIB ‘MAYBE’. The disappearance of semantic primes AKLINYENGAN is due to the uncertainty of the lexical reference and similarly MIRIB ‘MAYBE’ disappears because of the cognitive limitedness of the children so that they are not able to use the knowledge they have in order to predict what is going to happen. The canonic sentence is a distributional pattern of the semantic primes in the linguistic expression of reality. The semantic primes of Balinese having the widest distribution are ICANG ‘I’ and BENA ‘YOU’. The 4-6 year old children are not able to build up a sentence using ICANG ‘I’ and BENA ‘YOU’ as psychological objects.
Interpretasi Pragmatis Analogis Metafora Bahasa Bali
Nengah Arnawa
Jurnal Kajian Bali (Journal of Bali Studies) Vol 6 No 1 (2016): REFLEKSI SENI BAHASA BALI
Publisher : Pusat Kajian Bali Universitas Udayana
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (331.403 KB)
Abstract The research focused on semantic classification of Balinese metaphor. The research was intended to identify interpreting patterns of metaphor implicature. Thus, the theory underlying the research was semantic and pragmatic theories. The research design was ethnography of communication. Research data was collected from the use of metaphor of written and spoken text or domain. The data was analyzed with qualitative method. Result of analysis indicated that semantically, Balinese metaphor was dominated by concrete-abstract type of metaphor with quiet high tension. Metaphorical implicature was designed through two analogical patterns, they are logical and declarative analogy. The use of metaphor was based on cooperation and politeness principle.
The use of modality markers to perform hegemony politeness in using Balinese language: a case study on Awig-awig
Nengah Arnawa;
I Wayan Gunartha;
I Nyoman Sadwika
English Vol 1 No 1 (2017): December 2017
Publisher : Politeknik Negeri Bali
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (156.638 KB)
This research was aimed at expressing motivation to use modality markers in text of traditional village regulation (awig-awig). The data was obtained from some major regulations in five regencies and city in Bali province. Sampling was done based on area considering dialectical and sociocultural diversity. Based on theory of pragmatics, it could be concluded that the use of Balinese language modality in text of traditional village regulation was not merely demanded by syntax and grammatical semantics. It can be proven with deletion technic. Upon the modality deletion, it did not change the prime meaning of text, but the sentences were still grammatical instead. The use of modality was motivated with pragmatic needs, i.e. performing hegemony politeness in accordance with the sense of modality as interpersonal rhetoric.
PRAGMA-GRAMATIKAL KESANTUNAN HEGEMONIS BAHASA BALI DALAM AWIG-AWIG
Nengah Arnawa;
I Wayan Gunartha;
I Nyoman Sadwika
Bahasa dan Seni: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni, dan Pengajarannya Vol 46, No 2 (2018)
Publisher : Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (682.963 KB)
This study aims to reveal the relation between pragmatics and grammar, especially in Balinese language, which usually has been widely separated. The data were collected through document recording on a number of manuscripts and interviews with informants spreading out over five districts/cities in Bali Province as a representation of dialectal variation. Based on the theory of semantic structure it revealed that grammatical choice was motivated by pragmatic needs to realize Balinese hegemonic politeness in awig-awig of pakraman of the villages. The grammatical choices were: (1) personification of nouns desa, banjar, or subak, i.e. [+ CONCRETE] given the role as noun [+ HUMAN]. This grammatical choice is motivated by the adherence of members to the adat (custom) institutions. (2) Agents' dissipation to accentuate actions, especially those with negative images. This choice of syntactic structure is motivated by the maxim of wisdom and face-saving to reduce threats to someone.
PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN PETA BUMING PADA MATERI KOSAKATA BAKU SISWA SD
I Made Yudi Candra Negara;
Nengah Arnawa;
Dewa Bagus Sanjaya
Jurnal Ilmiah Pendidikan Citra Bakti Vol 9 No 2 (2022)
Publisher : STKIP Citra Bakti
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.38048/jipcb.v9i2.668
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan media Peta Buming pada pelajaran Bahasa Indonesia materi kosakata baku kelas V Sekolah Dasar. Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan yang menghasilkan produk berupa media pembelajaran dengan menggunakan model ADDIE. Adapun tahapan-tahapan model ADDIE yaitu: (1) analisis, (2) desain, (3) pengembangan, (4) implementasi, dan (5) evaluasi. Data dianalisis dengan menggunakan rumus mean untuk mengetahui persentase skor validitas dan praktikabilitas media. Persentase skor validitas media oleh ahli materi sebesar 98%, sementara persentase skor validitas media oleh ahli media sebesar 98%, jika dikonversikan ke dalam tabel kualifikasi validitas, maka 98% berkualifikasi sangat baik dengan keterangan sangat layak. Persentase skor praktikabilitas oleh 2 guru memperoleh persentase sebesar 97%. dan uji praktikabilitas yang dilakukan oleh 12 orang siswa, media Peta Buming memperoleh persentase sebesar 96%. Persentase tersebut jika dikonversikan ke dalam tabel kualifikasi praktikabilitas yang telah ditetapkan maka, 97% dan 96% berkualifikasi sangat baik dengan keterangan sangat layak. Hal ini menunjukkan bahwa media Peta Buming layak dan praktis digunakan untuk pembelajaran kosakata baku pada muatan pelajaran Bahasa Indonesia kelas V Sekolah Dasar.
PENGEMBANGAN GAME EDUKASI CARI KATA BAKU BERBASIS ANDROID UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR
I Gede Anom Apriliawan;
Maria Goreti Rini Kristiantari;
Nengah Arnawa
Jurnal Ilmiah Pendidikan Citra Bakti Vol 9 No 2 (2022)
Publisher : STKIP Citra Bakti
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.38048/jipcb.v9i2.672
Artikel ini merupakan hasil penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan game edukasi Cari Kata Baku berbasis android pada muatan pelajaran Bahasa Indonesia materi kata baku kelas VI sekolah dasar. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang dilaksanakan dengan menggunakan model ADDIE dengan tahapan-tahapan yaitu: (1) analisis, (2) desain, (3) pengembangan, (4) implementasi, dan (5) evaluasi. Subjek penelitian ini adalah game edukasi Cari Kata Baku berbasis android pada muatan pelajaran Bahasa Indonesia materi kata baku. Sedangkan objek dalam penelitian ini adalah validitas dan praktikabilitas game edukasi Cari Kata Baku yang dikembangkan. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Pengumpulan data dilakukan menggunakan metode kuesioner dengan penyebaran instrumen rating scale. Data dianalisis menggunakan rumus mean untuk mengetahui persentase skor validitas dan praktikabilitas media. Berdasarkan hasil analisis diperoleh persentase skor validitas media oleh ahli materi sebesar 95% dengan kualitifkasi sangat baik, dan oleh ahli media sebesar 99% dengan kualifikasi sangat baik. Persentase skor praktikabilitas oleh guru sebesar 96% dengan kualifikasi sangat baik, dan oleh siswa sebesar 91% dengan kualifikasi sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa game edukasi Cari Kata Baku berbasis android dinyatakan layak dan praktis digunakan untuk pembelajaran kata baku pada muatan pelajaran Bahasa Indonesia kelas VI Sekolah Dasar.
PENGARUH PENERAPAN MODEL MATEMATIKA REALISTIK TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SD DITINJAU DARI MOTIVASI BERPRESTASI
Dewi Yulvi Astriani;
I Putu Wisna Ariawan;
Nengah Arnawa
Jurnal Ilmiah Pendidikan Citra Bakti Vol 9 No 2 (2022)
Publisher : STKIP Citra Bakti
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.38048/jipcb.v9i2.677
Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan permasalahan pada hasil belajar matematika siswa yang rendah karena model pembelajaran yang dilaksanakan kurang tepat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model matematika realistik terhadap hasil belajar matematika siswa dengan mempertimbangkan motivasi berprestasi siswa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen post test only control group design, dengan penentuan sampel menggunakan tekhnik pengambilan sampel secara acak pada siswa kelas V SD Gugus III Arjuna. Jumlah sampel sebanyak 76 siswa yang terdiri dari 38 siswa sebagai kelompok eksperimen dan 38 siswa sebagai kelompok kontrol. Instrumen penelitian menggunakan tes motivasi berprestasi yang berbentuk kuesioner sebanyak 30 soal untuk mengukur tinggi rendahnya motivasi berprestasi pada diri siswa, dan tes hasil belajar matematika berbentuk tes pilihan ganda sebanyak 30 soal yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa. Analisis data menggunakan analisis anava dua jalur dan selanjutnya diuji dengan uji tukey. Semua pengujian dilakukan pada taraf signifikansi 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil belajar matematika antara siswa yang mengikuti model matematika realistik dengan siswa yang mengikuti model konvensional (Fhitung > Ftabel atau 10,138 > 3,13); (2) terdapat pengaruh interaksi antara model pembelajaran dan motivasi berprestasi terhadap hasil belajar matematika (Fhitung > Ftabel atau 82,052 > 2,96); (3) pada siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi, hasil belajar matematika siswa yang mengikuti model pembelajaran matematika realistik lebih baik daripada siswa yang mengikuti model konvensional (Qhitung > Qtabel atau 8,205 > 2,96); dan (4) tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar matematika siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah ketika mereka diberikan perlakuan menggunakan model matematika realistik dan model konvensional (Qhitung < Qtabel atau 1,837 < 2,96).