Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DAN MASA KERJA DENGAN GEJALA KELELAHAN MATA PADA PEKERJA PENJAHIT DI KELURAHAN LOLU KOTA PALU Mustafa, Mustafa; Hasanudin, Hasanudin; Saharudin, Saharudin; Subagyo, Indro
Ruwa Jurai: Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 17 No. 2 (2023)
Publisher : Poltekkes Kemenkes Tanjung Karang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26630/rj.v17i2.3827

Abstract

Ketegangan mata adalah salah satu jenis gangguan mata yang disebabkan oleh tekanan pada otot akomodasi saat melihat benda kecil dan dekat dalam waktu yang lama. Beberapa faktor yang dapat memicu ketegangan mata antara lain usia, lama kerja, dan kondisi pencahayaan di tempat kerja. Semakin lama usia seseorang, semakin tinggi risiko terjadinya ketegangan mata. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan intensitas pencahayaan dan masa kerja dengan gejala kelelahan mata pada pekerja Penjahit di Kelurahan Lolu, Kota Palu. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan rancangan cross sectional. Sampel berjumlah 30 pekerja yang dipilih secara random. Variabel bebas intensitas pencahayaan diukur dengan Lux Meter, masa kerja menggunakan kuesioner. Variabel terikat yaitu kelelahan mata diukur dengan kuesioner Visual Fatigue Index (VFI). Analisis data menggunakan perangkat lunak statistik dengan uji Fisher Exact. Hasil penelitian menunjukkan umur penjahit yang paling banyak yaitu antara 20-30 tahun sebanyak 20 (66,7%) dan berjenis kelamin perempuan sebanyak 17 (56,7%). Rata-rata masa kerja diatas 3 tahun sebanyak 20 (66,7%). Penjahit yang bekerja dengan menggunakan pencahayaan dan tidak sesuai dengan standar sebanyak 28 (93%). Terdapat 18 (60%) penjahit yang bekerja mengalami mata lelah. Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara intensitas cahaya (p
Pengaruh Peletakan Biopond Larva Black Soldier Fly Terhadap Penurunan Berat Sampah Organik Remalia Tondo, Yolan; Mustafa, Mustafa; Subagyo, Indro
Banua: Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 4 No. 2 (2024)
Publisher : Poltekkes Kemenkes Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33860/bjkl.v4i2.4056

Abstract

Latar Belakang: Masalah sampah semakin komplek, dengan komposisi terbesar adalah sampah organik sebesar 60%. Salah satu alternatif pengolahan sampah organik adalah dengan memanfaatkan larva Black Soldier Fly sebagai organisme yang dapat mendegradasi sampah organik menjadi pupuk kompos dan pakan. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh peletakan biopond larva Black Soldier Fly di indoor dan outdoor terhadap penurunan berat sampah organik. Metode:  Penelitian ini menggunakan metode Pre-eksperiment dengan menggunakan pola Pree test and Post test group Design dengan 5 kali pengulangan pada masing- masing biopond indoor dan outdoor yang berisi sampah sebayak 1000 gram dan larva 200 gram. Larva yang digunakan berumur 14 hari dan Sampah organik yang digunakan yaitu sisa makanan, sayuran dan buah-buahan. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa peletakan biopond larva Black Soldier Fly di lingkungan outdor dapat menurunkan berat sampah organik secara lebih efektif dibandingkan dengan peletakan di lingkungan indoor. Persentase penurunan berat sampah pada pelatakkan di outdoor sebesar 74% sedangkan pada indoor sebesar 40,7%. Hasil uji t sampel bebas dengan nilai p-value 0.000 ≤ 0,05 menunjukkan perbedaan yang  signifikan antara penurunan berat  sampah Organik pada peletakan biopond indoor dan outdoor.  Kesimpulan: Peletakan biopond memberikan pengaruh yang signifikan pada larva Black Soldier Fly dalam mendegradasi sampah organik.
Prevalence and Risk Factors of Anemia in Adolescent Girls in Donggala District, Central Sulawesi Amsal, Amsal; Subagyo, Indro; Taqwin, Taqwin; Kusumawati, Dwi Erma; Radhiah, Sitti; Eka Cahyani, Yayuk; Hafid, Fahmi
Poltekita : Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 17 No. 3 (2023): November
Publisher : Poltekkes Kemenkes Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33860/jik.v17i3.3065

Abstract

This study aims to assess the prevalence and risk factors of anemia in adolescent girls in Donggala District. It employed an observational analytical study design with a cross-sectional approach. The research was conducted in Senior High Schools (SMA) and Islamic Senior High Schools (Madrasah Aliyah) in Donggala District in May 2023. The sample included 428 respondents. Hemoglobin levels were measured by the laboratory staff of the Central Sulawesi Health Department. Respondents provided data through Kobocollect: https://ee.kobotoolbox.org/x/uZVqfjnh. Respondent characteristics included age, the occupation of both parents, family income, upper arm circumference, hemoglobin levels, body mass index, menstrual status, consumption of iron supplements, anemia education and knowledge, medical conditions, smoking status, physical activity status, and the frequency of iron-rich food intake (fish, eggs, meat, and milk). Data analysis was performed using percentages and RR (95% CI) with SPSS 22.0. Ethical approval was obtained from the Ethics Committee of the Poltekkes Kemenkes Palu with approval number 0016/KEPK-KPK/I/2023, and research permission was granted by the Central Sulawesi Provincial Government, Regional Unity of Community and Political Affairs, with approval number 070/0409/Bid.III-BKBPD/2023. The research results indicated a prevalence of anemia risk among adolescents in Donggala District at 9.8%. Risk factors included upper arm circumference <23.5 cm, a history of kidney disease, limited knowledge of anemia, and infrequent meat consumption. The researchers recommend that adolescents increase their food intake to improve upper arm circumference, manage dietary patterns for those with kidney disease, enhance knowledge about anemia, and increase meat consumption frequency.
Skrining dan Intervensi Kesehatan Kardiovaskular melalui Praktik Interprofessional Collaboration di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah: Cardiovascular Health Screening and Intervention through Interprofessional Collaboration Practices in Marawola Subdistrict, Sigi Regency Pont, Anna Veronica; Ramadhan, Kadar; Subagyo, Indro; Nuradji, Sugeng; Ndama, Metrys; Zainul, Zainul; Junaidi, Junaidi; Syamsu, Andi Fatmawati; Kolomboy, Fajrillah; Lisnawati, Lisnawati; Supetran, I wayan; Taqwin, Taqwin; Kaparang, Mercy Joice; Nurfatimah, Nurfatimah; Christine, Christine
Poltekita: Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 6 No. 2 (2025)
Publisher : Pusat Penelitian & Pengabdian Masyarakat Poltekkes Kemenkes Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33860/pjpm.v6i2.4272

Abstract

Cardiovascular disease is still the leading cause of global death and shows an increasing trend in Indonesia, including in semi-urban and rural areas such as Marawola District, Sigi Regency. Low health literacy and limited access to services are challenges in preventing and detecting this disease. This community service activity aims to improve early detection and promotive-preventive interventions of cardiovascular diseases through the Interprofessional Collaboration (IPC) approach. The implementation method involved seven villages with a target of 210 heads of families (321 individuals). Activities include coordination, socialization, health screening (blood pressure, blood sugar levels, cholesterol, BMI, and abdominal circumference), health education, and profession-based interventions (nursing, midwifery, nutrition, and sanitation). The screening results showed the prevalence of hypertension at 44.1%, pre-hypertension at 48.7%, diabetes mellitus at 11.5%, high cholesterol at 39%, and obesity and overweight at 43.6%. The collaborative intervention through education about the efforts of blood pressure and improved participants' understanding of nutrition, environmental cleanliness, and medication adherence. The discussion emphasized that the IPC accelerates problem identification, enriches interventions, and increases community involvement. However, limited time and laboratory equipment are obstacles that must be fixed in future activities. In conclusion, integrating IPC in community-based cardiovascular screening and intervention programs is feasible and sustainable.