Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

EVALUASI SISTEM PENIRISAN TAMBANG BLOK AIR GETUK GARUK PT DANAU MASHITAM BENGKULU TENGAH Junisa, David; Asof, Marwan; Bochori, Bochori
Jurnal Ilmu Teknik Vol 2, No 3 (2014): Jurnal Ilmu Teknik
Publisher : Sriwijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

PT Danau Mashitam merupakan salah satu perusahaan tambang batubara yang berada di Bengkulu Tengah. Secaraumum lokasi tambang berada di daerah yang dikelilingi perbukitan dengan ketinggian antara 300 – 500 mdpl dengancurah hujan yang relatif tinggi. PT Danau Mashitam menerapkan sistem penambangan terbuka yang disebutstripmine. Pada proses penambangannya, untuk memperoleh batubara diperlukan pengupasan tanah penutup di atasbatubara tersebut. Akibatnya, lama kelamaan tambang akan menyerupai cekungan besar seiring kemajuan tambangPada saat hujan, air akan terkonsentrasi di dasar tambang dan bisa menghambat aktivitas penambangan di levelterendah. Oleh karena itu dibuatlah suatu sumuran (sump) pada level terendah tersebut agar air yang masuk ketambang lebih dahulu terkonsentrasi pada sumuran (sump) tersebut dan sebelum meluap air tersebut dipindahkankeluar tambang dengan sistem pemompaan. Dari hasil pengamatan, sump yang ada mampu menampung air denganvolume 1846 m3dan pompa yang ada memiliki kapasitas 99,7 m3/jam sedangkan total air masuk ke tambang adalahsebesar 1.023,4 m3/jam. Dari hasil analisis data, didapatkan besarnya intensitas hujan rencana 12,81 mm/hari danluas catchment area 0,11 km2. Untuk memperbaiki sistem penirisan pada Pit Air Getuk Garuk, perlu dibuat sump yanglebih besar yaitu dengan volume 10.380 m3 dari yang sebelumnya hanya 1846 m3. Alternatif sistem pemompaanterbaik yaitu dengan menambah jumlah pompa sejenis dengan kapasitas 260 m3/jam dari dua buah menjadi empatbuah yang dirangkai seri dimana masing-masing pompa menanggung head total sebesar 20,43 m.Keywords: Curah hujan, catchment area, sump, kapasitas pompa, head total.
RANCANGAN TEKNIS PENAMBANGAN BATUBARA DI BLOK SELATAN PT. DIZAMATRA POWERINDO LAHAT SUMATERA SELATAN Dedi Saputra; Marwan Asof; Endang Wiwik DH
Jurnal Ilmu Teknik Vol 2, No 3 (2014): Jurnal Ilmu Teknik
Publisher : Sriwijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

kegiatan eksploitasi didaerah Izin Usaha Pertambangannya, dengan luas wilayah Izin Usaha Pertambangan Eksploitasi 971 Ha. Selanjutnya perusahaan akan melakukan pembukaan pit baru diarea yang masih terdapat penyebaran batubara pada wilayah izin usaha pertambangan yaitu di Blok Selatan PT. Dizamatra Powerindo, untuk itu diperlukan kegiatan permodelan, perhitungan cadangan dan rancangan penambangan sehingga akan dihasilkan rancangan penambangan yang terjadwal dan kedepannya akan digunakan pada perencanaan tambang berikutnya. Pemodelan geologi lapisan batubara, menghasilkan 2 seam batubara, yaitu seam A dengan arah umum penyebaran batubara yaitu relatif timur-barat dan memiliki kemiringan kearah selatan dengan besar sudut 130 – 200, dengan ketebalan dari 11,5 meter sampai 14,3 meter dan seam B dengan arah umum penyebaran batubara yaitu relatif timur-barat dan memiliki kemiringan kearah selatan dengan besar sudut 110 – 200, dengan ketebalan dari 14,80 meter sampai 18,75 meter. Berdasarkan model rancangan batubara, diketahui cadangan batubara tertambang di daerah penelitian pada blok selatan adalah sebesar 44.571.573,76 ton dan jumlah overburden sebesar 159.037.84986 bcm sehingga menghasilkan Stripping Ratio 3,6 bcm/ton . Target produksi batubara yang direncanakan tahun pertama sampai tahun kelima adalah sebesar 350.000 ton/tahun, dengan Geometri Bench pada desain pit dirancang dengan kemiringan lereng tunggal maksimal adalah 60°, tinggi bench 10 m dan lebar bench penambangan adalah 5 m, dengan geometri tersebut secara teori dianggap bahwa pit telah aman dari longsor. Dimensi jalan angkut dibuat dengan lebar pada jalan lurus 10 m, pada tikungan 13 m sedangkan derajat kemiringan jalan (grade) adalah 8 %. Arah penambangan dimulai dari blok bagian Timur menuju ke blok bagian Barat kemudian kearah Selatan PT Dizamatra Powerindo, pada tahun pertama dilakukan penggalian dari elevasi 90 mdpl dan sampai elevasi 36 mdpl pada tahun kelima.Kata Kunci : Batubara, Cadangan,Penambangan
Perbaikan Jalan Angkut Menggunakan Geotextile untuk Meningkatkan Produktivitas HD 785 pada Site Gurimbang Mine Operation, PT. Berau Coal: Improvement of Hauling Road with Geotextile to Increase Productivity of HD 785 at Site Gurimbang Mine Operation, PT. Berau Coal Asof, Marwan; Purbasari, Diana; Agustian Putra, M. Andra
Cantilever: Jurnal Penelitian dan Kajian Bidang Teknik Sipil Vol. 12 No. 1 (2023): Cantilever
Publisher : Department of Civil Engineering and Planning, Faculty of Engineering, Sriwijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35139/cantilever.v12i1.213

Abstract

PT. Berau Coal is one of the mining companies in Indonesia that focuses on coal mining and sales. This research was carried out on the haul road at Site Gurimbang Mine Operation, where the condition of the haul road is currently undulating and located above a swamp area. This condition reduces the speed of HD 785, resulting in the unit's productivity not achieving the company's target. The effort to improve the condition of the haul road is by using geotextile as a method of strengthening the haul road. The aim of this research is to determine the changes in soil density and soil bearing capacity after the geotextile reinforcement and to identify its impact on HD 785 productivity. The research was conducted by analyzing and processing data from the results of the DCP in-situ test to determine the soil density and soil bearing capacity in the initial and post-geotextile installation conditions. Actual field data collection in the form of HD 785 cycle time and speed data was used to evaluate the unit's productivity before and after geotextile installation. The results indicated that the utilizing geotextile can increase the soil density and soil bearing capacity to meet the CBR standards and soil bearing capacity for HD 785 units. The use of geotextile also increased the speed of HD 785 by 3 km/hour, both during load and empty travel, resulting in an increase in HD 785 productivity by 26% from the initial 43,821.63 bcm/month to 55,375.62 bcm/month.
Studi Kinerja Alat Thickener pada Hasil Pencucian Bijih Bauksit Skala Laboratorium (Aplikasi Rancangan Alat) Asof, Marwan; Pebrianto, Rosihan; Fauzan, Ahmad
Geosapta Vol 9, No 2 (2023): JULI 2023
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jg.v9i2.15780

Abstract

Bauksit adalah material pertambangan yang terdiri dari satu atau beberapa mineral aluminium oksida yang terhidrasi, berkomposisi zat-zat pencemar seperti oksida besi, silika, dan titanium. Mineral pembentuknya bisa berupa gibbsite Al(OH)3, boehmite AlO(OH), atau diaspore AlO2H. Dalam upaya menghasilkan bijih bauksit, diperlukan proses penambangan dan pengolahan hingga diperoleh feed dengan kadar 46,57%. Oleh karena itu, diperlukan langkah-langkah pengolahan tambahan untuk meningkatkan kadar Al2O3 agar layak secara ekonomi. Dalam penelitian ini, untuk meningkatkan kadar Al2O3 pada bijih bauksit, digunakan alat thickener dengan air sebagai medium pemisahnya. Penggunaan alat ini bertujuan untuk meningkatkan kadar bijih bauksit agar sesuai dengan standar smelter. Riset ini melibatkan analisis menaikkan kualitas bijih bauksit melalui pengolahan dengan variasi pada debit air, sudut kemiringan, dan kecepatan dari putaran kipas. Debit yang dimanfaatkan adalah 0,048 L/s, 0,2 L/s, dan 0,25 L/s. Sudut kemiringan yang digunakan berkisar antara 35° hingga 75°, dan kecepatan putaran kipas adalah 32 rpm dan 43 rpm. Hasil riset menunjukkan bahwa sembilan percobaan yang berhasil meningkatkan kadar Al2O3 hingga sesuai dengan level industri smelter menggunakan alat thickener. Kadar Al2O3 tertinggi tercapai pada percobaan dengan debit air sebesar 0,2 L/s dan sudut kemiringan kipas sebesar 75°. Pada keadaan  tersebut, didapatkan konsentrat Al2O3 senilai 62,14% dengan recovery senilai 83,66%.
Comparison Effect of Pyrolysis of Eucalyptus Pellita Bark and Empty Fruit Bunches of Oil Palm to Bio-Oil Asof, Marwan; Arita, Susila; Andalia, Winny
Jurnal Rekayasa Kimia & Lingkungan Vol 18, No 2 (2023): Jurnal Rekayasa Kimia & Lingkungan (December, 2023 )
Publisher : Chemical Engineering Department, Syiah Kuala University, Banda Aceh, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23955/rkl.v18i2.32247

Abstract

The use of eucalyptus pelitta (EP) biomass waste and empty fruit bunch of oil palm(EFB) as raw materials for bio-oil is expected to overcome the existing solid waste problems, reduce pollution due to air pollution, and can produce gas and bio-oil which have potential. as new and renewable energy. This study aims to determine the effect of the type of raw material and temperature regulation on the results of pyrolysis products and the characteristics of the resulting bio-oil. The set temperatures used were 300C, 350C, 400C, 450C, and 500C with the raw materials being Eucalyptus pellita (EP) bark biomass and empty fruit bunches of oil palm (EFB). Pyrolysis that occurs with the equipment configuration used a heating rate of 7-14C/minute, where the main reaction of pyrolysis occurs at a temperature of 150C to 270C so that the set temperature does not have a large effect on the yield or characteristics of bio-oil. EP pyrolysis produced an average bio-oil yield of 41.64%, while EFB pyrolysis produced an average bio-oil yield of 46.72%. Bio-oil produced by pyrolysis of EP has a characteristic average value for density of 1.062362 gr/mL, viscosity of 2.1749 cP, and pH 2-3. Meanwhile, bio-oil produced by pyrolysis of EFB has a characteristic average value for density of 1.043146 gr/mL, viscosity of 1.3582 cP, and pH 3-4. EP bio-oil has a composition of C7-C10 carbon, while EFB bio-oil has a composition of C6-C19 carbon.