Inggit Puji Astuti
Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor, LIPI Jl. Ir. H. Juanda 13, Bogor 16003

Published : 18 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 18 Documents
Search

Catatan Baru Persebaran Pinang Gajah (Nenga gajah J. Dransf.) (Short Communication) Witono, Joko R.; Sutrisno, Sutrisno; Astuti, Inggit Puji
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 9, No 3 (2004): October 2004
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (161.807 KB) | DOI: 10.24002/biota.v9i3.2917

Abstract

Sumatra merupakan salah satu pulau besar di kawasan Malesia Barat yang memiliki keanekaragaman palem yang tinggi. Menurut Uhl & Dransfield (1987), di Sumatra terdapat 26 marga palem, salah satu diantaranya adalah Nenga. Nenga terdiri atas 5 jenis, yaitu Nenga gajah, N. pumila, N. banaensis, N. macrocarpa, dan N. grandiflora (Fernando, 1983). Kelima jenis tersebut tumbuh pada daerah hutan hujan tropika pada ketinggian antara 0-1.400 m dpl. Daerah persebarannya di Asia Tenggara mulai Thailand, Semenanjung Malaya, Sumatra, Jawa, dan Kalimantan. Satu-satunya jenis Nenga yang dinyatakan sebagai jenis endemik, sekaligus langka adalah Nenga gajah (WCMC, 1996) karena populasinya yang sangat rendah dan terancam oleh aktivitas perladangan liar dan perluasan kebun kopi rakyat.
RAFFLESIA HASSELTII SURINGAR (RAFFLESIACEAE): A NEW RECORD TO KALIMANTAN, INDONESIA Sari, Rismita; Huda, Miftahul; Susandarini, Ratna; Astuti, Inggit Puji
REINWARDTIA Vol 18, No 2 (2019): Vol.18 No.2
Publisher : Research Center for Biology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14203/reinwardtia.v18i2.3716

Abstract

SARI, R., HUDA, M., SUSANDARINI, R. & ASTUTI, I. P. 2019. Rafflesia hasseltii Suringar (Rafflesiaceae): A new record to Kalimantan, Indonesia. Reinwardtia 18(2): 65?70. ?? Rafflesia hasseltii Suringar flower has been observed for the first time in Sambas District, West Kalimantan by the Flora Fauna Research Team during the Khatulistiwa Expedition organized by Special Forces Command of Indonesian Army in 2012. This finding is the first record of Rafflesia hasseltii in Kalimantan following the previous record in Sarawak. The flower has 5?6 perigone lobes. This paper presents the detail characteristic of the flowers. 
CITRUS HYSTRIX DC DARI JAWA TENGAH DAN SUMBA TIMUR KOLEKSI KEBUN RAYA BOGOR Astuti, Inggit Puji; Ajiningrum, P. S.
JURNAL BIOLOGI INDONESIA Vol 15, No 2 (2019): JURNAL BIOLOGI INDONESIA
Publisher : Perhimpunan Biologi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14203/jbi.v15i2.3813

Abstract

ABSTRACTBoth Citrus macroptera Montrouz. and Citrus micrantha Wester were cited as different species from C. hystrix by several authors. Morphological characters that can be used to differentiate those species are leaf shape and fruit. C. hystrix is cultivated at Bogor Botanic Gardens originated from Central Java Province and East Sumba Island, East Nusa Tenggara Province. In previous study, C. hystrix, both from Central Java and East Nusa Tenggara, did not produce flowers as well fruit yet. The only useful characters for differentiation of the species were leaf morphology and its  thorns. Therefore, further study is needed. The research was carried out from January 2013 to December 2018 at Bogor Botanic Gardens and the Anatomy and Cytology Laboratory, Botany Department, Research Center of Biology LIPI. Flower and fruit morphology have been observed on C. hystrix originated from both Central Java and East Nusa Tenggara as well as from other localities which is commonly used. To support this reasearch then leaf and petiole anatomy have been done. The result showed that morphological characters of leaf shape and fruit of C. hystrix where originated from Central Java, differed from  C. hystrix originated from East Nusa Tenggara and those are commonly used by local people. However, based on leaf and petiole anatomy observations of all specimens used on this research are quantitavely similar, so that these results are not supported the morphological characters observation. Therefore, it is assumed that both C. hystrix, originated from Central Java and East Nusa Tenggara, as variety of  C. hystrix that commonly used by local people.
CITRUS HYSTRIX DC DARI JAWA TENGAH DAN SUMBA TIMUR KOLEKSI KEBUN RAYA BOGOR Astuti, Inggit Puji; Ajiningrum, P. S.
JURNAL BIOLOGI INDONESIA Vol 15, No 2 (2019): JURNAL BIOLOGI INDONESIA
Publisher : Perhimpunan Biologi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14203/jbi.v15i2.3813

Abstract

ABSTRACTBoth Citrus macroptera Montrouz. and Citrus micrantha Wester were cited as different species from C. hystrix by several authors. Morphological characters that can be used to differentiate those species are leaf shape and fruit. C. hystrix is cultivated at Bogor Botanic Gardens originated from Central Java Province and East Sumba Island, East Nusa Tenggara Province. In previous study, C. hystrix, both from Central Java and East Nusa Tenggara, did not produce flowers as well fruit yet. The only useful characters for differentiation of the species were leaf morphology and its  thorns. Therefore, further study is needed. The research was carried out from January 2013 to December 2018 at Bogor Botanic Gardens and the Anatomy and Cytology Laboratory, Botany Department, Research Center of Biology LIPI. Flower and fruit morphology have been observed on C. hystrix originated from both Central Java and East Nusa Tenggara as well as from other localities which is commonly used. To support this reasearch then leaf and petiole anatomy have been done. The result showed that morphological characters of leaf shape and fruit of C. hystrix where originated from Central Java, differed from  C. hystrix originated from East Nusa Tenggara and those are commonly used by local people. However, based on leaf and petiole anatomy observations of all specimens used on this research are quantitavely similar, so that these results are not supported the morphological characters observation. Therefore, it is assumed that both C. hystrix, originated from Central Java and East Nusa Tenggara, as variety of  C. hystrix that commonly used by local people.
SARCOTHECA CELEBICA VELDKAMP: PERSEBARANNYA DI SULAWESI, STATUS KONSERVASI DAN KELANGKAAN Astuti, Inggit Puji; Sari, Rismita; Susandarini, Ratna; Zuhro, Fatimatuz
JURNAL BIOLOGI INDONESIA Vol 14, No 1 (2018): JURNAL BIOLOGI INDONESIA
Publisher : Perhimpunan Biologi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14203/jbi.v14i1.3672

Abstract

TULISAN PENDEKSarcotheca celebica Veldkamp: Persebarannya di Sulawesi,Status Konservasi dan Kelangkaan
REDISCOVERED OF GNETUM GNEMON VAR. TENERUM MARKGR. IN KALIMANTAN Astuti, Inggit Puji; Mar'atus, Saniyatun; Witono, Joko Ridho
JURNAL BIOLOGI INDONESIA Vol 12, No 2 (2016): JURNAL BIOLOGI INDONESIA
Publisher : Perhimpunan Biologi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14203/jbi.v12i2.2900

Abstract

SHORT COMMUNICATIONRediscovered of Gnetum gnemon var. tenerum Markgr. in Kalimantan
KONDISI DAN STRATEGI KONSERVASI TUMBUHAN SUMATERA SELATAN DI KEBUN RAYA SRIWIJAYA, SUMATERA SELATAN Witono, Joko Ridho; Astuti, Inggit Puji; Zulkarnaen, Zulkarnaen
Jurnal Integritas Serasan Sekundang Vol 2 No 1 (2020): Jurnal Integritas Serasan Sekundang
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah KabupatenMuara Enim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.64987/jiss.v2i1.1

Abstract

Upaya konservasi yang dilakukan oleh Pemerintah Republik Indonesia melalui penetapan kawasan konservasi in situ dan pembangunan kawasan konservasi ex situ perlu ditingkatkan untuk mencegah berkurangnya/ punahnya tumbuhan sebelum diketahui manfaatnya. Kebun raya merupakan salah satu bentuk konservasi tumbuhan ex situ yang telah mendunia, sehingga perlu memiliki strategi yang tepat dalam pelaksanaannya agar berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kegiatan yang telah dilakukan dan merumuskan strategi yang harus dilakukan oleh Kebun Raya Sriwijaya dalam rangka konservasi tumbuhan lahan basah dan tumbuhan obat Sumatera. Dalam pelaksanaannya, penelitian menggunakan data primer dan sekunder yang dianalisis secara deskriptif mencakup sejarah, pembangunan infrastruktur, pengkayaan koleksi tumbuhan dan strategi pengelolaan Kebun Raya Sriwijaya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengelolaan Kebun Raya Sriwijaya sudah berjalan cukup baik, namun perlu dioptimalkan secara berkelanjutan melalui strategi penguatan komitmen Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan, penguatan fungsi pendidikan bagi pengunjung dan masyarakat di sekitar kebun, peningkatan kapasitas dan kompetensi SDM pengelola, penanaman koleksi tumbuhan dan tumbuhan estetika, peningkatan kualitas koleksi tumbuhan, pelibatan aktif masyarakat yang tinggal di sekitar kebun, fokus pada tema koleksi tumbuhan, terlibat secara aktif dalam pencapaian target GSPC, menjalin kerja sama yang lebih intensif dengan kebun raya lain, perguruan tinggi dan lembaga penelitian, serta menjalin komunikasi dan kerja sama yang lebih intensif dengan LIPI sebagai pembina dan pengawas teknis pembangunan Kebun Raya Sriwijaya.
Catatan Musim Berbunga, Berbuah dan Perkecambahan Biji Rouvolfia serpentina (L.) Benth Astuti, Inggit Puji
Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek) 2020: Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (737.609 KB)

Abstract

Rouvolfia serpentina atau nama lokalnya pule pandak, adalah tumbuhan herba yang berasal dari Asia Selatan yang kemudian tersebar di kawasan Asia Tenggara. Jenis ini merupakan anggota Suku Apocynaceae dengan status konservasinya (IUCN) masuk dalam golongan terancam (vurnareble). Namun demikian, dalam atauran tatacara dunia perdagangan (CITES)R.serpentina hanya tergolong Appendix II yang artinya kondisinya di alam tidak tergolong terancam kepunahan. Masyarakat memanfaat R.serpentina sebagai bahan baku tanaman obat yang dimanfaatkan sebagai obat antidiare, antikanker, antidisentri, depresan sistem syaraf pusat, dan untuk obat gigitan reptil yang beracun. Di alam R.serpentina tumbuh meliar, upaya pembudidayaannya masih terbatas, mengingat secara konvensional R.serpentina diperbanyak hanya dengan biji dan stek batangnya dimana prosentase keberhasilan tumbuhnya sangat rendah. Musim berbunga dan berbuah R.serpentina berlangsung sepanjang tahun, dengan puncak musim berbunga pada bulan Juni sampai Agustus. Bunga berbentuk terompet, putih –merah jambu, kelompak berwarna merah.Sedangkan puncak musim berbuah pada bulan September sampai Oktober. Buah masak pada akhir bulan Oktober sampai awal bulan Desember. Buah tunggal – dua bergandengan, bulat, hijau saat muda dan menjadi hitam keunguan saat masak,berisi 1biji. Biji, membulat, coklat. Perkecambahan biji tanpa perlakuan yang ditanaman pada media pasir memerlukan waktu 1 - 2 bulan untuk berkecambah dengan prosentase perkecambahan rendah. Biji yang diperlakukan dengan perendaman selama 1 jam dalam larutan campuran air cucian beras dan kulit bawang yang telah dimasak, menunjukkan hasil perkecambahan yang lebih baik dan waktunya lebih cepat sekitar 15 hari.