Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Factors associated with minimum dietary diversity among 6-11-month-old children in Indonesia: Analysis of the 2017 Indonesian Demographic and Health Survey Zebadia, Eurika; Atmaka, Dominikus Raditya
Public Health and Preventive Medicine Archive Vol. 9 No. 2 (2021)
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (729.51 KB) | DOI: 10.53638/phpma.2021.v9.i2.p09

Abstract

Background and purpose: The indicators to assess food diversity in complementary feeding is minimum dietary diversity (MDD). In 2017, the proportion of MDD among 6-11-month-old children in Indonesia was 33.8%, which was the lowest among other age group and below the national rate. This study aims to explore factors associated with MDD among 6-11-month-old children in Indonesia. Methods: This study was a secondary data analysis of the 2017 Indonesia Demographic and Health Survey (IDHS), a crosssectional study involving 17,848 children across all provinces in Indonesia. The final samples included in this analysis were 1,593 children aged 6-11-month-old. Variables analyzed were parent’s education level, access to information, parent’s occupation, wealth index, and access to health facilities. Logistic regression model was applied to identify factors associated with MDD. Results: The proportion of MDD in this study was 35.1%. The highest food groups that were consumed were staple food, vitamin-A rich fruits and vegetables, and breastmilk. The final model showed factors which correlated significantly with complementary feeding practices that met MDD requirement were wealth index categorized as richer (OR=1.72; 95%CI: 1.16-2.55; p=0.007), wealth index categorized as richest (OR=2.42; 95%CI: 1.58-3.68; p<0.001) and using internet almost every day (OR=1.42; 95%CI: 1.05-1.91; p=0.023). Conclusion: Wealth index and internet use were independently associated with MDD. Online media should be considered as channel to spread information of complementary feeding diversity to children, while socio-economic factor which associated to food accessibility should be addressed by involving beyond health sector.
HUBUNGAN INDEKS KEKAYAAN DENGAN MINIMUM ACCEPTABLE DIET (MAD) PADA ANAK USIA 6-11 BULAN BERDASARKAN DATA SURVEI DEMOGRAFI DAN KESEHATAN INDONESIA TAHUN 2017 Zebadia, Eurika; Sajida, Jasmine Hanida; Mahmudiono, Trias
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 5 No. 2 (2024): JUNI 2024
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v5i2.29073

Abstract

Prevalensi anak yang mengalami wasting dan stunting secara global pada tahun 2020 sebesar 6,9% dan 21,3%. Daya beli makanan yang bervariasi berkaitan dengan tingkat kekayaan. Salah satu indikator dalam mengukur praktik pemberian MP-ASI pada anak adalah Minimum Acceptable Diet (MAD). Indikator ini digunakan untuk mengukur keragaman pangan serta frekuensi MP-ASI. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan indeks kekayaan dengan Minimum Acceptable Diet (MAD) pada balita berusia 6-11 bulan di Indonesia berdasarkan analisis data SDKI 2017. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan menggunakan analisis data sekunder dari data SDKI 2017 di 34 provinsi di Indonesia. Data mikro SDKI 2017 tersedia secara publik dan diakses melalui domain public DHS Programme. Sub-populasi yang diteliti pada penelitian ini adalah anak berusia 6-11 bulan di Indonesia dengan jumlah sampel sebanyak 1.381 anak. Metode analisis yang digunakan pada pengukuran wealth index dan MAD ini adalah analisis deksriptif dan inferansial. Analisi inferansial yang dilakukan adalah uji chi-square dan regresi logistik. Hasil penelitian menunjukan bahwa prevalensi MAD sebesar 28,3% dari 1.381 anak. Faktor indeks kekayaan mempengaruhi MAD, dengan kategori wealth index kaya (p=0,012; OR=1,892) dan terkaya (p=<0,001; OR=2,911). Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan antara Indeks kekayaan dengan MAD pada anak usia 6-11 bulan di Indonesia. Oleh sebab itu perlu dilakukan peningkatan distribusi dan pengobtrolan harga untuk meningkatkan MAD.