Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Jurnal Teknik Sipil

Split Ring Connection of Coconut and Bangkirai Lumber Awaludin, Ali
Jurnal Teknik Sipil Vol 10, No 2 (2003)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (101.202 KB)

Abstract

Abstrak. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan mengenai kuat tarik sambungan komposit Glugu-Bangkirai yang dilakukan oleh Awaludin & Triwiyono (2003). Hal baru yang dilakukan pada penelitian ini adalah penggunaan cincin belah sebagai alat sambung, sedangkan pada penelitian sebelumnya (Awaludin & Triwiyono, 2003), alat sambung yang digunakan adalah dua baut 15.6 mm (5/8 inchi). Selain kuat tarik sambungan hasil pengujian, kuat tarik sambungan juga dianalisis dengan persamaan dari Euro Code 5 dan Awaludin & Triwiyono (2002). Diameter dan panjang cicin belah yang dipergunakan berturut-turut adalah 40 mm dan 30 mm, sedangkan diameter baut pengaku adalah 12.5 mm (½ inchi). Pada setiap sambungan terdapat dua cincin belah sebagai alat sambungnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, kuat tarik sambungan dengan alat sambung cincin belah lebih tinggi 30% dari pada kuat tarik sambungan dengan alat sambung baut. Sesaran pada sambungan dengan alat sambung cincin belah lebih kecil yaitu 67% dari pada sesaran sambungan dengan alat sambung baut. Kuat tarik ultimit sambungan hasil pengujian tersebar disekitar kuat tarik ultimit dari Euro Code 5 dan Awaludin & Triwiyono(2002).Abstract. This research was a further research on tensile load of three-member connection of Coconut and Bangkirai lumber (Awaludin & Triwiyono, 2003). The new thing done in this experiment is the use of split ring as the connector of the connection. In the previous research (Awaludin & Triwiyono, 2003), two bolts of 15.6 mm were used as the connectors in each connection. Besides the result from experiment, the ultimate tensile load of split ring connection was also analyzed with equations from Euro Code 5 and Awaludin & Triwiyono (2002). The dimension of split-ring connector was 40 mm in diameter, 30 mm in length, and bolt of 12.5 mm was used to tight the connection. Two split ring connectors were placed in every connection. The result shows that the ultimate tensile load of split-ring connection was thirty percent higher than the bolted connection. The displacement of split ring connection was only 67% of the displacement of bolted connection. The ultimate tensile load of experiment was scattered closely to the result of Euro Code 5 and Awaludin & Triwiyono (2002).
Safety Factor of Timber Bolted-Connection Designed with SNI-5 (2002) Awaludin, Ali
Jurnal Teknik Sipil Vol 12, No 2 (2005)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (83.443 KB)

Abstract

Abstract. This paper study the safety factor of timber connection designed with PKKI NI-5 (2002). Johansen yield model is used to evaluate the nominal design value of single bolted connection. Double-shear bolted connection, with the side members and the main member from wood, is chosen for this study. A comparison study of safety factor between SNI-5 (2002) and NDS for timber construction of U.S (1997) is also conducted. Finally, the safety factor is analyzed for both directions parallel and perpendicular to wood grain of four possible yield modes. From the study, both SNI-5 (2002) and NDS (1997) use higher safety factor for bolted connection sustaining load perpendicular to grain than that sustaining load parallel to grain. Smaller safety factor is used in bothcodes when the plastic hinge of bolt is created such as the yield modes IIIs and IV. However, in this case, the safety factor of NDS is significantly much higher than that of SNI-5 (2002).Abstrak. Analisis angka aman sambungan baut yang dirancang dengan SNI-5 (2002) dibahas pada tulisan ini. Tahanan lateral sambungan baut dianalisis berdasarkan teori model kelelehan yang diusulkan oleh Johansen (1949). Sambungan baut dua irisan dipilih sebagai contoh kasus. Analisis angka aman sambungan yang dirancang dengan SNI-5 (2002) juga dibandingkan dengan angka aman pada peraturan NDS (1997). Selain itu, analisis angka aman juga diteliti untuk sudut gaya sejajar dan tegak lurus serat, serta berdasarkan pada moda kelelehan sambungan. Berdasarkan hasil analisis, baik SNI-5 (2002) dan NDS (1997) menggunakan angka aman yang lebih besar pada sambungan dengan arah gaya tegak lurus terhadap serat kayu dari pada angka aman pada sambungan dengan arah gaya sejajar serat kayu. Angka aman yang lebih kecil digunakan pada kedua peraturan di atas apabila bentuk kelelehan sambungan disebabkan oleh terbentuknya sendi plastis pada baut (moda kelelehan IIIs dan IV). Walaupun demikian, secara umum angka aman yang digunakan oleh SNI-5 (2002) jauh lebih kecil dari pada angka aman yang dipergunakan oleh NDS (1997).