Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

BASA-BASI DALAM PERCAKAPAN KOLOKIAL BERBAHASA JAWA SEBAGAI PENANDA KARAKTER SANTUN BERBAHASA Rangga Asmara
TRANSFORMATIKA Vol 11, No 2 (2015): TRANSFORMATIKA
Publisher : Universitas Tidar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (670.536 KB) | DOI: 10.31002/transformatika.v11i2.215

Abstract

AbstractThe phatic communion is the standardized ritual repertoire in Indonesia culture, particularly in Javanese socioculture. The speech is a form of clichés which can be spoken by any Javanese speakers to the situation to start a conversation. The purposes of this research are to identify (1) the markers of phatic communion in colloquial Javanese language, (2) the types of phatic communion in colloquial Javanese language, (3) communicative functions of phatic communion (metalinguitics politeness) as the politeness markers in spoken language. In this study, I used pragmatic approach by analysing the language functions in which they are expressed in the form of speech acts. The data were colloquial Javanese language which had phatic communion. The subject of the study were standard Javanese speakers, Banyumas Javanese speakers, and East Java Javanese speakers. The data were collected by recording technique and note-taking technique. The data were analyzed by using Creswell’s steps. In this study, there were six categories of the phatic communion in colloquial Javanese language. They were congratulation, hope, humiliation, invitation, prohibition, and farewell. In their construction, the speakers used the phatic marker as the modifier and the markers of speech purposes. Thus, this form of communication showed the characters of polite language.Kata kunci: basa-basi, penanda fatis, bahasa Jawa, santun berbahasa
Rekonstruksi Pembelajaran Menulis Berbasis Wacana Gender dengan Pendekatan Persidangan Rangga Asmara
TRANSFORMATIKA Vol 1, No 1 (2017): TRANSFORMATIKA
Publisher : Universitas Tidar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (436.476 KB) | DOI: 10.31002/transformatika.v1i1.248

Abstract

Teaching writing based on gender discourse is designed to make the creative writing process is free from discriminating, strereotyping, and marginalizing aspects, which later has negative effects for particular gender. In reality, this process focuses on the teachers’ effort in reconstructing teaching writing based on the conferencing approach. This approach is based on the guided writing process between peers and between students and teachers. This creative writing process is interfered by gender discourse. In this class, the system is affected by characters and shaped by the writer’s character in giving his/her perspectives about male-female roles so there will be no marginalized, discriminated, and labelled groups. This study uses quasi experimental research design. This study aims at finding out the model teaching writing which based on gender discourse and conferencing approach. The procedure of this studi is based on the R2D2 model which has three steps: (1) defining, (2) planning and developing, (3) and disseminating. The data of this study cover qualitative and quantitative data. The qualitative data are analyzed by using domain analysis technique with critical and reflective principles, while the quantitative data are analyzed by statistic analysis techniques with t-test. This study results teaching writing model which based on gender discourse and conferencing approach, such as (1) syllabus, (2) lesson plan, (3) learning materials/text book, (4) evaluation instruments, (5) teaching writing guide. This covers model teaching writing for (a) exposition text, (b) narrative text, and argumentative text. Based on the data analysis, the three models of teaching writing are effective and improve the PBSI (Department of Indonesian Education and Literature) Students’ writing skills at Tidar University.Keywords: conferencing approach, teaching writing, writing model
Eksplorasi Fungsi dan Nilai Kearifan Lokal Dalam Tindak Tutur Melarang di Kalangan Penutur Bahasa Jawa Dialek Standar FX Samingin; Rangga Asmara
TRANSFORMATIKA Vol 12, No 1 (2016): TRANSFORMATIKA
Publisher : Universitas Tidar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (641.766 KB) | DOI: 10.31002/transformatika.v12i1.198

Abstract

This research aimed at (1) identifying the realization of prohibition utterances and (2) exploring the local wisdom functions and values in the form of prohibiting utterances. In this research, I used pragmatic approach. The data used in this research were prohibition utterances consisting local wisdom values done by standard Javanese dialect speaker (2) and the reseponses to the functions and meaning of the utterances. The subject of the study were  Javanese speakers in Solo, Yogyakarta, and Magelang. The instruments were (1) the observation manual and interview manual. The spoken utterances were collected by metode simak dan metode cakap as well as teknik dasar sadap, pancing, dan teknik lanjutan simak libat cakap, teknik rekam, dan teknik catat. In analysing the data, I used metode padan dan metode agih. Thus, the realisation of prohibition utterances was found in the two forms including prohibition utterances with its consequences and prohibition utterances with non consequences. In constructing utterances, the Javanese speakers use phatic marker such as oalah, eh, loh, wah, hus to limit and affirm the meaning of the utterances. The realization of the Javanese prohibition utterances were delivered in ngoko form. This is because its functions as advices from elderly to young people. The speech acts uttered by Javanese were (1) as a form of local wisdom of the speakers and (2) as the form of preserving Javanese language and culture. Keywords: Prohibition utterances, language function, local wisdom value, Javanese language
APOSISI DALAM KALIMAT PADA ARTIKEL LAPORAN UTAMA MAJALAH TEMPO DAN IMPLEMENTASINYA SEBAGAI MATERI AJARKEBAHASAAN TEKS ARTIKEL DI SMA Bondan Prakoso; Mursia Ekawati; Rangga Asmara
Repetisi: Riset Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol 2, No 1 (2019): REPETISI Volume 2 Nomor 1
Publisher : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Tidar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh belum lengkapnya bahasan aposisi dalam materi ajar buku teks bahasa Indonesia di SMA kelas XII dan bervaratifnya penggunaan aposisi dalam kalimat pada artikel laporan utama majalah Tempo. Tujuan penelitian ini ialah mendeskripsikan aposisi yang terdapat dalam kalimat pada artikel laporan utama majalah Tempo dan menghasilkan materi ajar kebahasaan teks artikel yang berupa aposisi untuk SMA kelas XII. Dalam penelitian ini, digunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Data bersumber dari artikel laporan utama majalah Tempo versi digital dari edisi 5 Januari sampai 29 Juni 2019. Objek penelitian ini berupa aposisi. Data penelitian berupa kalimat yang termasuk ke dalam jenis aposisi. Data disediakan dengan metode simak dengan teknik pustaka dan teknik catat. Metode analisis data yang digunakan, yaitu metode agih dengan teknik bagi unsur langsung (BUL) sebagai teknik dasar dan teknik lesap sebagai teknik lanjutan. Berdasarkan analisis dan pembahasan, didapatkan hasil penelitian. Pertama, dalam kalimat pada artikel laporan utama majalah Tempo edisi 5 Januari-29 Juni 2019, ditemukan enam jenis aposisi. Enam jenis aposisi dalam kalimat yang ditemukan diperinci: (1) aposisi penuh, (2) aposisi sebagian, (3) aposisi sejajar, (4) aposisi bertingkat, (5) aposisi mewatasi, dan (6) aposisi takmewatasi. Kedua, hasil penelitian yang berupa aposisi dalam kalimat pada artikel laporan utama majalah Tempo dapat diimplementasikan sebagai materi ajar kebahasaan teks artikel pada KD 3.11 menganalisis kebahasaan artikel dan/atau buku ilmiah di SMA kelas XII.Kata Kunci: aposisi, laporan utama, majalah Tempo, teks artikel, materi ajar
PENDEKATAN MIKROSTRUKTURAL DAN MAKROSTRUKTURAL PADA ALBUM LAGU “BEST OF THE BEST” KARYA EBIET G. ADE SEBAGAI BAHAN AJAR DI SMA Khamimah Khamimah; Fransiscus Xaverius Samingin; Rangga Asmara
Repetisi: Riset Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol 1, No 2 (2018): REPETISI Volume 1 Nomor 2
Publisher : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Tidar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan wujud kohesi gramatikal dan leksikal, konteks situasi dan sosial budaya, serta bentuk bahan ajar kohesi gramatikal dan leksikal pada album lagu “Best of the Best” karya Ebiet G. Ade. Metode pengumpulan data yang digunakan menggunakan metode simak dan teknik catat. Adapun metode analisis data yang digunakan menggunakan metode agih dan padan, serta teknik BUL (Bagi Unsur Langsung). Berdasarkan penelitian ini menunjukkan bahwa analisis mikrostruktural terdapat pengacuan, penyulihan, pelesapan, perangkaian, pengulangan, padan kata, lawan kata, sanding kata, dan kesepadanan. Adapun analisis makrostruktural pada album tersebut mengandung konteks situasi dan sosial budaya sebagai berikut: (1) Lirik lagu Untuk Kita Renungkan diciptakan oleh Ebiet dengan latar belakang terjadinya bencana berupa meletusnya gunung Galunggung di Tasikmalaya pada tahun 1982; (2) Lirik lagu Kupu-Kupu Kertas diciptakan oleh Ebiet dengan latar belakang adanya lokalisasi di daerah Kramat Tunggak yang mencapai puncak kejayaan dan menjadi lokalisasi terbesar se-Asia Tenggara; (3) Lirik lagu Masih Ada Waktu diciptakan oleh Ebiet dengan latar belakang terjadinya kecelakaan Kereta Api di Bintaro tahun 1987 yang merenggut banyak korban Jiwa; (4) Lirik lagu Elegi Esok Pagi diciptakan oleh Ebiet dengan latar belakang pengalaman masa mudanya dulu yang mencintai seorang gadis; dan (5) Lirik lagu Nyanyian Rindu diciptakan oleh Ebiet dengan latar belakang kerinduan terhadap puteri kecilnya ketika Ebiet berada di pulau Bali dan jauh dari putrinya. Hasil analisis kohesi gramatikal dan leksikal digunakan sebagai bahan ajar kebahasaan di kelas XII SMA sesuai dengan Kurikulum 2013 Kompetensi Dasar (KD) 3.4 Menganalisis kebahasaan cerita atau novel sejarah, dan KD 4.4. Menulis cerita sejarah pribadi dengan memerhatikan kebahasaan.Kata Kunci: Lirik Lagu, Kohesi, Konteks Situasi dan Sosial Budaya
PENANDA DAN FUNGSI UJARAN SARKASME DALAM NOVEL CANTIK ITU LUKA KARYA EKA KURNIAWAN SERTA PEMBELAJARANNYA DALAM TEKS CERAMAH DI SMA Siti Ngiyatul Lailiyah; Mursia Ekawati; Rangga Asmara
Repetisi: Riset Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol 2, No 2 (2019): REPETISI VOLUME 2 NOMOR 2
Publisher : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Tidar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan penelitian ini untuk (1) menghasilkan deskripsi penanda, fungsi, dan makna ujaran sarkasme para tokoh dalam novel Cantik Itu Luka karya Eka Kurniawan, dan (2) mengimplementasikan pembelajaran teks ceramah kelas XI SMA yang dikembangkan dari penanda, fungsi, dan makna ujaran sarkasme dalam novel Cantik Itu Luka karya Eka Kurniawan. Metode penyediaan data yang digunakan adalah metode observasi, teknik simak catat. Metode dan teknik analisis data menggunakan metode padan referensial, dengan teknik dasar Pilah Unsur Penentu (PUP), serta teknik lanjutan HBSP yakni teknik hubung banding dengan menyamakan hal pokok. Analisis data menunjukkan bahwa penanda yang paling banyak muncul dalam novel Cantik Itu Luka adalah penanda kontradiksi sentimental, yakni berjumlah 50 data dengan persentase 69,4%. Ujaran sarkasme kategori penanda hiperbola berjumlah 22 dengan persantese 30,6%. Ujaran sarkasme dalam novel ini didominasi oleh tuturan dialog, dan hanya ditemukan satu data yang terdapat pada tuturan monolog. Fungsi komunikasi ujaran sarkasme kategori penanda kontradiksi sentimental meliputi fungsi mengkritik, mengeluh, sentimen pribadi, menghina, jengkel, dan mengingatkan. Perbedaannya dengan sarkasme kategori penanda hiperbola dalam penelitian ini yaitu tidak ditemukan fungsi komunikasi mengeluh. Hasil penelitian ini dapat diterapkan dalam pembelajaran teks ceramah kelas XI pada KD 3.6 menganalisis isi, struktur, dan kebahasaan dalam ceramah dan KD 4.6 mengkonstruksi ceramah tentang permasalahan aktual dengan memperhatikan aspek kebahasaan dan menggunakan struktur yang tepat.Kata kunci: ujaran  sarkasme, Cantik Itu Luka, Eka Kurniawan, dan teks ceramah
KOMPOSITUM PADA NAMA-NAMA MINUMAN TRADISIONAL DAN PENGEMBANGANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR TEKS LAPORAN HASIL OBSERVASI DI SMA Destiana Rizqi Fauzia; Fransiscus Xaverius Samingin; Rangga Asmara
Repetisi: Riset Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol 1, No 2 (2018): REPETISI Volume 1 Nomor 2
Publisher : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Tidar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan penelitian ini yaitu mendeskripsi tipe-tipe kompositum subordinatif substantif pada nama-nama minuman tradisional dan menghasilkan pengembangan bahan ajar melalui kompositum subordinatif substantif pada nama-nama minuman tradisonal. Objek dalam penelitian ini berupa nama-nama minuman tradisional. Penyediaan data menggunakan metode simak (observasi) dan cakap (wawancara). Analisis data menggunakan metode dari Sudaryanto yaitu agih dan teknik Bagi Unsur Langsung (BUL). Penyajian hasil analisis dengan metode deskriptif formal dan informal. Hasil penelitian menunjukkan ada beberapa tipe-tipe kompositum subordinatif substantif yang baru sebanyak tiga belas tipe. Pada nama-nama minuman tradisional didominasi oleh tipe leksem a nama tempat leksem b sebanyak 10 nama dan leksem a sasaran perbuatan leksem b sebanyak 5 nama. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan ajar di SMA berkaitan dengan teks laporan hasil observasi. Hal tersebut sesuai dengan silabus Kurikulum 2013 KD 3.2 menganalisis isi dan aspek kebahasaan dari minimal dua teks laporan hasil observasi dan KD 4.2 mengonstruksi teks laporan dengan memerhatikan isi dan aspek kebahasaan baik lisan maupun tulis. Tipe-tipe kompositum pada nama-nama minuman tradisional dapat digunakan sebagai bahan ajar saat pembelajaran materi teks laporan hasil observasi.Kata Kunci: kompositum, nama-nama minuman tradisional, leksem, bahan ajar, teks laporan hasil observasi.
PERBANDINGAN AMANAT PUISI PERAHU KERTAS KARYA SAPARDI DJOKO DAMONO DENGAN NOVEL PERAHU KERTAS KARYA DEWI LESTARI Ulfa Fakhiyatul Ailia; Yulia Esti Katrini; Rangga Asmara
Repetisi: Riset Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol 1, No 1 (2018): REPETISI
Publisher : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Tidar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya dua karya sastra (novel dan puisi) yang mempunyai judul sama yaitu puisi Perahu Kertas karya Spardi Djoko Damono dengan novel Perahu Kertas karya Dewi Lestari. Kedua karya sastra tersebut mempunyai persamaan dan perbedaan amanat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh rincian perbandingan amanat puisi Perahu Kertas karya Sapardi Djoko Damono dan novel Perahu Kertas karya Dewi Lestari. Pengambilan data penelitian ini dilakukan dengan metode simak. Tekniknya yaitu teknik kutip catat. Analisisnya menggunakan teknik analisis dan interpretasi data. Dari penelitian ini dapat diperoleh simpulan mengenai persamaan dan perbedaan dalam amanatnya. Terdapat 11 persamaan amanat, sedangkan perbedaannya terdapat 15 perbedaan amanat. Salah satu persamaan amanatnya Sapardi Djoko Damono dan Dewi Lestari, sama-sama mengungkapkan bahwa sesama anggota keluarga dan manusia harus saling menjaga. Pada puisi Perahu Kertas, Sapardi menggambarkan Nuh yang mengajak dan menjaga umatnya dari peristiwa air bah. Dewi Lestari, menggambarkan Oma Keenan yang menjaga Keenan dari ganasnya musim dingin. Untuk perbedaannya, salah satunya yaitu ada puisi Perahu Kertas, terdapat amanat tentang seseorang berserah diri atau bertawakal kepada Tuhan setelah melakukan usaha. Pada novel Perahu Kertas tidak ditunjukkan adanya tawakal kepada Tuhan.Kata kunci: Perbandingan, Amanat, Puisi, Novel.
PERBANDINGAN FUNGSI GAYA BAHASA DALAM PUISI GADIS PEMINTA-MINTA KARYA TOTO SUDARTO BACHTIAR DENGAN PUISI KEPADA PEMINTA-MINTA KARYA CHAIRIL ANWAR Indah Khusnul; Yulia Esti Katrini; Rangga Asmara
Repetisi: Riset Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol 1, No 1 (2018): REPETISI
Publisher : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Tidar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian yang berjudul Perbandingan Fungsi Gaya Bahasa dalam Puisi Gadis Peminta-minta Karya Toto Sudarto Bachtiar dengan Puisi Kepada Peminta- minta Karya Chairil Anwar dilatarbelakangi oleh adanya kemiripan judul antar kedua puisi. Kedua puisi ditulis untuk menaruh perhatian kepada kaum peminta-minta, akan tetapi kedua penyair memiliki gaya bahasa berbeda dalam menyampaikan pandangannya terhadap kaum peminta-minta. Tujuan penelitian ini untuk mendiskripsikan fungsi gaya bahasa yang terdapat dalam Puisi Gadis Peminta-minta Karya Toto Sudarto Bachtiar dengan Puisi Kepada Peminta-minta Karya Chairil Anwar. Metode dan teknik penyediaan data penelitian ini menggunakan metode simak dan teknik catat. Metode dan teknik analisis data yang digunakan yakni metode deskriptif analisis dan teknik deskriptif kualitatif. Dari hasil penelitian ini ditemukan 32 data dengan 6 fungsi gaya bahasa antara lain: untuk memberikan penekanan, untuk hiasan atau menimbulkan efek keindahan, untuk melebih-lebihkan pernyataan, menghidupkan objek mati, mengurangi monotoni kalimat, dan membandingkan dua hal.Kata Kunci: Perbandingan, Fungsi Gaya Bahasa,Puisi
PERBANDINGAN ALUR NOVEL 693 KM JEJAK GERILYA SUDIRMAN DAN FILM JENDERAL SOEDIRMAN DENGAN PENDEKATAN MIMETIK Ambar Arumsari; Yulia Esti Katrini; Rangga Asmara
Repetisi: Riset Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol 1, No 2 (2018): REPETISI Volume 1 Nomor 2
Publisher : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Tidar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan penelitian ini untuk menemukan persamaan dan perbedaan dalam perbandingan alur novel 693 Km Jejak Gerilya Sudirman dan film Jenderal Soedirman dengan pendekatan mimetik serta menyusun langkah pembelajarannya. Pada pengumpulan data digunakan metode simak dan teknik catat, sedangkan dalam analisis data digunakan metode deskriptif kualitatif dan teknik analisis mimetik. Analisis mimetik berarti menghubungkan peristiwa dalam karya sastra dengan peristiwa faktual di dunia nyata. Hasil dari penelitian ini yaitu (1) novel 693 Km Jejak Gerilya Sudirman dan film Jenderal Soedirman memiliki persamaan alur peristiwa sebanyak 22 peristiwa, sedangkan perbedaan keduanya yaitu pada novel 693 Km Jejak Gerilya Sudirman terdapat 33 peristiwa yang menunjukkan adanya peristiwa yang memiliki kaitan dengan kejadian dalam kehidupan nyata Jenderal Sudirman dan peristiwa perang gerilya, sedangkan pada film Jenderal Soedirman terdapat 27 peristiwa yang memiliki kaitan dengan peristiwa tersebut, dan (2) penelitian ini dapat diterapkan pada kompetensi dasar 4.3 mengonstruksi nilai-nilai dari informasi cerita sejarah dalam sebuah teks eksplanasi di SMA kelas XII.Kata kunci: alur, film, novel, pembelajaran