Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Ride through testing of variable speed drive due to voltage sag types (types I, II and III) Surya Hardi; R. Harahap; S. Ahmad; M. Isa
International Journal of Power Electronics and Drive Systems (IJPEDS) Vol 10, No 2: June 2019
Publisher : Institute of Advanced Engineering and Science

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (363.796 KB) | DOI: 10.11591/ijpeds.v10.i2.pp690-696

Abstract

Variable speed drives (VSDs) are widely used in various applications mainly in process industry need constant rotational speed. It is developed from power electronic components thus saving energy in its operation. Unfortunately it is susceptible against power quality problem for example voltage sags. The VSD may be disruption or drop out when it is supplied by voltage sags and it is determined by sag characteristics. This study is to investigate effect of voltage sags Types I, II and III on VSD through laboratory testing. The voltage sags characteristics are generated from voltage sag generator (Shaffner 2100 EMC).  The effects are presented in susceptibility curves in disruption and drop out conditions. The curves resulted are evaluated by standard curve recommended. Test results show that voltage sag Type I cause the VSD disruption only, whereas two types sag other result in the VSD disruption and also drop out. Evaluation results explain  a few test points are in operation area for disruption condition whereas test points for dropping out far below the threshold recommended. Hence the VSD has good quality to voltage sags.
Perbandingan Tiga Metode Pendekatan Nilai Intensitas Konsumsi Energi (IKE) Di Pondok Pesantren Deny Hermawan; Mhd Aldi Primasyukra; Mhd Fitra Zambak; Surya Hardi
-
Publisher : RELE (Rekayasa Elektrikal dan Energi) : Jurnal Teknik Elektro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (995.994 KB) | DOI: 10.30596/rele.v4i1.7823

Abstract

Abstrak Pertambahan penduduk dan pertumbuhan ekonomi sejalan dengan meningkatnya kebutuhan dan konsumsi energi. Dalam sektor Pendidikan, penggunaan energi listrik menjadi kebutuhan pokok dan sangat penting. Intensitas Konsumsi Energi (IKE) adalah istilah yang digunakan untuk mengetahui energi listrik yang digunakan pada bangunan atau gedung dengan membandingkan luas bangunan atau gedung. Penghitungan IKE dapat dilakukan dengan beberapa metode berdasarkan luas bangunan atau gedung dengan acuan waktu operasional, dengan acuan waktu pemakaian harian, dan berdasarkan ruang ber-AC dan tidak ber-AC. Penelitian IKE ini dilakukan di pondok pesantren yang memiliki asrama dengan daya listrik dari PLN sebesar 23kVA dan tarif golongan S2. Hasil perhitungan IKE pondok pesantren tersebut dengan metode berdasarkan luas bangunan atau gedung dengan acuan waktu operasional dan dengan acuan waktu pemakaian harian, memiliki nilai IKE dibawah dari batas bawah nilai standar IKE untuk kategori sekolah, dan berdasarkan ruangan ber-AC pondok pesantren, memiliki nilai IKE dengan kategori sangat efisien dan ruangan tidak ber-AC memiliki nilai IKE dengan kategori efisien.Kata kunci : IKE, Sekolah, Acuan, Ekonomis, RekomendasiAbstract Energy consumption is increasing in line with the rate of economic growth and population growth. In the education sector, the use of electrical energy is a basic and very important need. Energy Use Intensity (EUI) is a term used to find out the electrical energy used in a building by comparing the area of the building. The EUI calculation can be done by several methods based on the area of the building with reference to operational time, or with reference to daily usage time, and based on Air-Conditioned and non-Air-Conditioned rooms. The EUI research was conducted in Islamic schools that have dormitories with 23 kVA of electricity from PLN at a rate of Gol S2. The results of the Islamic school analysis method based on the area of the building with reference to operational time and with reference to daily usage time, have an EUI value below the lower limit of the EUI standard value for the Islamic school category, and based on the air-conditioned room the Islamic school has an EUI criterion value of very efficient and Non-AC rooms have an efficient EUI criterion.Keywords : IKE, School, Reference, Economic, Recommendation
Analisis Perbandingan Tahanan Pentanahan Pada Elektroda Batang Dan Plat Untuk Perbaikan Nilai Resistansi Pembumian Hefri Yuliadi; Surya Hardi; Rohana Rohana
-
Publisher : RELE (Rekayasa Elektrikal dan Energi) : Jurnal Teknik Elektro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (674.078 KB) | DOI: 10.30596/rele.v4i1.7828

Abstract

Abstrak Tersedianya sistem pentanahan haruslah memiliki nilai tahanan pentanahan yang sekecil-kecilnya. Untuk mendapatkan nilai tahanan pentanahan dengan nilai tertentu dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti : bentuk sistem pentanahan, jenis tanah, suhu tanah, kelembaban tanah, diameter elektroda, kandungan elektrolit tanah dan lain-lain, Elektroda pentanahan dapat berupa batang yang ditanam tegak lurus atau ditanam sejajar permukaan tanah, dan berupa lempeng atau plat, yang kesemuanya ini dirancang untuk memperkecil tahanan pentanahan dari hasil pengukuran dan perhitungan didapat nilai tahanan pentanahan pada hasil pengukuran diatas, menunjukkan kedalaman elektrode pentanahan adalah sedalam 1.5 m, pada kedalaman ini nilai tahanan pentanahan adalah 0.98 ? Pada Elektroda Batang sedangkan pada elektroda Plat sebesar 1,6 ?. Dan perhitungan tahanan pentanahan dengan mempergunakan Rumus Dwight, pada elektroda batang nilai rata-rata sebesar 0.9 ? dan Plat, nilai rata-rata sebesar 0.5 ? . Terdapat perbedaan antara hasil perhitungan dan pengukuran hal ini dikarenakan perbedaan persepsi jenis elektroda yang digunakan. Hal Sudah 1 ? memenuhi syarat PUIL, 2000, untuk jenis tanah basah dan lembab.Kata kunci : Resistansi, Elektroda Batang, Plat, Standart PUIL 2000Abstract The availability of a grounding system must have the smallest grounding resistance value. To obtain a grounding resistance value with a certain value is influenced by several factors such as: the shape of the grounding system, soil type, soil temperature, soil moisture, electrode diameter, soil electrolyte content and others. the ground surface, and in the form of plates or plates, all of which are designed to reduce grounding resistance. From the results of measurements and calculations, the value of grounding resistance is obtained from the measurement results above, indicating the depth of the grounding electrode is 1.5 m deep, at this depth the value of grounding resistance is 0.98 ?. The rod electrode, while the plate electrode is 1.6 ?. and the calculation of the ground resistance using Dwight's formula, the average value of the rod electrode is 0.9 ? and the plate, the average value is 0.5 ?. There is a difference between the results of calculations and measurements this is due to differences in the perception of the type of electrode used. It is 1 ? meets the requirements of PUIL, 2000, for wet and moist soil types. Keywords : Resistance, Rod Electrode, Plate, PUIL Standard 2000
Perbandingan Penambahan Material Asbes Dan Gypsum Dengan Campuran NaCl Dan Arang Untuk Mereduksi Resistansi Pentanahan (Aplikasi: Balai Besar Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi Bidang Bangunan Listrik Medan) Hefri Yuliadi; Surya Hardi; Rohana Rohana
-
Publisher : RELE (Rekayasa Elektrikal dan Energi) : Jurnal Teknik Elektro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (925.126 KB) | DOI: 10.30596/rele.v5i1.10785

Abstract

Abstrak Sistem pentanahan menjadi bagian terpenting dari sistem tenaga listrik untuk mengamankan peralatan-peralatan listrik maupun manusia yang berlokasi di sekitar gangguan dengan cara mengalirkan arus gangguan ke tanah. Salah satu faktor untuk mendapatkan nilai tahanan pentanahan yang kecil sesuai dengan PUIL, selain kedalamam penanaman elektroda, tahanan jenis tanah yang akan di buat sebagai penempatan pentanahan harus kecil, untuk mengatasi tahanan pentanahan yang relative besar di perlukan zat aditif untuk mereduksi tahanan pentanahan, material asbes dan gypsum dan campuran NaCl-Arang dipilih untuk mereduksi nilai tahanan pentanahan. Pengukuran dilakukan menggunakan metode tiga titik yang dilakukan pada setiap variasi kedalaman elektroda dan komposisi material aditif yang digunakan untuk menurunkan nilai tahanan pentanahan. Pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui material aditif asbes dan gypsum dengan campuran arang NaCl serta komposisi yang baik antara keduanya untuk mereduksi tahanan pentanahan di bawah atau sama dengan 5 ohm menurut PUIL. Dari hasil analisis diperoleh kesimpulan bahwa perbandingan persentase penurunan nilai tahanan pentanahan zat aditif Asbes dan Gypsum dan campuran NaCl (garam) Karbon (arang) adalah pada Asbes sebesar 69,40% sedangkan pada Gypsum sebesar 73,64%. Hal ini menunjukkan bahwa dari hasil perbandingan persentase hasil pengukuran dan perhitungan menyatakan persentase penurunan nilai resistansi pentanahan yang lebih baik dari aditif Gypsum.Kata kunci : Tahanan Pentanahan, Asbes, Gypsum, Garam, ArangAbstract The grounding system is the most important part of the electric power system to secure electrical equipment and humans located in the vicinity of the fault by flowing fault current to the ground. One of the factors to get a small grounding resistance value according to PUIL, in addition to the depth of the electrode implant, the soil type resistance that will be made as a grounding placement must be small, to overcome the relatively large grounding resistance, additives are needed to reduce grounding resistance, asbestos and gypsum materials and a mixture of NaCl-Charcoal were chosen to reduce the value of grounding resistance. Measurements were carried out using the three-point method which was carried out at each variation of the electrode depth and the composition of the additive material used to reduce the value of the grounding resistance. This measurement aims to determine the additive material of asbestos and gypsum with a mixture of charcoal-NaCl and a good composition between the two to reduce grounding resistance below or equal to 5 ohms according to PUIL. From the results of the analysis, it can be concluded that the ratio of the percentage decrease in the value of the grounding resistance of Asbestos and Gypsum additives and a mixture of NaCl (salt) - Carbon (charcoal) is 69.40% for Asbestos while 73.64% for Gypsum. This shows that the results of the comparison of the percentage of measurement and calculation results indicate that the percentage reduction in the value of the grounding resistance is better than the Gypsum additive.Keywords : Earthing Prisoners, Asbestos, Gypsum, Salt, Charcoal
ANALISA SAMBARAN PETIR TERHADAP SISTEM PROTEKSI TOWER TELEKOMUNIKASI MENGGUNAKAN SIMULASI SOFTWARE ATP DRAW Riza Ria Wirasari; Surya Hardi; Rohana Rohana; Muchsin Harahap
Rang Teknik Journal Vol 5, No 2 (2022): Vol. 5 No. 2 Juni 2022
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (771.584 KB) | DOI: 10.31869/rtj.v5i2.3416

Abstract

The increase in the telecommunications network was accompanied by the addition of the number of BTS (Base Transceiver Station) in various regions. The BTS (Base Transceiver Station) tower is built with a minimum height of 25-100 meters. BTS towers are equipped with external and internal grounding protection systems that are designed and installed in accordance with SNI. The protection system is a unified protection system for towers and telecommunications equipment from lightning strikes. Lightning strikes occur randomly which cannot be ascertained and their occurrence is controlled and lightning strikes also cause damage to the object that is struck. ATP Draw is a graphical program from the Electromagnetic Transient Program (EMTP) for Windows. Software Alternating Transient Program (ATP Draw) is used for digital simulation of impulse waves. In this software a lightning protection system is modeled in the form of an electrical circuit, and a lightning impulse waveform against a lightning protection system circuit. analyzed the lightning protection system on the BTS tower by performing simulations using ATP Draw software with a power line model with Standard IEC 1.2 x 50 s showing the simulation results of a lightning surge current of 30389 A. for a lightning surge input current of 80 kA, 36088 A for a lightning current input lightning surge of 95 kA, and 37987 A for lightning surge input current of 100 kA. For modeling the standard CIGRE 3.3x77.5μs power line, the simulation results for a lightning surge current of 40644 A for a lightning surge input current of 80 kA, 48264 A for a lightning surge input current of 95 kA, and 50805 A for a lightning surge input current of 100 kA.
PERENCANAAN GARDU HUBUNG DITINJAU DARI ASPEK TEKNIS DROP TEGANGAN UNTUK PERBAIKAN SISTEM KELISTRIKAN KOTA MEDAN Oni Afriyandi; Surya Hardi; Rohana Rohana
JOURNAL OF ELECTRICAL AND SYSTEM CONTROL ENGINEERING Vol 6, No 1 (2022): Journal of Electrical and System Control Engineering
Publisher : Universitas Medan Area

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31289/jesce.v6i1.6767

Abstract

Pembangunan Gardu Hubung Teladan bertujuan untuk percepatan dalam pemindahan dan pengendali beban listrik ketika pemadaman listrik terjadi, program pelaksanaan pemeliharaan atau untuk maksud mempertahankan kontinuitas pelayanan di kota Medan. Rekonfigurasi jaringan dilakukan dengan memindahkan beban sebahagian dari Penyulang TT05, Penyulang DA05, Penyulang DA06 dan Penyulang DN03. Beban penyulang tersebut dialihkan ke Gardu Hubung Teladan melalui Penyulang ACSTL01 sebesar 54,4 amper, Penyulang ACSTL02 sebesar 28,1 amper, Penyulang ACSTL03 sebesar 34,4 amper dan Penyulang ACSTL04 sebesar 31,5 amper. Rekonfigurasi jaringan di Gardu Hubung Teladan mengakibatkan perubahan data parameter dari jaringan saat ini diantaranya drop tegangan yang diijinkan maksimum 5 %, tegangan kerja pada Gardu Hubung Teladan masih terpenuhi. Dengan pembangunan Gardu Hubung Teladan diperoleh konfigurasi jaringan yang optimal sesuai standard teknis Persentase Vd (Voltage Drop) terbesar berada di section 3 Penyulang DN03 Gardu Induk Denai sebesar 2,73%, sesuai SPLN no 72 tahun 1987 masih terpenuhi.
PENGARUH SAMBARAN PETIR TERHADAP KINERJA RELE JARAK DALAM MENENTUKAN TITIK GANGGUAN PADA SALURAN TRANSMISI Adam Pangestu; Surya Hardi; Rohana Rohana
Jurnal Darma Agung Vol 30 No 3 (2022): DESEMBER
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Darma Agung (LPPM_UDA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46930/ojsuda.v30i3.2219

Abstract

Saluran transmisi harus dirancang dengan mempertimbangkan beberapa aspek seperti kehandalan, ekonomis, dan keamanan. Oleh karena itu, maka sistem proteksi saluran transmisi harus bekerja dengan sensitif, selektif, cepat, maupun handal pada saat terjadinya gangguan sambaran petir. Rele jarak dapat mendeteksi titik gangguan pada saat saluran transmisi mengalami gangguan akibat sambaran petir. Penelitian ini bertujuan menganalisa kinerja Rele Jarak dalam menentukan titik gangguan akibat sambaran petir pada Gardu Induk Glugur – Payageli. Dalam penelitian ini akan menganalisa berbagai data pendukung yang didapatkan dari PT PLN (PERSERO) untuk mengetahui setting an Rele Jarak dalam menentukan titik gangguan. Setting pada Rele Jarak yang tidak tepat akan mengakibatkan rele jarak gagal bekerja sesuai dengan zona nya. Dalam penelitian ini rele jarak bekerja sesuai dengan standard SPLN No. 0520-2K./DIR Tahun 2014 tetapi Rele jarak dalam menentukan titik gangguan berdasarkan jarak aktual dilapangan memiliki kesalahan pembacaan diatas 3%.
TEGANGAN POTENSIAL TANAH PADA SISTEM PENTANAHAN GARDU INDUK DUA LAPISAN Surya Hardi; Irwan S. Harahap; Hasdari H. Rangkuti; Riza R. Wirasari
Prosiding Seminar Nasional Teknik UISU (SEMNASTEK) SEMNASTEK UISU 2023
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Islam Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (671.965 KB)

Abstract

Sistem pentanahan adalah bagian komponen penting dalam gardu induk karena berfungsi mengalirkan arus hubung singkat saat terjadi gangguan. Pada gardu induk banyak peralatan listrik berada di atasnya yang terhubung satu sama lainnya ke sistem pentanahan. Pada saat terjadi gangguan hubung singkat tegangan permukaan tanah (GPR) menjadi naik yang mana besarnya dipengaruhi oleh arus hubung singkat dan resistansi pentanahan gardu induk. Sistem pentanhan gardu induk pada umumnya berbentuk grid dilekangkapi batang pentanahan atau tanpa dengan kedalaman tertentu dari permukaan tanah. Penelitian ini menganalisis sistem pentanahan dua lapis tanah pada gardu induk 2 x 250 MVA Sarulla sistem 275 kVdengan menggunakan perangkat lunak tersedia ASPIX 3.1. Konfigurasi grid yaitu bujur sangkar dan persegi panjang dengan variasi kedalaman dan jarak antata konduktor grid dilakukan  GPR semakin menurun jika jaarak antara grid semakin kecil dan pada kedalaman grid semakin dalam menghasilkan nilai GPR menurun.