Tri Mulyani Wahyuningsih
Universitas Dian Nuswantoro

Published : 13 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

IMPLEMANTASI BUDAYA KERJA 5 S DAN HOURENSOU OLEH PARA EKS-PEMAGANG DI JEPANG DALAM DUNIA KERJA DI INDONESIA Wahyuningsih, Tri Mulyani; Aryanto, Bayu
Proceeding SENDI_U 2016: SENDI_U
Publisher : Proceeding SENDI_U

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (70.994 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan bagaimana para eks-pemagang di Jepang mengimplementasikanpengalaman kerja setelah mereka kembali ke Indonesia. Pengalaman kerja yang dimaksud adalah berupa konsepkonsepkultur kerja di Jepang yang mereka peroleh saat mereka magang di Jepang. Wilayah penelitian adalah kotaSemarang dan Karisidenan Surakarta. Dari hasil penelitian terlihat bahwa para eks-pemagang di Jepang tersebutmenerapkan prinsip kerja 5 S (seiri, seiton, seisho, seiketsu, shitsuke), dan prinsip kerja hourensou dalam pekerjaanyang digelutinya. Realisasinya adalah prinsip kerja seiri dan seiton yang diterapkan pada saat penyimpanan arsipagar lebih efektif dan perawatan barang-barang inventaris di tempat kerja. Seisho dan seiketsu diterapkan ketikamenjaga kebersihan tempat kerja. Sedangkan prinsip shitsuke diterapkan pada saat pengarahan dengan memberikanmotivasi kerja. Dalam prinsip kerja hourensou (houkoku, renraku, soudan), Prinsip houkoku adalah bahwa setiaporang harus melaporkan apa yang dilakukannya kepada atasan, sedangkan prinsip renraku adalah setiap tindakanyang telah dilaporkan ke atasan, juga harus menginformasikannya ke setiap orang atau unit yang terkait atau yangakan terkena dampak dari sebuah tindakan. Prinsip soudan adalah mendahulukan berdiskusi dengan atasan dan timkerja saat pengambilan keputusan atau saat menghadapi masalah.Kata Kunci: Lima S, hourensou, budaya, eks-pemagang
MAKNA DENOTATIF DAN KONOTATIF HANA (HIDUNG) PADA CERPEN “HANA” KARYA AKUTAGAWA RYUNOSUKE Wahyuningsih, Tri Mulyani
ALAYASASTRA Vol 16, No 1 (2020): Alayasastra
Publisher : Balai Bahasa Jawa Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (0.093 KB) | DOI: 10.36567/aly.v16i1.468

Abstract

AbstrakPenelitian ini tentang makna denotatif dan konotatif hana (hidung) dalam cerpen ?Hana? karya Akutagawa Ryunosukae. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui makna hidung yang ditulis oleh Akutagawa baik dalam makna denotatif maupun konotatif. Metode penelitian ini adalah metode kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik baca dan catat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa makna hidung dalam cerpen ?Hana? yang dikembangkan oleh Akutagawa sebagai berikut: 1) Makna denotatif ?? berarti fisik, terbagi dalam dua kelompok makna, yaitu ??? (hidung panjang), dan ??? (hidung pendek), 2) Makna konotatif ?? (internal) terbagi dalam empat kelompok makna, yaitu??? (penderitaan), ????(kekecewaan),?? (kebahagiaan), ?? (usaha tokoh), 3) Makna konotatif ?? (eksternal) yang terdiri atas tiga kelompok makna, yaitu ? (pembicaraan), ? (istri), dan ?? (bahan ejekan). Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa kata hana (hidung) selain mengandung makna denotatif,  kata hidung juga dikembangkan oleh Akutagawa dalam makna konotatif.Kata kunci: makna denotatif, makna konotatif, hana (hidung), cerpenABSTRACTThis research is about denotative and  connotative meanings of hana (nose) in Akutagawa Ryunosuke?s  short story entitled ?Hana?. The purpose of this study is to find out the meanings of the word hana (nose )both denotatively and connotatively. The research method used in this study was qualitative one. The technigues used in collecting data were reading and taking notes. The results showed that the meanings of nose in Hana's short story developed by Akutagawa are as follows: 1)denotatively, ??  means physical performace of nose which is divided into two categories, namely ??? (long nose), and ??? (short nose), 2)connonatively ?? (internal) is segmented into three categories, such as ??? (suffering)?????(disappointment)??? happiness), 3) ?? (the character?s effort), 4) ?? (external) which is classified into three group of meanings, those are ? (talking material), ? (wife), and ?? (ridicule). Based on the result,, it can be concluded that the word hana (nose) in this short story not only has denotative meanings but also connotative ones.keywords: connotative meanings, denotative meanings, hana (nose), short story
IMPLEMANTASI BUDAYA KERJA 5 S DAN HOURENSOU OLEH PARA EKS-PEMAGANG DI JEPANG DALAM DUNIA KERJA DI INDONESIA Wahyuningsih, Tri Mulyani; Aryanto, Bayu
Proceeding SENDI_U 2016: SEMINAR NASIONAL MULTI DISIPLIN ILMU DAN CALL FOR PAPERS
Publisher : Proceeding SENDI_U

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan bagaimana para eks-pemagang di Jepang mengimplementasikanpengalaman kerja setelah mereka kembali ke Indonesia. Pengalaman kerja yang dimaksud adalah berupa konsepkonsepkultur kerja di Jepang yang mereka peroleh saat mereka magang di Jepang. Wilayah penelitian adalah kotaSemarang dan Karisidenan Surakarta. Dari hasil penelitian terlihat bahwa para eks-pemagang di Jepang tersebutmenerapkan prinsip kerja 5 S (seiri, seiton, seisho, seiketsu, shitsuke), dan prinsip kerja hourensou dalam pekerjaanyang digelutinya. Realisasinya adalah prinsip kerja seiri dan seiton yang diterapkan pada saat penyimpanan arsipagar lebih efektif dan perawatan barang-barang inventaris di tempat kerja. Seisho dan seiketsu diterapkan ketikamenjaga kebersihan tempat kerja. Sedangkan prinsip shitsuke diterapkan pada saat pengarahan dengan memberikanmotivasi kerja. Dalam prinsip kerja hourensou (houkoku, renraku, soudan), Prinsip houkoku adalah bahwa setiaporang harus melaporkan apa yang dilakukannya kepada atasan, sedangkan prinsip renraku adalah setiap tindakanyang telah dilaporkan ke atasan, juga harus menginformasikannya ke setiap orang atau unit yang terkait atau yangakan terkena dampak dari sebuah tindakan. Prinsip soudan adalah mendahulukan berdiskusi dengan atasan dan timkerja saat pengambilan keputusan atau saat menghadapi masalah.Kata Kunci: Lima S, hourensou, budaya, eks-pemagang
KI GA SUMANAI DALAM DUNIA KERJA Tri Mulyani Wahyuningsih
LITE: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Budaya Vol 8, No 2 (2012): September
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Dian Nuswantoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (493.707 KB) | DOI: 10.33633/lite.v8i2.1359

Abstract

Ki ga sumanai is one of ethics Bushido code that is believed by the Japanese as the key of successful progress in Japan in various fields. One spirit of Bushido Ki ga sumanai has made the Japanese people become workaholic and always want to work and continue working. The totality of the soul directed for their work. Work is considered as a devotion to the country, thus work is the first priority in their live. The purpose of this paper is to find out more about the ontological and axiological aspects of Ki ga sumanai. This paper used descriptive and qualitative methods. Ki ga sumanai is like two sides of the coin. One side brings enormous benefits to the progress of Japan, but the other side it makes workers struggle to karoushi , but this is considered normally for them and think it is part of devotion. Now there is a new awareness that all contributions should be rewarded compensation.
SEJARAH PERKEMBANGAN BUNRAKU (WAYANG GOLEK ALA JEPANG) Tri Mulyani Wahyuningsih
LITE: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Budaya Vol 3, No 2 (2007): September
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Dian Nuswantoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (111.254 KB) | DOI: 10.33633/lite.v3i2.618

Abstract

: Bunraku is one of Japanese puppet arts. Bunraku uses of ¾ of adult size puppet played by three people. Puppet is originally used for god and goddess admiration in temples. When people began to use the puppet outside the temple, it began to be used as a medium of entertainment. The puppet is originally named Heike – Biwa before it was changed into Ningyou Joururi and finally called Bunraku up till now.
PENGARUH KARAKTER GANBARU TERHADAP ETOS KERJA PADA EKS-PEMAGANG DI JEPANG Tri Mulyani Wahyuningsih
LITE: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Budaya Vol 13, No 1 (2017): March
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Dian Nuswantoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (645.31 KB) | DOI: 10.33633/lite.v13i1.1559

Abstract

The number of Indonesian workers who work abroad especially to Japan has given different working experience. These former apprentices intensively interacted with the Japanese who are working in Japanese firms so that they had little effect on the apprentices’ character. This study aims to describe how the work experience of the ex-apprentice in Japan has an effect on working ethic with the concepts of working culture in Japan especially ganbaru concept, after they returned to Indonesia. The approach used in this study is qualitative ethnographic. The results show that the experience of working with Japanese people influences the ex-apprentices’ character. The most influential concept is the culture of ganbaru (unyielding). The effect is seen in the time the ex-apprentices starts a business, they faced business constraints and they find a solution to be able to expand its business.   Keywords: former apprentices, ganbaru character, influence, working ethic
Dukungan Masyarakat dalam Melawan Label Negatif pada Tokoh Kuronumo Sawako dalam Film Kimi Ni Todoke Karya Naoto Kumazawa Anita Munkholifah; Tri Mulyani Wahyuningsih
Japanese Research on Linguistics, Literature, and Culture Vol 3, No 1 (2020): November
Publisher : Universitas Dian Nuswantoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33633/jr.v3i1.4337

Abstract

Penjulukan atau labeling baik positif atau negatif yang disematkan pada seseorang akan berpengaruh pada konsep diri seseorang. Peran lingkungan sekitar berpengaruh pada seseorang yang mendapat label negatif untuk melawan label negatif yang diterimanya.   Penelitian ini membahas dukungan lingkungan sekitar kepada tokoh Sawako dalam melawan label negatif agar tidak terjebak dalam konsep diri yang negatif. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Hasil analisis dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tokoh Kuronuma Sawako pada awalnya memiliki konsep diri negatif akibat penjulukan negatif yang diberikan oleh sebagian siswa yang berdampak pada terbentuknya konsep diri negatif pada tokoh Sawako.   Dukungan positif yang diberikan oleh orang-orang di sekitarnya membuat ia mampu melawan label negatif dan mngubah konsep dirinya menjadi positif.Kata Kunci: Kuronuma Sawako, Kimi Ni Todoke, Penjulukan, Konsep Diri, Lingkungan
Analisis Semiotika Puisi Yogorecchimatta Kanashimini Karya Nakahara Chuya Budi Santoso; Tri Mulyani Wahyuningsih
Japanese Research on Linguistics, Literature, and Culture Vol 1, No 2 (2019): May
Publisher : Universitas Dian Nuswantoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (169.724 KB) | DOI: 10.33633/jr.v1i2.2501

Abstract

Makalah ini membahas analisi semiotika puisiYogorecchimatta kanashimini karya nakahara  Chuya. Sebagai sumber data adalah puisi Yogorecchimatta kanashimini. Ancangan penelitian menggunakan semiotika puisi Riffatere dengan fokus penelitian pada analisis pembacaan heuistik dan hermeneutik, analisis ketidaklangsungan ekspresi, serta analisis matrik, model dan varian. Hasil analisis pembacaan heuristik dan hermeneutik menunjukkan bahwa puisi menggambarkan kondisi jiwa penyair yang dilanda sedih sehingga membuatnya putus asa dan tak berdaya serta dihantui rasa takut. Ketidaklangsungan ekspresi terjadi melalui penggantian arti yang berupa penggunaan metaforo, penyimpangan arti melalui ambiguitas, serta penciptaan arti melalui asonansi dan pengulangan baris. Kesedihan mendalam yang dirasakan penyair menjadi matrik puisi, sedangkan kesedihan yang kotor ini menjadi model puisi. Terdapat tiga varian yaitu kesedihan membuat penyairhanyut dalam guyuran butiran salju, kesedihan membuat penyair putus asa, dan kesedihan membuat penyair tak berdaya.
Animasi Berbasis Konteks Situasi sebagai Metode Pembelajaran Jidoushi+Iru dan Tadoushi+Aru (Implementasi Penggunaan Hemisfer Kanan) Winingsih, Irma; Wahyuningsih, Tri Mulyani
Nusa: Jurnal Ilmu Bahasa dan Sastra Vol 17, No 3: Agustus 2022
Publisher : Indonesian literature Program, Faculty of Humanities, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/interaksi.%v.%i.%p

Abstract

There are three suggestions regarding teaching techniques related to the hemispheres, namely: creating a learning environment, varied, and real educational experience, trying to help students overcome their fear of learning. challenging environments and condition students to combine information into their memories by processing it. Animation as learning media are that animated films can create a deep impression for teachers or students, the sounds and movements displayed are visualizations of reality, according to the material presented in the lesson. With interpretation techniques, animation become a medium that can then activate the right hemisphere function, especially for 6th semester students of the Japanese language study program at Dian Nuswantoro University regarding the use of verbal sentence patterns jidoushi+iru and tadoushi+aru which always appear every year as a discussion of Minnano's book. Nihongo II.The result is this animated video the author makes can meet the standard of visual animation as a learning medium
Kesalahan Penggunaan Partikel Pada Klausa Relatif Mahasiswa Tingkat Dua di Kelas Menulis Artikel Populer Bahasa Jepang Winingsih, Irma; Wahyuningsih, Tri Mulyani; Santoso, Budi
KIRYOKU Vol 8, No 1 (2024): Kiryoku: Jurnal Studi Kejepangan
Publisher : Vocational College of Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/kiryoku.v8i1.197-207

Abstract

This research examines errors in the use of particles in embedded clauses made by second semester students at the UDINUS Japanese Literature Study Program in the Writing Popular Japanese Articles class. The author considers that discussing this matter is very important considering that the ability to understand this embedded clause will be applied to the ability to speak, write, read and also translate. Apart from that, the ability to understand embedded clauses will support success in working on Reading questions on the Japanese JLPT test. The research method used is descriptive qualitative with a syntactic approach and interpretative techniques. The mistake students generally make is that it is still difficult to understand the use of the "ga" particle as a subject marker in embedded clauses. This research uses a qualitative descriptive analysis method with a syntactic approach and interpretative techniques.