Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

PROJECT BASED LEARNING SEBAGAI METODE PEMBELAJARAN ARSITEKTUR PADA MATA KULIAH TEORI ARSITEKTUR JENGKI Oktavi Elok Hapsari; Rakhmawati Rakhmawati; Noverma Noverma; Yusrianti Yusrianti
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 10, No 2 (2021)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22441/vitruvian.2021.v10i2.009

Abstract

Arsitektur adalah ilmu yang mempelajari kegiatan rancang bangun yang menggabungkan beberapa aspek seperti kegunaan, teknik dan seni, sehingga pengalaman terhadap bangunan merupakan salah satu hal yang penting untuk dieksplorasi. Selain menerima mata kuliah perancangan, mahasiswa juga mendapatkan mata kuliah teori dalam proses pembelajarannya sebagai ilmu pengetahuan bidang arsitektur dan penunjang dalam merancang.  Salah satunya adalah topik tentang arsitektur Jengki. Pada periode 1950 – 1960, dunia arsitektur di Indonesia dikejutkan dengan hadirnya arsitektur jengki. Bentuk tampilannya sangat berbeda bila dibandingkan dengan perkembangan arsitektur sebelumnya. Objek arsitektur yang dihasilkan merupakan bangunan yang sangat berbeda dari arsitektur kolonial maupun arsitektur Indis yang berkembang pada masa penjajahan tetapi bukan merupakan arsitektur tradisional. Terasa ada keunikan atau kelainan khususnya dalam menampilkan tampang (tampak depan) bangunan bila disandingkan dengan karya arsitektur yang lain, arsitektur jengki tampak berbeda, seakan-akan muncul keganjilan, memberontak dari sesuatu yang lazim (Susilo, 2009). Akan tetapi saat ini arsitektur jengki terancam punah, hal ini dikarenakan banyak orang yang memiliki rumah bergaya jengki yang melakukan renovasi terhadap rumahnya dan mengganti gaya arsitektur aslinya. Selain itu, hingga saat ini arsitektur jengki belum dikategorikan sebagai arsitektur heritage seperti arsitektur tradisional dan arsitektur kolonial, sehingga sangat mungkin pada akhirnya arsitektur jengki betul-betul menghilang. Perlu dilakukan pengenalan dan pembelajaran pada mahasiswa mengenai adanya arsitektur jengki sebagai salah satu bagian dari kekayaan arsitektur di Indonesia yang tidak dimiliki oleh bangsa lain. Untuk mendukung pembelajaran mengenai arsitektur jengki maka diberikan penugasan dimana mahasiswa diminta menganalisis bangunan arsitektur jengki terkait dengan linimasa, karakteristik arsitektur dan spirit yang dimiliki oleh arsitektur jengki, kemudian melakukan redesain pada rumah masing-masing dengan mengaplikasikan ciri-ciri arsitektur jengki. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan metode project based learning pada penugasan mata kuliah teori dapat membantu mahasiswa lebih memahami topik perkuliahan teoritis yang diajarkan. Dari penelitian diketahui bahwa metode Project Based Learning dapat dilakukan sebagai alat belajar bagi materi yang bersifat teoritis dan dapat meningkatkan kreatifitas mahasiswa dalam desain.    Architecture is the study of building design that combines several aspects such as usability, technique and art, so that building experience is important to explore. In addition to receiving design courses in the learning process to support in designing, students also gain theoretical subjects. One of the subject is about Jengki architecture. In 1950 - 1960,  world of  Indonesia architecture was surprised by the presence of jengki architecture. The form looks very different when compared to previous architectural developments. The architectural object is a very different building from colonial and Indische architecture that developed during the colonial period but is not a traditional architecture. There is a feeling of uniqueness or abnormality, especially in displaying the appearance (facade) of a building when juxtaposed with other architectural works, jengki architecture looks different, as if anomalies appear, rebelling from something common (Susilo, 2009). However, currently the jengki architecture is threatened with extinction, this is because many people who have jengki style houses are renovating their houses and changing their original architectural styles. In addition, jengki architecture has not been categorized as heritage architecture such as traditional architecture and colonial architecture, so it is very possible that jengki architecture will completely disappear. It is necessary to introduce and learn to students about the existence of jengki architecture as a part of the architectural wealth in Indonesia that is not owned by other countries. To support learning about jengki architecture, an assignment was given where students were asked to analyze the jengki architectural buildings related to the timeline, architectural characteristics, and spirit of jengki architecture, then redesign their respective houses by applying jengki architectural features. This study aims to determine how the application of the Project Based Learning method in the assignment of theoretical courses can help students better understand the theoretical lecture topics being taught. From the research it is known that the Project Based Learning method can be done as a learning tool for theoretical material and can increase student creativity in design.
Pengaruh Susunan Bambu terhadap Peningkatan Kekuatan dan Kekakuan Elemen Struktur Bangunan Noverma Noverma; Yusrianti Yusrianti; Oktavi Elok Hapsari
Jurnal Teknik Sipil Vol. 15 No. 1 (2018)
Publisher : Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (350.431 KB) | DOI: 10.24002/jts.v15i1.3150

Abstract

Abstract: Bamboo is one of the building materials that come from nature, has a very light density. Besides that also has high tensile strength and flexural strength. Bamboo in construction activities can also reduce environmental impacts. Base on its characteristics, bamboo can support the concept of green buildings and earthquake-resistant buildings. As a building material, bamboo can be used as structural and non-structural elements in building construction. Properties of bamboo,with high flexural strength, are interesting to be studied. Because besides being a strength, it is also a weakness related to the convenience of construction. In practice in the field, the use of bamboo as beam elements when the load is applied, bamboo suffers from a high deflection that exceeds the permit deflection and causes discomfort to the structure's function. One of the solutions is to combine bamboo culms. This research is to compare the strength and stiffness of bamboo culmscombined with two bamboo culms and three bamboo culms and then modeled as beam elements, and then apply the bending load till the ultimate limit. The results reveal that load and stiffness increased with the number of bamboo culms is combined. The percentage increase in load and stiffness reached 44% and 5.35% with the stacking of two bamboo culms and 169% and 9.62%with three bamboo culms. Abstrak: Bambu merupakan salah satu material bangunan yang berasal dari alam dan mempunyai berat jenis yang ringan, serta kuat tarik dan kuat lentur yang tinggi. Disamping itu pemanfaatan bambu dalam kegiatan konstruksi juga dapat mengurangi dampak lingkungan. Berdasarkan ciri tersebut, bambu dapat menjadi alternativ dalam mendukung konsep green building dan bangunan tahan gempa dalam desain konstruksi. Sebagai bahan bangunan, bambu dapat dimanfaatkan sebagai elemen struktur maupun elemen non struktur. Salah satu sifat bambu yang menarik untuk diteliti adalah permasalahan kuat lentur bambu yang tinggi. Sifat ini selain menjadi keunggulan juga dapat menjadi kelemahan, hal ini terkait kenyamanan fungsi struktur yang harus dipenuhi pada suatu konstruksi. Salah satu solusi untuk mengatasi kelemahan ini, dapat dilakukan dengan menyusun batang-batang bambu dalam penggunaannya sebagai elemen struktur. Penelitian dilakukan dengan mengkomparasi kekuatan dan kekakuan satu batang bambu terhadap batang bambu yang disusun dua dan batang bambu yang disusun tiga yang dimodelkan sebagai elemen balok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan beban dan kekakuan seiringbanyaknya jumlah susunan batang bambu. Porsentase peningkatan beban terhadap bambu tunggal mencapai 44% untuk bambu susun 2 dan 169% untuk bambu susun 3. Sedangkan porsentase kekakuan terhadap bambu tunggal naik 5,35% untuk bambu susun 2 dan 9,62% untuk bambu susun 3.
ESTIMASI PENDAPATAN DAN TINGKAT KERENTANAN PENGHIDUPAN NELAYAN DALAM MENGHADAPI VARIABILITAS MUSIM DI KABUPATEN LUMAJANG Indah Fitriani; Asri Sawiji; Noverma Noverma
Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 16, No 2 (2021): DESEMBER 2021
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Eonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jsekp.v16i2.9543

Abstract

Perubahan musim mengakibatkan terjadinya pola pergeseran musim barat ataupun timur dan kondisi perairan laut yang tidak dapat diprediksi. Hal ini menyebabkan jumlah hari melaut menjadi tidak menentu yang mempengaruhi besaran pendapatan nelayan. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi besar pendapatan kelompok nelayan di Pantai Dampar, Kabupaten Lumajang saat musim timur dan barat, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi, serta tingkat kerentanan penghidupan nelayan dalam menghadapi variabilitas musim. Jumlah sampel penelitian sebanyak 66 orang dari total 78 orang nelayan di Pantai Dampar yang tergabung dalam Kelompok Usaha Bersama Nelayan (KUBN Dampar). Analisis untuk mengetahui besar pendapatan kelompok nelayan diperoleh dari selisih antara penerimaan total dengan total biaya operasional. Selanjutnya, analisis faktor penentu dilakukan menggunakan analisis regresi linear berganda menggunakan SPSS versi 25, sedangkan terkait tingkat kerentanan dianalisis menggunakan metode Livelihood Vulnerability Index (LVI). Hasil analisis menunjukkan bahwa pendapatan nelayan pada musim timur lebih tinggi dibandingkan musim barat. Persentase selisih pendapatan nelayan pada musim timur dibandingkan pada musim barat sebesar 34% pada kelompok nelayan pancing, 14% pada kelompok nelayan jaring dan 16% pada kelompok nelayan pancing dan jaring. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi meliputi: jumlah hari melaut, jarak tempuh, kedalaman, lama melaut, pengalaman, tinggi gelombang, angin dan hujan. Namun lama melaut mempunyai pengaruh paling besar dengan persentase 36,5 %. Hasil analisis LVI menunjukkan bahwa tingkat kerentanan untuk semua kelompok nelayan masuk dalam ketegori rentan dengan skala LVI sebesar 0,28 sampai 0,31. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi skala LVI, maka kelompok nelayan semakin rentan terhadap variabilitas musim, sehingga pendapatan yang diperolehnya lebih sedikit jika dibandingkan dengan kelompok nelayan lainnya. Penilaian pada lima modal yakni modal sosial, ekonomi, manusia, fisik, dan alam masih perlu dilakukan guna mendukung tingkat resiliensi atau kelompok nelayan.Title: Income Estimation and Fishers Livelihood Vulnerability in Facing Season Variability in Lumajang DistrictSeason change results in shifting patterns of west or east monsoons and unpredictable marine conditions. This causes days of fishing become uncertain that may affect income of fishers. This study aims to determine the income of fishers in Dampar Beach, Lumajang Regency during east and west seasons and determine the vulnerability index of fishers’s livelihood in facing season variability. Research was conducted on 66 members of fishers joint venture group in Dampar Beach (KUBN Dampar). Determining income of the fishers group is obtained from the subtraction of total fishing revenue with total operating costs. Furthermore, determinant factors were analyzed by multiple linear regression with SPP version 25; whilst the vulnerability index to season variability was analyzed using Livelihood Vulnerability Index (LVI) method. The results show that income of fishers in east season is higher than in west season. Income differences between east season and west season were 34%, 14% and 16% for fishing line group, net fishing group and both fishing line and net fishing group, respectively. Determinant factors were day of fishing, distance of fishing area, fishing depth, days at sea, experience, wave height, wind velocity, and rainfall. Days at sea was the most significant factor. LVI analysis shows that vulnerability levels of all fishing groups were vulnerable with LVI scale between 0,28 and 0,31. Results also show that should the LVI scale be higher, the group of fishers would become vulnerable to season variability; hence, income of the fishers would be lower than other groups of fishers. Assessment on five capitals (social, economic, human, physical, and natural capital) needs to be supported to enhance the resilience level of the fishers group.
Analisa Dampak Pembuangan Limbah Pengolahan Tepung Ikan Terhadap Kualitas Air Sungai dan Ekosistem Mangrove di Sungai Kalimireng, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik Miftakhul Khoiri; Mauludiyah Mauludiyah; Noverma
Al-Ard: Jurnal Teknik Lingkungan Vol. 5 No. 2 (2020): Maret
Publisher : Department of Environmental engineering, Faculty of Science and Technology, Islamic State University Sunan Ampel Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (687.194 KB) | DOI: 10.29080/alard.v5i2.539

Abstract

Keberadaan industri pengolahan tepung ikan yang beroperasi di bantaran Sungai Kalimireng, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik dimungkinkan dapat menimbulkan permasalahan lingkungan akibat resiko pencemaran limbah cair pengolahan tepung ikan. Penelitian ini bertujuan menganalisis kualitas Sungai Kalimireng di
Analisis Sifat Fisis Penyerapan Air Pada Paving Block Dengan Campuran Variasi Limbah Abu Ketel dan Limbah Botol Plastik Yusrianti Yusrianti; Noverma Noverma; Oktavi Elok Hapsari
Al-Ard: Jurnal Teknik Lingkungan Vol. 5 No. 1 (2019): September
Publisher : Department of Environmental engineering, Faculty of Science and Technology, Islamic State University Sunan Ampel Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (529.24 KB) | DOI: 10.29080/alard.v5i1.747

Abstract

Abu ketel dan ampas tebu memiliki perbedaan dalam stuktur fisiknya, oleh karena itu pengelolaan dan pemanfaatannya juga terbatas. Pada Pabrik Gula Kremboong kapasitas penggilingannya adalah 2700 ton/hari. Produksi gula yang cukup tinggi juga berdampak pada limbah pabrik yang dihasilkan. Limbah abu yang dihasilkan setiap harinya tidak kurang dari 115 kwintal. Plastik merupakan limbah yang akan terus menjadi permasalahan lingkungan apabila tidak tertangani secara baik. Paving block sering digunakan untuk jalan dengan perkerasan kelas ringan, trotoar, taman, dan penutup permukaan yang fungsinya masih mampu menyerap air di permukaan. Paving block banyak digunakan karena kemudahan dalam pemasangan dan perawatannya. Salah satu alternatif penanganan limbah padat yang dapat dilakukan adalah dengan memanfaatkan abu ketel menjadi campuran paving blok, dengan variasi menggunakan penambahan limbah plastik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif eksperimen. Pengaruh penambahan limbah abu ketel dan limbah plastik terhadap kemampuan penyerapan air pada paving block cukup berpengaruh. Dan pada penyerapan air paving block menunjukkan variasi campuran 5% dan 7% dengan hasil dibawah 2%, ini memenuhi persyaratan mutu paving block sesuai SNI 03-0691, 1996.
Laju penempelan macrofouling pada tiang pancang jembatan Suramadu Wildan Al-Kautsar; Rizqi Abdi Perdanawati*,; Noverma Noverma
Jurnal Ilmu Kelautan Kepulauan Vol 3, No 2 (2020): Jurnal Ilmu Kelautan Kepulauan
Publisher : Fakultas Perikanan dan Kelautan. Universitas Khairun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33387/jikk.v3i2.2587

Abstract

Peristiwa korosi atau degradasi komponen beton dan baja jembatan di lingkungan lautdapat disebabkan oleh penempelan biota laut (macrofouling).Penempelan macrofouling pada tiang pancang jembatan Suramadu akan menyebabkan kerusakan akibat kehadiran biota tersebut. Tujuan penelitianadalah untuk mengetahui laju penempelan macrofouling pada tiang pancang jembatan Suramadu.Metode yang digunakan dalam penentuan titik pengamatan adalah purposive sampling dengan pertimbangan cahaya matahari dan jarak titik pengamatan dengan garis pantai. Data individu macrofouling diperoleh menggunakan kuadran ukuran 20×20 cm. Hasil pengukuran parameter oseanografiasih mendukung terhadap penempelan macrofouling karena masih dalam batas toleransi untuk kehidupan dan penempelan macrofouling. Laju penempelan macrofouling menunjukkan peningkatan selama masa penelitian dengan lajupenempelan macrofouling pada stasiun I3175ind/m2/minggu titik A (sisi timur) dan 3875 ind/m2/minggu titik B (sisi barat), stasiun pengamatan II memiliki laju penempelan 8700ind/m2/minggu titik C (sisi timur) dan 16544ind/m2/minggu titik D (sisi barat).Kata kunci: Macrofouling, laju penempelan, tiang pancang, jembatan Suramadu
Pemetaan Tingkat Kerentanan Wilayah Pesisir Terhadap Perubahan Iklim di Kecamatan Gending, Kabupaten Probolinggo Silvy Ana Dwi Fallahiyah; Asri Sawiji; Noverma Noverma
Jurnal Kelautan Nasional Vol 18, No 2 (2023): AGUSTUS
Publisher : Pusat Riset Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jkn.v18i2.10246

Abstract

Kecamatan Gending, Kabupaten Probolinggo merupakan kawasan industri yang mulai berkembang di pesisir utara Jawa Timur. Perkembangan industri tersebut memicu terjadinya pemanasan global (perubahan iklim) yang dapat memberikan dampak negatif bagi lingkungan diantaranya adalah abrasi pantai, kemunduran garis pantai, konflik penggunaan lahan, kerusakan fisik khususnya habitat pesisir, dan lain sebagainya. Perubahan iklim yang yang terjadi terus-menerus akan dapat meningkatkan kerentanan wilayah terhadap bencana salah satunya adalah banjir rob. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tingkat kerentanan di wilayah tersebut terhadap perubahan iklim menggunakan metode Coastal Vulnerability Index (CVI). Metode CVI merupakan metode pembobotan relatif berbasis skala indeks dari parameter fisik. Parameter fisik yang digunakan dalam penelitian ini meliputi parameter pasang surut, tinggi gelombang, kemiringan pantai, perubahan garis pantai, kenaikan muka air laut, ketinggian permukaan tanah dan geomorfologi (tutupan lahan). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kecamatan Gending yang meliputi beberapa Desa diantaranya Desa Curahsawo, Desa Pajurangan, Desa Gending, Desa Pesisir dan Desa Klaseman memiliki tingkat kerentanan yang sedang dengan parameter paling berpengaruh adalah kenaikan muka air laut, dan parameter yang paling rendah pengaruhnya adalah parameter tinggi gelombang. Berdasarkan hasil analisis tersebut maka diperlukan upaya penanggulangan berupa kegiatan mitigasi baik secara hard structure maupun soft untuk mengurangi dampak dari bencana banjir rob di wilayah pesisir.
Marketing Assistance for Processed Agricultural Products in Kandangtepus Village, Senduro District, Lumajang Regency Noverma Noverma
Jurnal Abdi Masyarakat (JAM) Vol 9, No 1 (2023): JAM (Jurnal Abdi Masyarakat)-September 2023
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22441/jam.v9i1.20531

Abstract

The village of Kendang Tepus Lumajang is an area rich in agricultural products and currently has several processed products such as banana chips, coffee and milk. The problem experienced is that business actors have difficulty in marketing them, thus making it difficult for this business to develop. Overcoming these problems, then the aim of this research is to provide assistance in product marketing techniques. Assistance is carried out using the Community Based Research (CBR) approach. The stages begin with training on packaging making, efforts to obtain official permits so that products are more reliable and then carry out extensive promotions. The results of the current attenuation are that most people already know marketing techniques ranging from packaging methods to make it more attractive, official permits to be marketed more broadly and promotional techniques both by opening a place of business, collaboration with souvenirs and also marketing through social media.