Articles
Tafsir Ayat-Ayat Sosial Politik
Ahmad Bastari
Al-Fath Vol 6 No 2 (2012): Desember 2012
Publisher : Department of Ilmu al-Qur'an dan Tafsir, Faculty of Ushuluddin and Adab, State Islamic University of Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Indonesia
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.32678/alfath.v6i2.3219
Tulisan ini membahas karya Syu’bah Asa se-orang–yang dapat digolongkan–mufasir modern. Dalam pemaparan-nya, sangat kontektual selalu aktual dan faktual. Tafsir Syu’bah tergolong tematik (maudhu’i), tetapi cara penyajian-nya tergolong unik. Karena dalam teorinya tafsir tematik terdiri dari satu tema yang menghimpun sejumlah ayat yang semakna atau relevan dengan tema tersebut kemudian baru dijelaskan mak-sudnya, atau cara lainnya adalah dengan mengambil satu surat dengan tema hal yang menonjol dalam surat tersebut. Tafsir karya Syu’bah merupakan salah satu usaha yang besar dengan terobosan-terobosan pemikiran tafsir, sekalipun ia melakukan pendobrakan terhadap makna tafsir yang dipegangi selama ini serta memberikan inter-pretasi yang semakin meluas.
NILAI-NILAI HUMANISME DALAM ETIKA PEPERANGAN (KAJIAN AYAT-AYAT QITAL)
M. Toyib;
Ahmad Bastari;
Masruchin Masruchin
Jurnal Semiotika Quran Vol 2 No 2 (2022): Jurnal Semiotika-Q: Kajian Ilmu al-Quran dan Tafsir
Publisher : Program Magister Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir, Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (436.784 KB)
|
DOI: 10.19109/jsq.v2i2.15058
Kajian Ilmiah ini membahas kaitannya nilai pada humanisme mengenai etika dalam peperangan (Kajian mengenai ayat Qital). Adanya pembaharuan kontektual humanisme yang menjadi unsur pokok dalam pengembangan baru untuk terkhusus umat Islam. Dengan terlihat keadaan yang terjadi, dengan terindikasi pemahaman yang belum terperinci dalam memahami ayat-ayat peperangan, sehingga menimbulkan masalah seperti pahami megenai ayat jihad. Jelaslah teruntuk seseorang yang hanya memahami dengan satu aspek justru akan memunculkan yang fatal dalam memahi konteks dari pada ayat-ayat qital yang dimaksud. Hal tersebut menjadikan wawasan baru, untuk menemukan relevansi dan menciptakan harmoni sosial seperti yang diharapkan Islam. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kepustakaan. Untuk itu digunakan bahan-bahan kepustakaan dengan sumber utama primer yakni kitab tafsir ibnu katsir persi indnesia, Fī Zilâl Qur’an, tafsir Al-Azhar. dan mengenai sumber primer contohnya tesis, skripsi, dan artikel ilmiah. Dalam mengolah data, penulis lebih dulu mengumpulkan ayat-ayat dalam Al-Qur‟an yang menyebut dan membahas qitâl dalam Al-Qur‟an. Kemudian penulis terkumpulnya mengenai ayat yang menyebut kata qitâl diringkas dan dikorelasikan dengan perpekstif humanisme. Demikian dapat diperoleh beberapa kesimpulan termasuk diantaranya; bahwasanya masalah yang ada menjangkiti masyarakat dunia pada umumnya lebih dikarenakan pudarnya rasa peduli terhadap sesama insan atas dasar kepentingan pribadi dan kelompok. Kemudian kontekstual perang saat ini bukan mendasar pada peperangan pada umumnya yang terjadi pada zaman nabi, akan tetapi rusaknya sebuah peradaban karena tidak mampu memerangi pembaharuan teknologi yang menurunkan keimanan.
Textual Preferences for the Interpretation of Verses on Social Equality: Study of Wahbah al-Zuhaili's Interpretation in Tafsir al-Munir
Ahmad Bastari
Jurnal Semiotika Quran Vol 4 No 1 (2024): Jurnal Semiotika-Q: Kajian Ilmu al-Quran dan Tafsir
Publisher : Program Magister Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir, Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.19109/jsq.v4i1.22622
This article aims to find out Wahbah al-Zuhaili’s interpretation of the verses on social equality. This is motivated by the fact that al-Zuhaili, who lives in contemporary times, who should interpret contextually, has analyzed the verses on social equality textually. By using qualitative methods and descriptive-analytical data analysis, this article concludes that al-Zuhaili’s interpretation of verses relating to social equality tends to use a textual approach to verses. This can be found in the three examples of al-Zuhaili’s interpretation regarding the verses on social equality, namely equality between the people and leaders (referring to QS. al-Maidah [5]: 42), equality between the rich and poor (referring to QS. al-Nisa' [4]: 135), and equality between men and women (referring to QS. al-Hujurat [49]: 13). In interpreting these three main themes, al-Zuhaili reviews the verses textually in a coherent manner and does not discuss the importance of being fair, equal, moderate and not comparing people in the current context. Al-Zuhaili’s interpretation shows that even though he lived in contemporary times, in interpreting the Qur'an he did not adapt it to the social conditions that surrounded his life.
Pesan-Pesan Al-Qur’an untuk Ulul Albab: Studi Tematik dengan Pendekatan Munasabah
Bastari, Ahmad
Jurnal Semiotika Quran Vol 4 No 2 (2024): Jurnal Semiotika-Q: Kajian Ilmu al-Quran dan Tafsir
Publisher : Program Magister Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir, Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.19109/jsq.v4i2.24480
Artikel ini bertujuan untuk mengetahui pesan-pesan al-Qur’an untuk Ulul Albab dengan mengacu pada ayat-ayat al-Qur’an tentang Ulul Albab yang disebutkan sebanyak 16 kali. Penelitian ini melakukan kajian dengan menggunakan metode kualitatif, jenis penelitian kepustakaan dan teknik anlisis data berupa deskriptif-analitis. Dengan menelaah ayat-ayat Ulul Albab dengan metode tematik dan pendekatan munasabah, hasil penelitian menunjukkan bahwa Ulul Albab merupakan sosok yang memiliki wawasan yang luas dan tajam dalam menganalisis setiap masalah serta tidak menutup diri dari semua masukan yang datang dari orang lain. Ulul Albab mampu menggunakan akalnya untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah dengan cara mengingat (dzikr) serta memikirkan (tafakkur) semua keindahan dan rahasia-rahasia ciptaan-Nya. Secara khusus, al-Qur’an memberikan pesan kepada mereka agar senantiasa dipedomani dan diamalkan dalam kehidupannya, yakni (1) mengambil i’tibar dari kisa-kisah nabi terdahulu, yang secara implisit disebutkan kisah Nabi Yusuf, kisah Nabi Ayyub, dan kisah Nabi Musa, (2) berpedoman pada ayat-ayat al-Qur’an, (3) senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada Allah, dan (4) menegakkan amr ma’ruf nahi munkar. Meskipun pesan ini ditujukan kepada Ulul Albab secara khusus, tetapi dapat juga dipedomani dan diamalkan oleh umat Muslim agar menjadi insan yang lebih baik.
Sirr dan Jahr dalam Bacaan Sholat Perspektif Ma’anil Hadits
Rian Rahmat Hidayat;
Ghozali, Abdul Malik;
Bastari, Ahmad
AN NUR: Jurnal Studi Islam Vol. 16 No. 02 (2024): July - December
Publisher : Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) An-Nur Yogyakarta Komplek PP An Nur Ngrukem PO BOX 135 Bantul 55702 Yogyakarta Tlp/Fax (0274) 6469012. http://jurnalannur.ac.id/
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.37252/annur.v16i02.957
With the books of hadith and syarah as the primary sources, this essay seeks to investigate scholarly perspectives on the recitation of sirr and jahr in prayer as well as relevant hadiths. This study compares scholarly perspectives about the interpretation of sirr and jahr and conducts a thorough hadith analysis using the book of Syarah. This research used a qualitative methodology with an emphasis on content analysis using data from the literature. The study's conclusions demonstrate that the relevant hadiths provide a thorough justification for the recital of sirr and jahr during prayer. Yearning to enhance spiritual appreciation and benefit the makmum who hears it, jahr is said throughout the Maghrib, Isha, and Fajr prayers. Conversely, the recital of sirr, as in the prayers of Dhuhur and Asr, seeks to preserve individual solemnity and prevent disruption of the surrounding environment. This research highlights how crucial it is to have a thorough comprehension of the wisdom behind each instruction while putting the teachings of the Prophet Muhammad SAW into practice via prayer.
STRATEGI PERANG BADAR MENURUT IBNU HISYAM DAN AL-THABARI
Bastari, Ahmad
JURNAL TAPIS Vol 7 No 2 (2011): Jurnal Tapis : Jurnal Teropong Aspirasi Politik Islam
Publisher : Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.24042/tps.v7i2.1537
Abstrak Sirah merupakan bagian dari sumber hukum dalam memahami agama bahkan menjadi bagian dari syarat seorang mujtahid yang akan mengistinbat sebuah hukum. ini karena sirah memiliki peranan penting dalam menterjemahkan maksud dan tujuan sari tindakan Rasulullah saw. Perang Badar, merupakan perang pertama yang terjadi antara kaum muslimin dan kaum Quraisy dan dalam perang ini kaum muslimin mendapat kemenangan mutlak. Kemenangan pasukan Muhammad di depan pasukan besar Quraisy mengundang banyak pertantanyaan. Diantaranya adalah mengenai strategi yang dipakai oleh baginda dan para sahabat sehingga mereka bisa memenangkan pertempuran, padahal secara kuantitas personal dan kualitas amunisi perang juga tidak sebanding. Makalah ini mencoba untuk menjelaskan persoalan diatas secara jelas agar bisa menjadi pelajaran bagi umat di akhir zaman ini agar mereka bisa memenangkan pertarungan idiologi dan teknologi di era globalisasi sekarang ini. Kata Kunci: Strategi Perang, Ibnu Hisyam, At-Thabari
KONTEMPLASI POLITIK (BELAJAR DARI KISAH PERANG BADAR MENURUT SIRAH IBNU HISYAM DAN AL-THABARI)
Bastari, Ahmad
JURNAL TAPIS Vol 9 No 1 (2013): Jurnal Tapis : Jurnal Teropong Aspirasi Politik Islam
Publisher : Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.24042/tps.v9i1.1572
Abstrak Pada saat Nabi sudah hijrah ke Madinah memang masih sering terjadi peperangan antara orang Islam dengan kafir Quraisy, diantaranya adalah perang Badar. Perang badar ini merupakan salah satu perang yang sangat menentukan masa depan negara Islam.[1] yang terjadi pada tahun kedua di daerah Badar kurang lebih 120 km dari Madinah. Pada dasarnya perang badar ini ada tiga macam, yaitu perang Badar pertama, perang badar kubra, dan perang badar yang terakhir (Ghazwah al-Sawiq) terjadi pada abad keempat hijrah. Namun dalam makalah ini hanya kita fokuskan pada perang Badar Kubra saja yang dianggap sangat penting bagi perkembangan Islam. Perang badar kubra ini didahului oleh Sariyah Abdullah Ibn Jahsy ke daerah Nakhlah yang berada di antara Mekkah dan Thaif yang terjadi pada bulan Rajab tahun ke-2 H. Sariyah inilah yang menjadi penyebab paling kuat terhadap perang Badar Kubra.Kata Kunci: Kontemplasi, Politik, Perang Badar[1] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam. (Jakarta Raja Grafindo Persada, 1997) cet 6, hal 27
EKSISTENSI KITAB SUBUL AL-SALĀM SEBAGAI SYARAH KITAB BULŪGH AL-MARĀM
Bastari, Ahmad
AL-DZIKRA: JURNAL STUDI ILMU AL-QUR'AN DAN AL-HADITS Vol 10 No 1 (2016)
Publisher : Faculty of Ushuluddin and Religious Study, Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.24042/al-dzikra.v10i1.1822
AbstrakSubul al-salām merupakan kitab syarah Bulūgh al-marām yang paling populer. Ia juga merupakan salah satu kitab syarah hadits yang paling banyak dikaji di berbagai pondok pesantren di Indonesia. Hal ini tidak lepas dari kebutuhan akan pemahaman yang lebih mendalam akan kitab Bulūgh al-marām yang notabene merupakan salah satu kitab hadits yang paling banyak dikaji di Indonesia. Secara konklusif, ditinjau dari sudut pandang madzhab, kitab Subul al-salām merupakan salah satu kitab lintas madzhab yang meng-counter keempat madzhab, seperti halnya Bidayah al-Mujtahid-nya Ibn Rusyd. Kata Kunci: Syarah, Lintas Mazhab
Pemahaman Hadis Kebersihan Lingkungan dan Relevansinya dengan Konsep Zero Waste
Bastari, Ahmad
Ta’wiluna: Jurnal Ilmu Al-Qur'an, Tafsir dan Pemikiran Islam Vol. 6 No. 1 (2025): Ta’wiluna: Jurnal Ilmu Al-Qur’an, Tafsir dan Pemikiran Islam
Publisher : Lembaga Penelitian, Penerbitan dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP3M) IAIFA Kediri
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.58401/takwiluna.v6i1.2016
This article aims to discuss the understanding of hadith regarding environmental cleanliness, directed towards finding its relevance to the zero waste concept, which is a principle aimed at reducing waste to zero, leading to better environmental management. This concept not only focuses on the collection of waste in specific locations but also aims to decrease the ever-increasing amount of waste. The article employs a qualitative method, utilizing library research and descriptive-analytical data analysis. Consequently, the article concludes that the understanding of hadith on environmental cleanliness has a strong relevance to the zero waste concept, as both share the same objectives. This is evident from the vision of zero waste, which emphasizes waste reduction and transportation in alignment with the hadiths on environmental cleanliness. This relevance encourages environmental awareness by minimizing waste in public spaces, homes, rivers, and land. Therefore, it is not an exaggeration to state that the zero waste concept can be regarded as an implementation of the hadiths on environmental cleanliness.