Dwi Basuki Wibowo
Unknown Affiliation

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

DISTRIBUSI TEGANGAN PADA PERCABANGAN PIPA 90O AKIBAT TEKANAN INTERNAL MENGGUNAKAN MEH Suprihanto, Agus; Satrijo, Djoeli; Basuki Wibowo, Dwi
TEKNIK Volume 28, Nomor 2, Tahun 2007
Publisher : Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (178.992 KB) | DOI: 10.14710/teknik.v28i2.2113

Abstract

Piping system is very important in many industries. Ones of crucial in design of piping system are todetermine the stress distribution around the branch. In this research, the distributed stress over 90o branchpiping system was evaluated with finite element method. Five models piping 90o branch which differentratio of diameter of pipe have been developed. The load applied on the models is internal pressure.The results indicate that around the branch there is stress distribution. The maximum stress is located atcenter of the branch but decrease significantly in the distance 30mm-45mm from it. Beyond the distance75mm from center, for diameter ratio 1, the model gives good agreement with experiment data
Pengaruh Penambahan Mn 1,3% dan Quenching Pada Besi Cor Kelabu Terhadap Struktur Mikro dan Sifat Mekanis Gunawan Dwi Haryadi; Dwi Basuki Wibowo; Sumar Hadi Suryo; Budi Setiyana; I.M.W EKAPUTRA
TRAKSI Vol 21, No 1 (2021): TRAKSI
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26714/traksi.21.1.2021.38-55

Abstract

Besi cor kelabu merupakan salah satu material yang paling sering digunakan karena mudah dibentuk dalam bentuk rumit, proses pembuatan yang mudah, mudah dalam proses pemesinan, dan harganya yang relatif murah. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari penambahan unsur mangan dan proses quenching terhadap nilai kekerasan dan perubahan struktur mikro yang terbentuk. Karakteristik dari besi cor kelabu ditentukan oleh kadar karbon yang terdapat di dalam struktur pembentuknya. Untuk meningkatkan sifat mekanis, besi cor kelabu dapat ditambahkan unsur paduan lain yang sesuai, salah satunya adalah unsur mangan. Unsur mangan dapat meningkatkan kekerasan besi cor kelabu. Selain penambahan unsur paduan lain, untuk meningkatkan sifat mekanis besi cor kelabu dapat dilakukan dengan proses perlakuan panas quenching. Penambahan unsur mangan sebesar 1,3% ini dilakukan ketika proses pengecoran besi cor kelabu dilakukan dengan metode open ladle. Mangan disebut sebagai unsur penstabil austenite penggalak pearlite Unsur mangan dapat menurunkan temperatur eutectoid yang mengakibatkan kisaran austenite meningkat, sehingga fase yang dominan terbentuk adalah pearlite. Besi cor kelabu terbentuk akibat pendinginan lambat ketika proses pengecoran, sehingga laju pendinginan lambat ini mengakibatkan fase austenite cenderung berubah membentuk pearlite.. Proses quenching dilakukan untuk melihat adanya perubahan fase yang terjadi. Pemanasan pada suhu 9000C mengakibatkan karbon terdifusi untuk membentuk struktur lain ketika dipanaskan, selanjutnya dilakukan proses pendinginan cepat menggunakan media air. Hasil pengujian kekerasan pada spesimen, terlihat kekerasan tertinggi dimiliki besi cor kelabu Fc-25 dengan Mn 1,3% setelah quenching sebesar 433,943 kg/mm2, dibandingkan dengan tanpa perlakuan memiliki kekerasan sebesar 224,336 kg/mm2. Pada spesimen besi cor kelabu Fc-25 setelah quenching memiliki kekerasan sebesar 173,743 kg/mm2, dibandingkan dengan tanpa perlakuan memiliki kekerasan sebesar 153,221 kg/mm2. Hasil yang didapatkan dari pengujian ini adalah unsur mangan dan proses quenching dapat meningkatkan nilai kekerasan dari spesimen pengujian.
PENGARUH VARIASI MASSA REFRIGERAN R-12 DAN PUTARAN BLOWER EVAPORATOR TERHADAP COP PADA SISTEM PENGKONDISIAN UDARA MOBIL Dwi Basuki Wibowo; Muhammad Subri; Agus Hariyanto
TRAKSI Vol 4, No 1 (2006): TRAKSI
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (185.034 KB) | DOI: 10.26714/traksi.4.1.2006.%p

Abstract

Refrigeran merupakan salah satu yang paling sering kita lihat dan kita gunakan.Refrigeran R-12 secara berangsur-angsur mulai tidak di konsumsi,ini dikarenakan refrigeran tersebut mempunyai efek negatif terhadap lingkungan seperti merusak lapisan ozon dan sifat menimbulkan pemanasan global.penelitian ini bertujuan untuk membandingkan coefficient of performance (COP) antara High Cool dengan Low Cool, dengan memvariasikan putaran blower, isian refrigeran pada putaran yang tetap.   Kata Kunci : Variasi putaran blower, massa refrigeran , COP.
STUDI TENTANG PENENTUAN WAKTU, ONGKOS DAN EFISIENSI PEMESINAN SERTA KORELASINYA DENGAN KUALITAS PRODUK PADA PROSES TURNING DENGAN MESIN BUBUT CNC TU-2A Dwi Basuki Wibowo; - Sugiyanto
TRAKSI Vol 2, No 1 (2004): TRAKSI
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (8320.255 KB) | DOI: 10.26714/traksi.2.1.2004.%p

Abstract

Penelitian ini membahas pengaruh kedalaman pemotongan terhadap angka kekasaran permukaan, ongkos pemesinan terhadap efisiensi pemesinan serta waktu pemotongan total terhadap ongkos pemesinandengan mesin CNC bubw TU-2A. Tujuan penelitian ini adalah menentukan korelasi antar variable pengujian tersebut sehingga dapat diketahui kombinasi putaran spindle kecepatan pemakanan dan kedalaman pemotongan yang ideal dimana produk yang dihasilkan masih relatif halus dan ongkos pemesinannya relatif rendah. Hasil penelitian menunjukan semakin besar kedalaman potong (sampai a : I mm) serta semakin rendah rpm spindle (hingga n = 700 rpm), kekasaran permukaan makin besar. Sementara itu efisiensi pemesinan berkorelasi positif terhadap ongkos pemesinan, padahal efisiensi pemesinan berhubungan langsung (linier) dengan waktu pemesinan. Waktu pemesinan yang rendah bias dicapai dengan menset kedalaman pemotongan tinggi (a = I mrn), putaran spindle tinggi (;= 1200) dankecepatan pemakanan rendah (F = 60 mm/menit), yang bias digunakan untuk proses pengkasaran Sementara untuk proses penghalusan/finishing dianjurkan menggunakan putaran spindle tinggi n : lZ00 rpm, kedalaman pemotongannya rendah a = A,2 mm dan kecepatan pemakanannya rendah F : 60 mm/menit.Kata Kunci I Bubut, CNC, Kekasaran, Korelasi, Ongkos
MEMAHAMI REVERSE ENGINEERING MELALUI PEMBONGKARAN PRODUK DI PROGRAM S-1 TEKNIK MESIN Dwi Basuki Wibowo
TRAKSI Vol 4, No 1 (2006): TRAKSI
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1278.685 KB) | DOI: 10.26714/traksi.4.1.2006.%p

Abstract

Ketrampilan merancang kini telah diajarkan di beberapa jurusan/departemen teknik mesin di Indonesia dengan mencantumkan mata kuliah perancangan misalnya Perancangan Produk, Perancangan Mesin, dll. menggantikan Elemen Mesin yang lebih condong ke KBK Konstruksi. Kegiatan merancang dengan menggunakan konsep reverse engineering memudahkan mahasiswa memahami spesifikasi produk, keunggulan dan kelemahan produk, proses produksi produk serta estimasi biaya produksi sebelum melakukan perancangan produk baru. Tujuan tersebut dapat dicapai melalui pembongkaran produk (yang dianalisa). Paper ini membahas manfaat pembongkaran produk sebagai langkah awal memahami konsep reverse engineering dalam Tugas Perancangan Mesin.   Kata kunci : Perancangan produk, elemen mesin, reverse engineering, tugas perancangan  
PERHITUNGAN FAKTOR KONSENTRASI TEGANGAN PADA PIPA KONSTRUKSI PERCABANGAN 60o AKIBAT GAYA AKSIAL MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA Dwi Basuki Wibowo; - Sugiyanto; Agus Suprihanto
TRAKSI Vol 5, No 1 (2007): TRAKSI
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (217.091 KB) | DOI: 10.26714/traksi.5.1.2007.%p

Abstract

Dewasa ini pipa banyak digunakan untuk elemen struktur misalnya untuk rangka bangunan, konstruksi reklame, tiang listrik dan telepon dll. Seperti halnya dalam sistem perpipaan, penggunaan pipa untuk struktur tidak dapat menghindari adanya percabangan. Hal ini akan menyebabkan konsentrasi tegangan disekitar percabangan tersebut ketika struktur tersebut dikenai pembebanan. Dalam tahapan disain, untuk memperkirakan besarnya tegangan maksimum yang terjadi lazimnya diperlukan faktor konsentrasi tegangan (Kt). Besarnya Kt ini dipengaruhi oleh dimensi dan geometri elemen serta modus pembebanannya. Penelitian ini ditujukan untuk mencari besarnya Kt untuk percabangan pipa 90o yang dikenai beban aksial untuk berbagai rasio perbandingan diameter pipa utama dan cabang dengan metode elemen hingga. Tahapan penelitian berturut-turut adalah geometric modelling, finite element modelling, eksekusi model, analisis distribusi tegangan dan perhitungan Kt. Representasi hasilnya adalah berupa grafik Kt versus d/D dimana d adalah diameter cabang dan D adalah diameter utama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa harga besarnya harga Kt sangat tergantung dari disain pipa konstruksi yang dibuat.   Kata Kunci : Percabangan Pipa,   Faktor   Konsentrasi   Tegangan,   Metode   Elemen Hingga.
LIFETIME PADA PIPA GAS LURUS 14 MENGGUNAKAN METODE RISK BASED INSPECTION BERDASARKAN API 581 Gunawan Dwi Haryadi; Ismoyo Haryanto; Dwi Basuki Wibowo; Agus Suprihanto
TRAKSI Vol 19, No 1 (2019): TRAKSI
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (445.875 KB) | DOI: 10.26714/traksi.19.1.2019.34-47

Abstract

Korosi terjadi tanpa mengenal waktu di segala aspek kehidupan manusia dan dapat mengakibatkan banyak kerugian. Di industri minyak dan gas, kerugian yang terjadi akibat korosi berdampak pada penurunan kualitas material yang digunakan. Dua hal ini berarti berhubungan dengan lamanya operasional alat berfungsi atau kemampuan jangka panjang dari suatu alat dan kemungkinan terjadinya kegagalan pada peralatan yang digunakan. Sehingga jika korosi menyerang, maka selain kerugian finansial yang dialami. Sehingga jika korosi menyerang maka selain kerugian finansial yang dialami, kerugain juga berdampak terhadap lingkungan sekitar dan juga safety dari pekerja dan masyarakat sekitar juga bisa terjadi. Oleh karena itu inspeksi terhadap peralatan yang ada penting untuk dilakukan. Indonesia yang masih mengacu pada inspeksi berdasarkan jangka waktu (time based inspection) masih memberikan peluang untuk terjadinya kegagalan pada peralatan yang digunakan. Oleh karena itu penting untuk menggunakan acuan lain seperti inspeksi berdasarkan tingkat risiko (Risk-Based Inspection)/RBI.Hasil penelitian menunjukan bahwa dari pipeline yang dianalisa yakni berdiameter 14” dengan lama penggunaan 8 tahun memiliki nilai 1C yang berarti berstatus risiko low medium dan mendapatkan respon corrective maintenance. Usulan inspeksi yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan visual, ultrasonic straight beam, eddy current, flux leakage, radiography, dan pengukuran dimensi. Usulan waktu inspeksi yang dapat dilakukan kembali adalah 3 tahun kemudian. Nilai rendah yang diperoleh melalui penelitian ini dikarenakan pipa memiliki system inspeksi yang baik sehingga nilai TMSF tidak mengalami pertambahan yang signifikan