Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Pengaruh Foam Agent dan Polycarboxylate Terhadap Kuat Tekan Beton Ringan struktural Sumiati sumiati sumiati
Portal: Jurnal Teknik Sipil Vol 12, No 1 (2020)
Publisher : Politeknik Negeri Lhokseumawe

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30811/portal.v12i1.1824

Abstract

Pengaruh Foam Agent dan Polycarboxylate Terhadap Kuat Tekan Beton Ringan struktural  Sumiati1, Mahmuda2, Sukarman3, Siswa Indra4Teknik Sipil Politeknik Negeri SriwijayaJl.Srijaya Negara Bukit Besar Palembange-mail: sumiati@polsri.ac.id    Abstrak Beton  mempunyai kuat tekan yang rendah dan tidak sebanding dengan beratnya. Kuat tekan beton ringan sebanding dengan density nya, di mana semakin tinggi kuat tekan beton, maka semakin tinggi density nya dan sebaliknya. Beton ringan dapat dibuat dengan mengganti agregatnya dengan agregat ringan atau dengan membuat foam pada campuran mortarnya. Penelitian ini akan menggunakan pecahan batu bata sebagai agregat kasar untuk mengurangi berat beton ringan dan mengganti sebagian pasir dengan abubatu, sehingga akan didapat suatu gradasi agregat gabungan berdasarkan SNI 03-2834-1993. Pengujian kuat tekan dilakukan pada umur 28 hari pada benda uji ber diameter ± 15 cm dan  tinggi ± 30 cm, sebanyak 60 sampel. Foaming agent yang ditambahkan bervariasi 0-3,5% dari berat air dan  Polycarboxylate  Ether bervariasi 0,5%-1,5% terhadap berat semen.Penggunaan foaming agent sangat berpengaruh terhadap kuat tekan, berat jenis dan porositas beton ringan. Kuat tekan beton  ringan struktural 17,42 MPa didapatkan pada penambahan foaming agent sebesar 0,5% dan 1,5 % serta Polycarboxylate sebesar 0%. Sedangkan jika menggunakan  Polycarboxylate sebesar 0,5% dan  Foaming agent bervariasi 1,5%;  2,5% dan 3,5% akan didapatkan kuat tekan 21,67 MPa serta berat jenis yang  memenuhi persyaratan sebagai beton ringan struktural (SNI 03-3449-2002).Kata kunci: Foam, Polycarboxylate, beton Ringan, Kuat Tekan. Abstract Concrete has a low compressive strength and is not proportional to its weight. The compressive strength of lightweight concrete is proportional to its density, where the higher the compressive strength of concrete, the higher its density and vice versa. Lightweight concrete can be made by replacing the aggregate with a lightweight aggregate or by making foam in the mortar mixture.This study will use brick fragments as coarse aggregates to reduce the weight of lightweight concrete and replace some sand with fly ashes, so that a aggregate gradation will be obtained based on SNI 03-2834-1993. Compressive strength testing was carried out at 28 days on specimens with a diameter of ± 15 cm and height of ± 30 cm, as many as 60 samples. The added of foaming agent varies from 0-3.5% by weight of water and the variety of Polycarboxylate Ether adding is from 0.5% to 1.5% by weight of cement.The use of foaming agents greatly affects the compressive strength, specific gravity and porosity of lightweight concrete. Compressive strength of structural lightweight concrete 17.42 MPa was obtained by foaming agents adding of 0.5% and 1.5% and Polycarboxylate of 0%. Whereas if using Polycarboxylate is 0.5% and Foaming agent varies 1.5%; 2.5% and 3.5% will be obtained compressive strength 21.67 MPa and specific gravity that eligible for structural lightweight concrete (SNI 03-3449-2002).Key word: Foam, Polycarboxylate, lightweight concrete, Compressive strength
Pemanfaatan Biji Karet Sebagai Agregat Kasar Terhadap Workability dan Kuat Tekan Beton Ringan Sumiati sumiati; Mahmuda Mahmuda; Fadhilla Firdausa
TEKNIKA Vol. 13 No. 2 (2019): Teknika Juli - Desember 2019
Publisher : Politeknik Negeri Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5281/zenodo.3839308

Abstract

PEMANFAATAN BIJI KARET SEBAGAI AGREGAT KASAR TERHADAP WORKABILITY DAN KUAT TEKAN BETON RINGAN Sumiati *1, Mahmuda 2, Fadhilla Firdausa 31 , 2, 3Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri sriwijaya Palembange-mail: *1sumiati@polsri.ac.id., 2mahmuda@polsri.ac.id, 3fadhila.firdausa.ff@gmail.com AbstrakBeton ringan mempunyai keunggulan pada beratnya, sehingga dapat memimalisir momen lentur dan memitigasi gempa bumi.  Salah satu cara untuk membuat beton menjadi ringan adalah dengan mengganti agregatnya dengan agregat ringan. Penelitian ini  bertujuan untuk mendapatkan workability dari beton segar yang baik, sehingga akan didapatkan kuat tekan optimum dengan menggantikan sebagian agregat kasar dengan biji karet. Pengujian dilakukan terhadap 84 sample beton berdiameter 15 cm dan tinggi 30cm. Biji karet yang menggantikan agregat kasar bervariasi 0%-30% terhadap berat agregat  kasar. Sebelum pengujian kuat tekan, sample dicuring terlebih dahulu dan dilakukan pengujian setelah berumur 7; 14; 21 dan 28 hari. Berdasarkan (SNI 03-3449-2002) dan hasil pengujian didapatkan bahwa jika biji karet yang menggantikan coarse aggregate <10%, dapat digolongkan beton ringan struktural,  sedangkan jika agregat kasar yang digantikan >10% maka digolongkan  beton ringan non struktural. Penggunaan biji karet <10% mempunyai workability yang baik, semakin banyak biji karet yang digunakan semakin buruk workability nya.  Kata Kunci: biji karet, beton ringan, workability AbstractLightweight concrete has an advantage in weight, which may reduce the bending moment and prevent the effect when earthquakes occur. One of the methods to make concrete lightweight is replace the conventional aggregate using lightweight aggregate. This study aims to replace some coarse aggregates with rubber seeds by considering the workability of fresh concrete and obtained optimum compressive strength results.84 concrete specimens with a size of 15 cm in diameter and 30 cm in height were carried out. Rubber seeds that replace coarse aggregates varied 0% -30% to the total weight of coarse aggregates.The compressive strength was examinate during the cured time at 7; 14; 21 and 28 days. According to the (SNI 03-3449-2002) and the test results obtained that rubber seeds containing coarse aggregate <10%, can be classified as lightweight concrete structures, whereas if coarse aggregates are replaced >10% then classified as non-structural lightweight concrete. Using rubber seeds <10% has good workability, the more rubber seeds used the worse the workability.Key word:  rubber seeds, lightweight concrete,workability
PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP DAYA DUKUNG BASE A Sumiati Sumiati
PILAR Vol. 6 No. 2 (2011): PILAR 06092011
Publisher : Politeknik Negeri Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The road construction with flexible pavement generally is often happened damaged. One of damage cause what  material usage  which is do not fulfill specification. Gradation fulfilling specification that is gradation following equation of Fuller or at least following the specification of aggregate of Base A (SNI 03-6388-2000). The research will use three existing sampel where sampel 1 representing dominant aggregate  have the smooth gradation , sampel 2 have harsh gradation and sampel 3 have different gradation and also compare with analogical aggregate of Fuller or specification of Base A. Result of research of physical aggregate showed: Abrasi of Aggregate 18,50%, aggregate have the character of the non plastis, Iump of clay 0% and specific gravity 2,70. Result of compaction test indicate that aggregate gradation very influence  density at aggregate with equation Fuller is  2,29 gr/cm3, successive of sample  1, sample 2 and sample 3, that is ; 2,24 gr/cm3; 2,19 gr/cm3 and 2,15 gr/cm3. Progressively lower compaction  progressively lower bearing capacity , where bearing capacity highest at aggregate with equation of Fuller: 90,63% and successive of sampel 1, sample 2 and also sampel 3  is 85,69%, 80,82% and 75,28%. Gradation of Aggregate represent one of aspect which must be paid attention to, because this matter can, preventing incidence of damage of quicker road;street from age plan.
VARIASI AGREGAT PIPIH TERHADAP KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati Sumiati; Arfan Hasan
PILAR Vol. 7 No. 2 (2012): PILAR 07092012
Publisher : Politeknik Negeri Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Lapis permukaan konstruksi perkerasan jalan adalah lapisan yang paling besar menerima beban. Oleh sebab itu material penyusun lapisan ini haruslah material yang  berkualitas baik. Kadar agregat dalam perkerasan lentur umumnya berkisar antara 90-95% dari berat total.  Partikel pipih dan kelonjongan dari agregat pada perbandingan antara 1:5, tidak boleh lebih besar dari 10 % (spesifikasi  divisi 6, 2010). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh agregat pipih dalam campuran aspal beton dengan menambahkan kadar agregat pipih yang bervariasi: 0%; 5%; 10%; 15%; 20% dan 25% pada campuran aspal beton yang mempunyai kombinasi agregat yaitu: 18% Batupecah 2/3 + 17% Batupecah 1/2 + 19% Batu pecah 1/1 + 44% abubatu + 2% Filler. Setelah dibuat masing-masing 3 benda uji dengan kadar aspal  berkisar antara: 5%; 5,5%; 6,0%; 6,5% dan 7,0%, maka didapat kadar aspal  sebesar 6% yang akan dipergunakan untuk pembuatan sampel benda uji untuk menentukan pengaruh agregat pipih terhadap nilai karaktristik aspal beton. Hasil pengujian menunjukkan bahwa kadar agregat yang akan dipergunakan pada campuran aspal beton tidak boleh >10% karena hal ini akan mempengaruhi stabilitas dari aspal beton.
FAKTOR PENYEBAB KERUSAKAN ALUR(RUST) PADA LAPISAN PERKERASAN JALAN Sumiati Sumiati
PILAR Vol. 7 No. 1 (2012): PILAR 07032012
Publisher : Politeknik Negeri Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

One of the factor causing road damage that often occurs and can had to futher damage the groves without any cracks. This damage will be examined using the four samples taken from drill cores in a way that develoving cracks in street groove without cracks.  The sample is then carried out the testing of physical properties and testing of Marshall.The result showed that the factors that cause, such as: asphalt concrete mixtures by using asphalt concrete that’s too small, insufficient in weighing aggregate, because too much use of fine-grained aggregate and the amount of sand used is greater than fifteen percent, which is not in accordance with the specifications required. This resulted in unstable asphalt concrete mixtures, so that when traversed by vehicle will cause the grooves that made an impression of vehicle wheels.
KERUSAKAN DINI LAPISAN PERKERASAN ASPAL BETON AC-BC Sumiati Sumiati; Arfan Hasan
PILAR Vol. 9 No. 2 (2013): PILAR 09092013
Publisher : Politeknik Negeri Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kerusakan dini lapisan perkerasan jalan umumnya dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang saling kait- mengait. Menurut Manual Pemeliharaan Jalan No: 03/MN/B/1983 yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal  Bina Marga, kerusakan-kerusakan jalan  yang  disebabkan  oleh  bahan  perkerasan/material yang digunakan kurang  baik  diantaranya :  retak  halus , Retak  selip (slippage cracks ), cacat permukaan dan terlepasnya  butir-butir  agregat  di  mana  tidak  adanya ikatan  antar  butir  agregat. Dengan mengambil sampel di lapangan pada daerah yang terjadi kerusakan sebanyak 7 sampel, maka akan diteliti apakah bahan/material yang digunakan memenuhi persyaratan berdasarkan spesifikasi lapis aspal beton menurut BinaMarga. Dari Hasil pengujian didapatkan bahwa agregat yang digunakan banyak mengandung lumpur dengan  kadar  lumpur  >  1%.  Dan  agregat  halus  yang  digunakan ternyata  mengandung  pasir> 15%. Hal ini tentunya akan mempengaruhi daya ikat aspal tehadap agregat.
PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati Sumiati; Sukarman Sukarman
PILAR Vol. 10 No. 1 (2014): PILAR 10032014
Publisher : Politeknik Negeri Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Gradasi agregat dapat dikatakan sangat mempengaruhi pada campuran beraspal karena gradasi agregat berfungsi memberikan kekuatan yang pada akhirnya mempengaruhi stabilitas dalam campuran, dengan kondisi saling mengunci (interlocking) dari masing-masing partikel agregat kasar. Berdasarkan Spesifikasi Umum Perkerasan Jalan (2010), campuran agregat Laston (AC-BC) dapat bergradasi kasar dan halus, sedangkan menurut Sukirman, 2003, kurva Fuller adalah kurva dengan gradasi agregat di mana kondisi campuran memiliki kepadatan maksimum dengan rongga diantara mineral agregat (VMA) yang minimum.Oleh sebab itu peneliti mencoba untuk meneliti seberapa besar pengaruh agregat bergradasi kasar, bergradasi halus, dan agregat bergradasi yang mengikuti lengkung fuller pada campuran aspal beton (AC- BC), dengan membuat benda uji untuk pengujian Marshall dengan kombinasi aspal bervariasi dari: 4,5%; 5%; 5,5%; 6,0%; 6,5% dan 7,0% dengan masing-masing 3 benda uji sehingga total benda uji untuk masing- masing kombinasi sebanyak 18 buah dan dibuat dengan 75 X 2 tumbukan. Kemudian dilakukan pengujian Marshall untuk mendapatkan nilai karakteristik yang disyaratkan Spesifikasi Umum Perkerasan Jalan, 2010, sehingga data dapat dianalisa.Dari pengujian diperoleh nilai MQ terbesar terdapat pada agregat bergradasi fuller MQ 740 kg/mm, sedangkan agregat bergradasi halus nilai MQ 700 kg/mm dan agregat bergradasi kasar didapat MQ sebesar 360 kg/mm. Nilai Marshall Quotient yang rendah, mengidentifikasikan bahwa campuran tidak kaku dan mudah mengalami deformasi (perubahan bentuk). Nilai VMA campuran agregat bergradasi kasar 15,4%; campuran agregat bergradasi fuller 14,1% dan campuran agregat bergradasi halus 14,0%. Jadi dapat disimpulkan bahwa agregat bergradasi halus dan bergradasi fuller mempunyai kepadatan  maksimum dengan rongga diantara mineral agregat (VMA) yang minimum/durabilitas yang lebih  baik dibandingkan dengan agregat bergradasi kasar.
PENGARUH PENGGUNAAN BATU KAPUR SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN ASPAL BETON (AC-BC) Arfan Hasan; Sumiati Sumiati
PILAR Vol. 10 No. 2 (2014): PILAR 0902014
Publisher : Politeknik Negeri Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Asphalt Concrete - Binder Course (AC-BC) merupakan salah satu bagian dari perkerasan yang berfungsi sebagai lapis antara yang menahan beban maksimum akibat beban lalu lintas. Batukapur merupakan salah satu bahan mineral industri yang banyak digunakan oleh sektor industri, tapi belum termanfaat secara optimal sebagai bahan penstabilan jalan raya. Selama ini sebagai bahan pengisi pada aspal beton biasanya digunakan batupecah, oleh sebab itu pada kesempatan ini penggunaan batupecah sebagai agregat halus akan diganti dengan batukapur.Dengan membuat benda uji marshall dengan variasi batu kapur sebagai pengganti agregat halus pada kadar 10%, 25%, 50%, 75%, dan 100% serta kadar aspal yang direncanakan adalah 4%, 5%, 6%, 7%, 8%, 9%, 10%, 11%,12%, dan 13% yang kemudian dibandingkan dengan aspal beton lapis AC-BC yang menggunakan agregat halus batu pecah, maka akan diketahui Kadar Aspal Optimum, stabilitas, kelelehan, VIM, VMA, VFA, dan MQ pada campuran aspal beton AC-BC yang menggunakan batu kapur sebagai pengganti agregat halus.Berdasarkan hasil pengujian Marshall diperoleh KAO dengan proporsi batu kapur 0%, 10%, 25%, 50%,   75%, dan 100% adalah 6,5%, 7,4%, 7,55%, 8,05%, 9,25%, dan 10,05%. Nilai untuk stabilitas proporsi batu kapur 0%, 10%, 25%, 50%, 75%, dan 100% adalah 2400kg, 2600 kg, 2700 kg, 3200 kg, 2800 kg dan 2750 kg. Setelah dianalisa tentang kadar Aspal Optimum, stabilitas, kelelehan, VIM, VMA, VFA, dan MQ, bahwa penggunaan batu kapur sebagai pengganti agregat halus pada aspal beton AC-BC maksimum pada kadar 50%.
PENGARUH PENGGUNAAN ASPAL MODIFIKASI LIMBAH PLASTIK HDPE TERHADAP PERUBAHAN SUHU PADA LASTON AC-WC ( 14-21 ) Frestilia Pertiwi. A; Okti Dwi Yanti; Mahmuda Mahmuda; Sumiati sumiati
PILAR Vol. 13 No. 1 (2018): Pilar: Maret 2018
Publisher : Politeknik Negeri Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kerusakan jalan telah menjadi permasalahan umum yang biasa dihadapi karena hampir di setiap daerah memiliki jalan yang rusak. Beberapa hal yang menjadi penyebab kerusakan jalan di Indonesia antara lain karena kualitas jalan yang kurang baik, situasi iklim di Indonesia yang tropis dan kondisi drainase jalan yang tidak memadai. Aspal merupakan salah satu material yang dapat digunakan untuk membuat jalan raya. Untuk meningkatkan mutu aspal dibutuhkan bahan dasar lain salah satunya dengan memberikan bahan tambah dalam campuran yang sifatnya mampu mengatasi kelemahan yang dimiliki aspal, contohnya plastik.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai karakteristik Marshall akibat penambahan plastik HDPE pada campuran AC-WC dengan mengacu pada spesifikasi Bina Marga 2010. Untuk penelitian ini dilakukan pemeriksaan sifat fisik aspal, agregat serta plastik terlebih dahulu yang dilakukan berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI). Kemudian dilakukan pengujian Marshall untuk menentukan Kadar Aspal Optimum (KAO). Dari hasil pengujian diperoleh nilai KAO sebesar 5,6%. Variasi penambahan plastik HDPE pada campuran AC-WC yang digunakan adalah 0%, 2%, 4%, 6%, dan 8% terhadap Kadar Aspal Optimum (KAO). Temperatur dan waktu perendaman benda uji ke dalam waterbath yang digunakan adalah 60oC, 70 oC, 80 oC selama 30 menit, dan 60 oC selama 24 jam.Hasil penelitian menunjukkan kadar plastik yang dapat digunakan pada campuran AC-WC modifikasi untuk suhu perendaman 60° selama 30 menit adalah 0-1,5%, suhu perendaman 70° selama 30 menit adalah 0,1-1,5%, suhu perendaman 80° selama 30 menit adalah 1-3%, suhu perendaman 60° selama 24 jam adalah 1,5-3% karena tahan terhadap perubahan suhu dan iklim serta memenuhi spesifikasi Bina Marga.
PERKERASAN ASPAL BETON (AC-BC) LIMBAH PLASTIK HDPE YANG TAHAN TERHADAP CUACA EKSTREM Sumiati Sumiati; Mahmuda Mahmuda; A Syapawi
Construction and Material Journal Vol. 1 No. 1 (2019): Construction and Material Journal Vol. 1 No. 1 Maret 2019
Publisher : Politeknik Negeri Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32722/cmj.v1i1.1322

Abstract

Kerusakan jalan akhir-akhir ini semakin sering terjadi pada lapis perkerasan jalan  berupa  retak-retak, terkelupasnya agregat, lubang-lubang hingga amblasnya perkerasan jalan. Hal  ini dapat terjadi disebabkan: tingginya temperatur permukaan jalan, intensitas curah hujan yang sulit diprediksi serta beban lalulintas yang semakin hari semakin bertambah. Aspal modifikasi dibuat dengan menambahkan bahan yang bersifat elastomer seperti karet alam, maupun karet sintetis dan bahan plastik, sehingga dapat meningkatkan sifat-sifat fisik dari aspal seperti: elastisitas, ketahanan terhadap temperatur dan dapat meningkatkan stabilitas pada campuran aspal beton. Uji coba pemanfaatan limbah plastik sebagai bahan pengganti aspal telah dilaksanakan pada jalan nasional di Indonesia maupun di Manca negara, hal ini menimbulkan pro dan kontra dari  aktivis lingkungan. Namun menurut beberapa sumber menyatakan bahwa aspal modifikasi ini bisa bertahan di suhu ekstrem (- 4,5oC hingga  80oC). Berdasarkan permasalahan di atas akan diteliti, berapa persen limbah plastik HDPE yang efektif ditambahkan pada aspal modifikasi untuk campuran Laston (AC-BC) agar tahan terhadap cuaca ekstrem.  Pengujian dilakukan pada 75 benda uji dengan kadar aspal optimum 5,4 % dan limbah plastik HDPE bervariasi 0%; 2%; 4%; 6% dan 8% terhadap berat aspal. Untuk mengetahui pengaruh suhu dari campuran Laston, sebelum dilakukan Marshall Test, terlebih dahulu benda uji direndam pada suhu 60oC; 70oC; 80oC selama 30 menit dan 60oC  selama 24 jam. Berdasarkan Spesifikasi Lapis Perkerasan aspal (Bina Marga revisi 3, 2010), limbah plastik HDPE yang dapat ditambahkan pada campuran LASTON (AC-BC)  hanya   2-4 % terhadap berat aspal, yang memenuhi nilai karakteristik Marshall dan tahan terhadap cuaca ekstrem.Kata kunci: Limbah plastik HDPE, aspal beton, cuaca ekstrem Recent road damage is increasingly common in pavement layers in the form of cracks, peeling aggregates, holes, until the pavement is inundated. This can happen because: the high surface temperature of the road, the intensity of rainfall that is difficult to predict and the traffic load that increasingly day. Asphalt modification is made by adding elastomeric materials such as natural rubber, as well as synthetic rubber and plastic materials, so as to enhance the physical properties of asphalt such as: elasticity, resistance to temperature; and can increase the stability of concrete asphalt mixture. Plastic waste utilization trials as asphalt substitute have been implemented on national roads in Indonesia as well as in many countries, leading to the pros and cons of environmental activists. However, some sources have stated that this modified asphalt can survive in extreme temperatures (- 4.5°C to 80°C). However, according to some sources stated that this modified asphalt can survive in extreme temperatures (- 4.5°C to 80°C). Based on the above issues, it was examined how much the effective percentage of HDPE plastic waste was added to modified asphalt for the Laston mixture (AC-BC) which was resistant to extreme weather. The test was conducted on 75 specimens with optimum asphalt content of 5.4% and HDPE plastic waste varied 0%; 2%; 4%; 6% and 8% to asphalt weight. To determine the effect of temperature from the mixture of Laston, before the Marshall Test conducted, the first specimen is immersed at 60°C; 70°C; 80°C for 30 minutes and 60°C for 24 hours. Based on Asphalt Pavement Specification (Bina Marga Revision 3, 2010), the HDPE plastic waste that can be added to the LASTON (AC-BC) mixture is only 2-4% of the asphalt weight, which meets the Marshall characteristics and is resistant to extreme weather.Key words: HDPE plastic waste, concrete asphalt, extreme weather