Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Pengurangan Lead Time Analisa Kemasan Primer Flexy Bag dengan Metode Single Minute Exchange of Dies (SMED) di Industri Farmasi X Ayu Izzatin Haifa
Jurnal Inkofar Vol 1, No 1 (2020)
Publisher : Politeknik Meta Industri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (182.464 KB) | DOI: 10.46846/jurnalinkofar.v1i1.157

Abstract

Pemborosan waktu pada proses analisa kemasan dapat menyebabkan keterlambatan dalam proses produksi. Kondisi ini mempengaruhi kecepatan dalam memenuhi permintaan konsumen. Perhitungan lead time analisa kemasan merupakan hal penting untuk dihitung agar pelulusan kemasan untuk produksi bisa tepat waktu. Dalam penelitian sebelumnya perbaikan yang dapat digunakan untuk meminimalisir waste adalah dengan mereduksi waktu set-up internal menjadi set-up eksternal menggunakan metode single minute exchange of dies (SMED). Penelitian ini dilakukan secara eksperimental dengan menggunakan data hasil observasi terhadap paramater pengujian dalam analisa kemasan dari 1 nomor bats pada 32 vat. Berdasarkan data dari pengamatan yang telah dilakukan pada analisa kemasan primer flexy bag terdapat 23 aktivitas yang terdiri dari 18 aktivitas internal dan 5 aktivitas yang dapat dikonversikan ke eksternal. Hasil dari Penerapan metode SMED pada penelitian ini dapat penurunan waktu set-up sebasar 58,06% atau 13,18 jam. Sehingga didapatkan efisiensi waktu dengan meminimalkan aktivitas internal. 
ANALISIS WAKTU TUNGGU PELAYANAN RESEP RAWAT JALAN DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT X Ayu Izzatin Haifa; Neng Resni
Jurnal Inkofar Vol 6, No 2 (2022)
Publisher : Politeknik Meta Industri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46846/jurnalinkofar.v6i2.242

Abstract

Instalasi farmasi merupakan salah satu unit kerja yang berperan sebagai penyelenggaraan kegiatan kefarmasian di rumah sakit. Salah satu standar pelayanan minimal farmasi di rumah sakit adalah waktu tunggu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui rata-rata waktu tunggu, faktor apa yang mempengaruhi lama atau tidaknya waktu tunggu, poli manakah yang waktu tunggunya paling lama, dan kesesuaian waktu tunggu pelayanan resep  rawat jalan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit X terhadap standar pelayanan minimal rumah sakit dengan indikator waktu tunggu. Metode penelitian dilakukan secara observasional dengan pendekatan kuantitatif dan dianalisis secara deskriptif dengan analisa univariat menggunakan Microsoft Excel dan SPSS versi 26. Hasil penelitian ini menghasilkan rata-rata waktu tunggu resep obat jadi 39 menit dan resep obat racikan 79 menit. Waktu tunggu pelayanan resep rawat jalan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit X baik resep obat jadi maupun resep obat racikan, yaitu belum sesuai dengan standar pelayanan resep No.129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit. Faktor yang mempengaruhi lamanya waktu tunggu pelayanan resep rawat jalan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit X, yaitu jenis resep, jumlah item obat per resep, jadwal poli rawat jalan, sumber daya manusia, sarana dan prasarana dan ketersediaan obat. Waktu tunggu terlama dari masing-masing poli rawat jalan untuk resep obat jadi, yaitu poli paru dengan lama 73 menit, sedangkan untuk resep obat racikan yaitu poli anak dengan lama 85 menit.
GAMBARAN PENGETAHUAN PASIEN SWAMEDIKASI TERHADAP BEYOND USE DATE (BUD) OBAT DI APOTEK X CIKARANG Pratiwi, Desi Eka; Haifa, Ayu Izzatin; Amalia, Tisa; Marliana, Elsa
Jurnal Inkofar Vol 8, No 1 (2024)
Publisher : Politeknik META Industri Cikarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46846/jurnalinkofar.v8i1.335

Abstract

The expiry time of a drug or expiry date is the time limit for using a drug after it is produced by a pharmaceutical factory, before the packaging is opened. Drug ED is a condition at a time where a drug is no longer suitable for use starting from the potency, quality, efficacy and safety of the drug. The expiration date of a drug is determined when the drug is first opened, which is called the Beyond Use Date (BUD). BUD is the time limit for using a medicinal product after it has been formulated or prepared or after the primary packaging has been opened or damaged. The aim of this study was to determine the level of knowledge of BUD drug self-medication patients. The method used is a survey method by giving a questionnaire with 20 questions to respondents. Based on the research results, it was found that the level of knowledge of self-medication patients was in the good category for semi-solid preparations with a percentage of (78.98%), solid preparations (63.78%), liquid preparations (67.02%) while for knowledge of BUD medicines with a percentage (75.26%). Based on the results of the study it can be concluded that the patient's level of knowledge is still in the sufficient category with a percentage (75.26%). Keywords : level of knowledge, BUD, ED
EVALUASI PENGEMBALIAN (RETUR) OBAT PADA SISTEM UNIT DOSE DISPENSING (UDD) DI INSTALASI FARMASI RAWAT INAP RS X Rahayu, Sri; Amalia, Tisa; Azzahra, Fauzia; Haifa, Ayu Izzatin
Jurnal Inkofar Vol 8, No 2 (2024)
Publisher : Politeknik META Industri Cikarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46846/jurnalinkofar.v8i2.394

Abstract

Sistem distribusi Unit Dose Dispensing (UDD) dapat menurunkan kesalahan pemberian obat hingga kurang dari 5%, dibandingkan dengan floor stock atau resep individu yang mencapai 18%. RS X merupakan rumah sakit yang telah menerapkan sistem UDD. Obat disiapkan dua kali sehari, yaitu pada pagi hari pukul 07:00-10:00 dan malam hari pukul 21:00-00:00 WIB. Tujuan penelitian ini yakni untuk mengetahui persentase retur obat, penyebab retur obat dan mengevaluasi sistem distribusi obat dengan sistem UDD di RS X. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian di rumah sakit melalui pengendalian obat yang lebih efektif dan efisien. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan teknik pengumpulan data retrospektif yaitu pengumpulan data yang telah lalu. Sampel penelitian ini adalah data resep dan retur obat pasien rawat inap pada bulan Januari-Maret 2024, dengan populasi seluruh data sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai di instalasi farmasi rawat inap. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata tingkat retur bulan Januari-Maret 2024 sebesar 28,11%. Angka ini mengalami peningkatan dibandingkan 3 bulan terakhir ditahun 2023, yaitu 28%. Data obat retur terbanyak pada 10 item obat yang sering dikembalikan pada bulan Januari-Maret 2024 sebanyak 3654 item dengan 6 penyebab retur obat yaitu pasien pulang, pasien meninggal, terapi dihentikan, terapi batal, pasien alergi dan transaksi salah. Kesimpulan dari penelitian ini adalah rata-rata retur bulan Januari-Maret 2024 sebesar 28,11% dan ada 6 alasan penyebab retur. Evaluasi pendistribusian sediaan farmasi menggunakan sistem UDD di IFRS X untuk persentase retur obat masih cukup tinggi, sehingga RS X perlu mengatur ulang sistem UDD yang berjalan saat ini. Kata Kunci : Sistem Unit Dose Dispensing (UDD), Rumah Sakit, Retur Obat
Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Kader Posyandu Kenanga XXII Cikarang dalam Pemantauan Stunting dengan Alat Antropometri serta Aplikasi eStuntCare Amalia, Tisa; Haifa, Ayu Izzatin; Sari, Nita Winda; Ariyanti, Maulia Bunga; Nurazizah, Aidina; Kustiawan, Nazwa Meilia; Ananta, Jenny Risca; Amelia, Siti; Anjani, Jenni; Debora, Fransisca; Elfaladonna, Febie
Jurnal SOLMA Vol. 14 No. 3 (2025)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka (UHAMKA Press)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22236/solma.v14i3.20674

Abstract

Background: Stunting merupakan kondisi kesehatan yang disebabkan oleh kekurangan gizi dalam periode waktu panjang, yang berdampak pada hambatan pertumbuhan fisik serta perkembangan mental anak. Dampak stunting tidak hanya terbatas pada gangguan pertumbuhan tubuh, tetapi juga memengaruhi perkembangan kognitif, produktivitas di masa depan, hingga meningkatkan risiko penyakit kronis. Pemerintah Kabupaten Bekasi menargetkan penurunan prevalensi stunting hingga 10% pada tahun 2025. Oleh karena itu, Posyandu Kenanga XXII Cikarang yang berlokasi di Perumahan Imanan Residence perlu melakukan upaya perbaikan melalui peningkatan kapasitas kader sebagai tenaga pendukung pelayanan kesehatan ibu dan anak, khususnya dalam pemahaman kesehatan serta keterampilan pengukuran tinggi dan berat badan. Metode: Kegiatan pengabdian masyarakat dilaksanakan melalui tahapan sosialisasi, pelatihan, penerapan teknologi, pendampingan, evaluasi, hingga rencana keberlanjutan program. Pelaksanaan dimulai dengan diskusi kelompok terarah (FGD) bersama mitra, yang kemudian menghasilkan tiga materi utama untuk pelatihan. Hasil: Kegiatan berlangsung pada 5 Juli dan 9 Agustus 2025 di Posyandu Kenanga XXII Cikarang dengan agenda utama pelatihan bagi kader serta sosialisasi aplikasi e-StuntCare kepada masyarakat. Hasil evaluasi menunjukkan adanya peningkatan pemahaman kader hingga 100% terkait kesehatan ibu dan anak (KIA), gizi serta pemberian makanan dalam 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), serta penggunaan antropometri sebagai alat ukur pertumbuhan. Kesimpulan: Kegiatan ini berhasil meningkatkan pengetahuan kader posyandu, serta menghasilkan dukungan berupa penyediaan alat antropometri dan pemanfaatan aplikasi digital e-StuntCare sebagai sarana pemantauan stunting yang dapat digunakan masyarakat secara mandiri.