Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Induksi Resistensi Tanaman Krisan Terhadap Puccinia horiana P. Henn. Dengan Menggunakan Ekstrak Tanaman Elisitor (Resistance Induction of Chrysanthemum Plant to Puccinia horiana P. Henn Using Elicitor Plant Extracts) nFN Hanudin; Wakiah Nuryani; Budi Marwoto
Jurnal Hortikultura Vol 26, No 2 (2016): Desember 2016
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v26n2.2016.p245-256

Abstract

Penyakit karat putih yang disebabkan oleh Puccinia horiana Henn. merupakan salah satu penyebab masalah yang paling penting pada tanaman krisan (Dendranthema grandiflora Tzvelev.). Serangan pada tanaman ini dapat menurunkan nilai komersial bunga krisan. Induksi resistensi merupakan salah satu strategi untuk mengendalikan penyakit ini. Beberapa jenis tanaman elisitor terbukti efektif meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan berbagai jenis patogen. Tujuan penelitian adalah memperoleh minimal dua spesies ekstrak tanaman elisitor yang efektif menginduksi ketahanan tanaman krisan terhadap P. horiana, dan mendapatkan informasi kandungan asam salisilat pada tanaman krisan yang terbukti tahan terhadap P. horiana akibat perlakuan ekstrak tanaman elisitor. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium dan Rumah Kaca Balai Penelitian Tanaman Hias pada Januari hingga Desember 2013. Tujuh tanaman elisitor yang diuji, yaitu daun tanaman ivy (Hedera helix), batang tanaman wilow (Salix sp.), daun bunga pukul empat (Mirabilis jalapa), daun Phytholacca americana (anti viral), daun kecubung (Datura suaveolens), daun pagoda (Clerodendron japonicum), dan daun lengkuas (Alpinia galanga) yang masing-masing diencerkan dengan perbandingan 1 : 1 w/v (100 g bagian bahan tananam digerus menggunakan mortal sampai halus, kemudian ditambah 100 ml larutan 0,01 M fosfat buffer pH 7,0). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak batang Salix sp. dan daun C. japonicum efektif menginduksi ketahanan tanaman krisan terhadap P. horiana dengan persentase penekanan masing-masing mencapai 80,20 dan 75,46%. Kandungan asam salisilat pada tanaman krisan tahan P. horiana yang diinduksi oleh tanaman elisitor, masing-masing bervariasi antara 1.767,55– 3.767,55 ppm. Pemanfaatan hasil penelitian ini dapat meningkatkan daya saing bunga krisan di pasar internasional melalui aplikasi ekstrak tanaman elisitor sehingga ramah lingkungan dan ekonomis.KeywordsDendranthema grandiflora; Efektivitas; Tanaman elisitor; Induksi resistensi; Puccinia horianaAbstractWhite rust disease caused by Puccinia horiana Henn. Is one of the most important problems in chrysanthemum (Dendranthema grandiflora Tzvelev.) cultivation system. Attacks on these plants can reduce the commercial value of the Chrysanthemum flowers. Induction of resistance is one of reliable strategies for controlling the disease. Some types of plants elicitor are proved to be effective to improve plant resistance to various pathogens. The purpose of this study is to obtain at least two species of plant extracts that its effective to induce plant resistance to P. horiana of chrysanthemum, and obtain information on the content of salicylic acid of resistant plant has been induced by application of plant elicitor extract. The research was conducted in the Laboratory and Greenhouse Indonesian Ornamental Crops Research Institute conducted between January until December 2013. Seven elicitor plants that are leaf ivy (Hedera helix), the plant stem willow (Salix sp.). Leaves flowers at four o’clock (Mirabilis jalapa) , leaves Phytholacca americana (anti-viral), cone-shaped leaves (Datura suaveolens), leaf pagoda (Clerodendron japonicum), and leaves galangal (Alpinia galanga), were tested. Each of which is diluted in the ratio 1: 1 w / v (100 g of the material plants crushed using a mortal until smooth, then add 100 ml of 0.01 M phosphate buffer pH 7.0). The results showed that stem extract of Salix sp. and the leaves extract of C. japonicum were effectively induced plant resistance to P. horiana of chrysanthemum with emphasis percentages respectively reached 80.20 and 75.46%. Salicylic acid content in chrysanthemum effectively induced by elicitor plants, each contained varying between 1,767.55 to 3,767.55 ppm. The used of leave extract of both species can improve resistance plant species.
Potensi Insektisida Nabati dalam Mengendalikan Aphis gossypii pada Tanaman Gerbera dan Kompatibilitasnya dengan Predator Menochilus sexmaculatus Dedi Hutapea; Indijarto Budi Rahardjo; Budi Marwoto; Rudy Soehendi
Jurnal Hortikultura Vol 30, No 1 (2020): Juni 2020
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v30n1.2020.p75-86

Abstract

(The Potential of Botanical Insecticides to Control of Aphis gossypii on Gerbera and its Compatibility with Menochilus sexmaculatus)Kutu daun Aphis gossypii diketahui dapat menghambat peningkatan produksi gerbera. Upaya pengendalian hama ini masih mengandalkan penggunaan insektisida sintetik. Namun, pada beberapa kasus, praktik pengendalian hama tersebut seringkali kurang efektif. Insektisida nabati merupakan salah satu teknik pengendalian ramah lingkungan yang dapat mengatasi permasalahan tersebut. Penelitian ini bertujuan menguji keefektifan formulasi insektisida nabati ekstrak daun suren (Toona sinensis) dan bunga piretrum (Chrysanthemum cinerariaefolium) dalam pengendalian A. gossypii pada tanaman gerbera serta kompatibilitasnya dengan Menochilus sexmaculatus. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Penelitian Tanaman Hias dari bulan Februari sampai November 2017. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan 12 perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan ekstrak bunga piretrum dan daun suren serta campuran keduanya (Formula I, Formula II, Formula III) diuji keefektifannya terhadap nimfa A. gossypii pada tanaman gerbera koleksi plasma nutfah nomor 01200002. Pengujian dilakukan pada dua taraf konsentrasi 0,35% dan 0,40% (w/v) dengan metode semprot serangga dan residu pada daun. Uji kompatibilitas insektisida nabati terhadap M. sexmaculatus dilakukan dengan metode semprot serangga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua perlakuan insektisida nabati memiliki aktivitas insektisida, namun hanya perlakuan konsentrasi 0,40% yang menunjukkan persentase kematian tertinggi hama target. Penyemprotan langsung insektisida nabati pada nimfa A. gossypii lebih efektif dibandingkan dengan residu pada daun gerbera. Perlakuan Formula III 0,40% menunjukkan mortalitas tertinggi, dan keefektifannya setara dengan imidakloprid dalam mengendalikan kutu daun di rumah kaca. Ekstrak insektisida nabati uji kompatibel dengan M. sexmaculatus, sementara imidakloprid bersifat toksik terhadap keduanya. Dengan demikian, penggunaan imidakloprid untuk pengendalian kutu daun pada tanaman gerbera perlu dibatasi.KeywordsGerbera jamesonii; Aphis gossypii; Chrysanthemum cinerariaefolium; Toona sinensis; Predator CoccinellidaeAbstractAphis gossypii is known as one of the most damaging aphid species in gerbera production. The botanical insecticide is one of the environmentally-friendly control techniques to overcome this pest. The objective of research was to examine the effectiveness of the botanical insecticide from Toona sinensis leaf and pyrethrum flowers extract to control gerbera aphids and its compatibility with Menochilus sexmaculatus. The research was conducted at Segunung Research Station from February to November 2017, using a Randomized Completed Design with 12 treatments and three replications. Extract of Toona leaf, and pyrethrum flowers, and mixture of both (Formula I, Formula II, Formula III) were tested for its effectiveness against A. gossypii nymphs on gerbera. Testing was arranged at two concentration levels of 0.35% and 0.40% (w/v) by insect spraying and leaf residual methods. The compatibility test against M. sexmaculatus was worked by using the insect spraying method. The results showed that all botanical insecticide had insecticidal activity, but only a concentration of 0.40% showed the highest target pests mortality. Direct spraying of A. gossypii is more effective than residue on the leaf. The Formula III 0.40% showed the highest mortality and equal to imidacloprid for controlling aphids in greenhouses. The botanical insecticide extract was compatible with M. sexmaculatus, while imidacloprid was toxic them both.
Inovasi Teknologi Tanaman Krisan yang Dibutuhkan Pelaku Usaha (Technology Innovation of Chrysanthemum Needed by Stakeholders) Nur Qomariyah Hayati; nFN Nurmalinda; Budi Marwoto
Jurnal Hortikultura Vol 28, No 1 (2018): Juni 2018
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v28n1.2018.p147-162

Abstract

Inovasi merupakan komponen utama dalam peningkatan daya saing. Informasi inovasi teknologi yang sesuai kebutuhan pengguna sangat diperlukan dalam penentuan prioritas program penelitian. Tujuan penelitian adalah memperoleh informasi jenis inovasi teknologi yang dibutuhkan pelaku usaha untuk mengembangkan budidaya tanaman krisan. Penelitian dilakukan di wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Bali pada bulan Januari-Desember 2014. Pemilihan lokasi dan responden dilakukan secara purposive, yaitu dengan menentukan sebanyak 45 petani yang berasal dari 10 kelompok tani yang menanam krisan di masing-masing wilayah. Untuk mengetahui tingkat kepentingan kebutuhan inovasi teknologi dalam pengembangan agribisnis krisan berkelanjutan digunakan skala Likert lima tingkat, yaitu sangat penting, penting, cukup penting, tidak penting, dan sangat tidak penting. Penilaian kepentingan dilakukan berdasarkan perkiraan besarnya tingkat kepentingan suatu inovasi teknologi dalam pengembangan sistem agribisnis krisan. Penilaian pelaku usaha terhadap nilai kepentingan relatif jenis inovasi dari masing-masing subsistem agribisnis merupakan dasar pertimbangan untuk menentukan tingkat prioritas dalam program penelitian ke depan dengan kategori utama, prioritas, maupun potensial.KeywordsIdentifikasi; Inovasi teknologi; Krisan; Pelaku usahaAbstractInnovation is a key component in increasing competitiveness. Informations of technology innovation is necessary in determining the priority of research programs that meet the needs of users. The purpose of this study was to obtain information on the type of technological innovation required by business actors to develop chrysanthemum cultivation. The study was conducted in West Java, Central Java, and Bali in January-December 2014. The selection of location and respondents was done purposively by determining as many as 45 farmers from 10 farmer groups planting chrysanthemums in each region. To know the importance level of technological innovation in the development of sustainable chrysanthemum agribusiness was used five-level Likert scale, that is very important, important, important enough, unimportant, and very unimportant. Assessment of interest is based on the approximate level of importance of a technological innovation in the development of chrysanthemum agribusiness system. The appraisal of business actors on the relative importance of different types of innovation from each agribusiness subsystem is the basis of consideration to determine the priority level in future research programs with major category, priority category, and potential category categories.
Komposisi Formula Biobakterisida Berbahan Aktif Rizobakteri untuk Pengendalian Penyakit Busuk Lunak Pada Anggrek Phalaenopsis Hanudin Hanudin; Abdjad Asih Nawangsih; Budi Marwoto; Boedi Tjahjono
Jurnal Hortikultura Vol 23, No 3 (2013): September 2013
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v23n3.2013.p244-254

Abstract

Penyakit busuk lunak (PBL) yang disebabkan oleh Pectobacterium carotovorum subsp. carotovorum atau Pseudomonas viridiflava merupakan kendala utama dalam budidaya anggrek. Serangan patogen tersebut sangat merugikan petani, mengingat biaya investasi produksi anggrek tergolong tinggi. Oleh karena itu patogen tersebut harus dikendalikan menggunakan metode pengendalian yang ramah lingkungan, yaitu dengan mengaplikasikan biobakterisida berbahan aktif rizobakteri, seperti Bacillus subtilis dan Pseudomonas fluorescens. Tujuan penelitian ini ialah (1) mendapatkan komposisi bahan aktif dan bahan pembawa biobakterisida yang efektif mengendalikan penyakit busuk lunak pada anggrek Phalaenopsis, (2) mengetahui perubahan reaksi kimia formula biobakterisida dan pertumbuhan populasi bahan aktif (rizobakteri B. subtilis dan P. fluorescens) pada kondisi sebelum dan setelah difermentasikan, dan (3) mengetahui kompatibilitas antara B. subtilis, P. fluorescens, dan bahan pembawa biobakterisida. Percobaan dilaksanakan mulai Bulan Mei sampai dengan Desember 2009 di Laboratorium Bakteriologi Departemen Proteksi Tanaman, Institut Pertanian Bogor, dan Laboratorium Bakteriologi serta Rumah Kaca, Balai Penelitian Tanaman Hias, di Segunung, Cianjur, Jawa Barat. Ruang lingkup penelitian meliputi pembuatan propagul rizobakteri sebagai bahan aktif biobakterisida, pembuatan formula biobakterisida, uji viabilitas bahan aktif, dan uji kemangkusan biobakterisida pada tanaman anggrek di rumah kaca. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) perlakuan gabungan antara B. subtilis B12 dan P. fluorescens Pf10 yang difermentasikan dalam media ekstrak kotoran cacing (kascing) dan molase, merupakan perlakuan yang konsisten dapat menekan PBL pada anggrek Phalaenopsis dengan persentase penekanan sebesar 80%, (2) reaksi kimia formula biopestisida pada kondisi sebelum dan setelah fermentasi diindikasikan dengan perubahan pH basal medium yang sebelum fermentasi menunjukkan pH 3,75 dan berubah menjadi pH 3,50 setelah difermentasikan. Pertumbuhan populasi mikrob antagonis setelah fermentasi meningkat secara signifikan bila dibandingkan pada kondisi sebelum difermentasikan, dan (3) isolat bahan aktif (B. subtilis dan P. fluorescens) bersifat kompatibel dengan bahan pembawanya (ekstrak kascing dan molase).
POTENSI BEBERAPA MIKROBA PEMACU PERTUMBUHAN TANAMAN SEBAGAI BAHAN AKTIF PUPUK DAN PESTISIDA HAYATI Hanudin Hanudin; Kurniawan Budiarto; Budi Marwoto
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol 37, No 2 (2018): Desember, 2018
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jp3.v37n2.2018.p59-70

Abstract

Consumer demands on safe agricultural products have made the shifting of the production system to be more environmental friendly. An attempt to reduce or totally substitute chemical fertilizers and pesticides on agricultural production process was through the utilization of potential microbes. The purpose of the study was to provide information on potential microbial species that can be used as active ingredients of biofertilizers and biopesticides. The mechanisms of action have been studied, both directly and indirectly, in protecting the plant from pest and disease attacks. Several of these microbes also functioned as decomposer that might improve soil characteristic and nutrient availability for the crops. The Indonesian Agency for Agricultural Research and Development for has released formulated biopesticides and bio fertilizers with the active ingredients isolated from agricultural production centers. The application of these biopesticides and biofertilizers have been effectively controlled important diseases in horticultural crops, i.e. Bio Nutri-V could suppress white rust disease (Puccinia horina Henn) 32.15% in chrysanthemum and increased 25% and 34% harvestable products in chrysanthemum and potato, respectively, compared with synthetic fungicide. The utilization of biopesticides and biofertilizers is expected to improve the competitiveness of national agricultural commodities by utilizing natural resources to support highly competitive and sustainable agricultural industries.Keywords: Microbes, biofertilizer, biopesticide, vegetable, ornamentals, horticulture. AbstrakTuntutan konsumen terhadap keamanan produk pertanian menuntut pula perlunya proses produksi dilakukan secara ramah lingkungan. Salah satu upaya untuk mengurangi atau mensubstitusi penggunaan pupuk dan pestisida kimia sintetik ialah memanfaatkan mikroba. Makalah ini membahas spesies mikroba yang berpotensi dan dapat dijadikan sebagai bahan aktif pupuk dan pestisida hayati. Berbagai spesies mikroba dari kelompok cendawan dan bakteri telah berhasil diisolasi dan dievaluasi keefektifannya sebagai bahan aktif pupuk dan pestisida hayati yang efektif. Mikroba pemacu pertumbuhan tanaman dengan mekanisme langsung maupun tidak langsung mampu menginduksi pertumbuhan tanaman dan beberapa mikroba juga berfungsi sebagai dekomposer, sehingga membantu penyediaan unsur hara bagi tanaman. Badan Litbang Pertanian telah menghasilkan beberapa formulasi pupuk hayati dan biopestisida dengan bahan aktif mikrobe yang diisolasi dari sentra produksi pertanian. Aplikasi pupuk dan pestisida hayati tersebut efektif mengendalikan penyakit penting tanaman hias, seperti Bio Nutri- V dapat menekan perkembangan penyakit karat putih (Puccinia horina Henn) pada krisan 32,2% dan mempertahankan hasil panen kentang dan krisan masing-masing 25% dan 34% dibandingkan dengan aplikasi fungisida kimia sintetik. Pengembangan pupuk dan pestisida hayati yang dihasilkan diharapkan dapat meningkatkan daya saing komoditas pertanian melalui sistem produksi ramah lingkungan dengan memanfaatkan sumber daya alam secara optimal guna mendukung industri pertanian berdaya saing dan berkelanjutan.Kata kunci: Mikroba, pupuk hayati, biopestisida, sayuran, tanaman hias, hortikultura.
Prospek Penggunaan Mikroba Antagonis sebagai agens pengendali hayati penyakit utama pada tanaman hias dan sayuran Hanudin .; Budi Marwoto
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol 31, No 1 (2012): Maret 2012
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jp3.v31n1.2012.p%p

Abstract

Cultivation of ornamental plants and vegetables faces various problems that inhibit efforts to increase plant production. One of the most important constraints is disease incidences, i.e. wilt disease (Fusarium spp.) on carnation, damping off (Rhizoctonia spp.) on chrysanthemum, bacterial wilt (Ralstonia solanacearum) on Solanaceae, and club root (Plasmodiophora brassicae) on Barssicaceae. One of environmentally-friendly control methods is application of antagonistic microorganisms. The purpose of this paper is to inform prospects of the use of microbial antagonists as biological control agents of major diseases on ornamental plants and vegetables. Antagonistic microbes are the bacteria, fungi, actinomycetes or virus that can suppress other microbes. Antagonistic bacteria (Bacillus subtilis and Pseudomonas fluorescens), antagonistic fungi (Trichoderma harzianum, Gliocladium sp., and non-pathogenic Fusarium), actinomycetes (Streptomyces spp.), and virus (Carna-5 vaccine) are known to be effective as biological control agents. Their use as a biological control agent is proven to be  prospective since their isolation techniques, propagation and biopesticide formulation are well known by inventors in Indonesia. Nowdays, the microbes have been formulated by various research institutes as microbial pesticides and licenced to private company and commercialized widely to the domestic market. This indicates that prospect of application of antagonistic microbe is very bright to control major diseases of ornamental plants and vegetables. 
Prospek Penggunaan Mikroba Antagonis sebagai agens pengendali hayati penyakit utama pada tanaman hias dan sayuran Hanudin .; Budi Marwoto
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol 31, No 1 (2012): Maret 2012
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (166.787 KB) | DOI: 10.21082/jp3.v31n1.2012.p%p

Abstract

Cultivation of ornamental plants and vegetables faces various problems that inhibit efforts to increase plant production. One of the most important constraints is disease incidences, i.e. wilt disease (Fusarium spp.) on carnation, damping off (Rhizoctonia spp.) on chrysanthemum, bacterial wilt (Ralstonia solanacearum) on Solanaceae, and club root (Plasmodiophora brassicae) on Barssicaceae. One of environmentally-friendly control methods is application of antagonistic microorganisms. The purpose of this paper is to inform prospects of the use of microbial antagonists as biological control agents of major diseases on ornamental plants and vegetables. Antagonistic microbes are the bacteria, fungi, actinomycetes or virus that can suppress other microbes. Antagonistic bacteria (Bacillus subtilis and Pseudomonas fluorescens), antagonistic fungi (Trichoderma harzianum, Gliocladium sp., and non-pathogenic Fusarium), actinomycetes (Streptomyces spp.), and virus (Carna-5 vaccine) are known to be effective as biological control agents. Their use as a biological control agent is proven to be  prospective since their isolation techniques, propagation and biopesticide formulation are well known by inventors in Indonesia. Nowdays, the microbes have been formulated by various research institutes as microbial pesticides and licenced to private company and commercialized widely to the domestic market. This indicates that prospect of application of antagonistic microbe is very bright to control major diseases of ornamental plants and vegetables. 
POTENSI BEBERAPA MIKROBA PEMACU PERTUMBUHAN TANAMAN SEBAGAI BAHAN AKTIF PUPUK DAN PESTISIDA HAYATI Hanudin Hanudin; Kurniawan Budiarto; Budi Marwoto
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol 37, No 2 (2018): Desember, 2018
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (489.364 KB) | DOI: 10.21082/jp3.v37n2.2018.p59-70

Abstract

Consumer demands on safe agricultural products have made the shifting of the production system to be more environmental friendly. An attempt to reduce or totally substitute chemical fertilizers and pesticides on agricultural production process was through the utilization of potential microbes. The purpose of the study was to provide information on potential microbial species that can be used as active ingredients of biofertilizers and biopesticides. The mechanisms of action have been studied, both directly and indirectly, in protecting the plant from pest and disease attacks. Several of these microbes also functioned as decomposer that might improve soil characteristic and nutrient availability for the crops. The Indonesian Agency for Agricultural Research and Development for has released formulated biopesticides and bio fertilizers with the active ingredients isolated from agricultural production centers. The application of these biopesticides and biofertilizers have been effectively controlled important diseases in horticultural crops, i.e. Bio Nutri-V could suppress white rust disease (Puccinia horina Henn) 32.15% in chrysanthemum and increased 25% and 34% harvestable products in chrysanthemum and potato, respectively, compared with synthetic fungicide. The utilization of biopesticides and biofertilizers is expected to improve the competitiveness of national agricultural commodities by utilizing natural resources to support highly competitive and sustainable agricultural industries.Keywords: Microbes, biofertilizer, biopesticide, vegetable, ornamentals, horticulture. AbstrakTuntutan konsumen terhadap keamanan produk pertanian menuntut pula perlunya proses produksi dilakukan secara ramah lingkungan. Salah satu upaya untuk mengurangi atau mensubstitusi penggunaan pupuk dan pestisida kimia sintetik ialah memanfaatkan mikroba. Makalah ini membahas spesies mikroba yang berpotensi dan dapat dijadikan sebagai bahan aktif pupuk dan pestisida hayati. Berbagai spesies mikroba dari kelompok cendawan dan bakteri telah berhasil diisolasi dan dievaluasi keefektifannya sebagai bahan aktif pupuk dan pestisida hayati yang efektif. Mikroba pemacu pertumbuhan tanaman dengan mekanisme langsung maupun tidak langsung mampu menginduksi pertumbuhan tanaman dan beberapa mikroba juga berfungsi sebagai dekomposer, sehingga membantu penyediaan unsur hara bagi tanaman. Badan Litbang Pertanian telah menghasilkan beberapa formulasi pupuk hayati dan biopestisida dengan bahan aktif mikrobe yang diisolasi dari sentra produksi pertanian. Aplikasi pupuk dan pestisida hayati tersebut efektif mengendalikan penyakit penting tanaman hias, seperti Bio Nutri- V dapat menekan perkembangan penyakit karat putih (Puccinia horina Henn) pada krisan 32,2% dan mempertahankan hasil panen kentang dan krisan masing-masing 25% dan 34% dibandingkan dengan aplikasi fungisida kimia sintetik. Pengembangan pupuk dan pestisida hayati yang dihasilkan diharapkan dapat meningkatkan daya saing komoditas pertanian melalui sistem produksi ramah lingkungan dengan memanfaatkan sumber daya alam secara optimal guna mendukung industri pertanian berdaya saing dan berkelanjutan.Kata kunci: Mikroba, pupuk hayati, biopestisida, sayuran, tanaman hias, hortikultura.
PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI (P.cichorii) (Swingle 1925) (STAPP 1928) PADA TANAMAN KRISAN (D.grandiflora Tzvelev) DAN UPAYA PENGENDALIANNYA DI INDONESIA/Bacterial Leaf Blight Disease (Swingle 1925) (STAPP 1928) in Chrysanthemum and Its Control in Indonesia Hanudin Hanudin; Lia Sanjaya; Budi Marwoto
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol 39, No 2 (2020): Desember, 2020
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jp3.v39n2.2020.p105-116

Abstract

Bacterial leaf blight caused by Pseudomonas cichorii is a major disease in chrysanthemum plants almost all over the world. In Indonesia, this pathogen can cause damage to chrysanthemum 10- 60%. Bacteria spread from one plant to another through water droplets from modern irrigation networks as well as conventional irrigation. P. cichorii is a polyphagic pathogen, which infects succulents and others across continents with varying incidence. Symptoms of transmission of this pathogen in each type of plant are always different, and effective control methods have not been found. This article discusses the virulence of pathogens, the incidence of transmission, and recommendations for controlling bacterial leaf blight on chrysanthemums in Indonesia. A search of various references from within and outside the country shows that P. cichorii can be controlled by combining several methods, namely (a) the use of tolerant varieties (Puspita Nusantara, Puspa Kania, Dwina Kencana, Dwina Pelangi, Pasopati, Paras Ratu, and Wastu Kania), (b) technical culture (extracting infected leaves and watering in the morning), and (c) application of synthetic chemical bactericides with active ingredients of hydrogen peroxide and peroxyacetic acid, or biopesticides with active bacterial isolates of the antagonistic bacteria Bacillus subtilis MI600, and B. amyloliquefaciens IN937, and combination of P. fluorescens Pf Irana with Pf Slada-2.Keywords: Chrysanthemum, P. chicorii, bacterial leaf blight disease, epidemiology, control AbstrakHawar daun bakteri yang disebabkan oleh Pseudomonas cichorii merupakan penyakit utama pada tanaman krisan hampir di seluruh penjuru dunia. Di Indonesia, patogen ini dapat menyebabkan kerusakan pada tanaman krisan 10-60%. Bakteri menyebar dari satu tanaman ke tanaman lain melalui tetesan air dari jaringan irigasi modern maupun penyiraman konvensional. P. cichorii merupakan patogen yang bersifat polifag, yang menginfeksi tanaman sukulen dan lainnya di seluruh benua dengan insidensi bervariasi. Gejala penularan patogen ini pada setiap jenis tanaman selalu berbeda, dan belum ditemukan metode pengendalian yang efektif. Artikel ini membahas virulenitas patogen, insidensi penularan, dan rekomendasi pengendalian hawar daun bakteri pada tanaman krisan di Indonesia. Penelusuran dari berbagai referensi dari dalam dan luar negeri menunjukkan P. cichorii dapat dikendalikan dengan memadukan beberapa metode, yaitu (a) penggunaan varietas toleran (Puspita Nusantara, Puspa Kania, Dwina Kencana, Dwina Pelangi, Pasopati, Paras Ratu, dan Wastu Kania), (b) kultur teknis (perompesan daun terinfeksi dan penyiraman pada pagi hari), serta (c) aplikasi bakterisida kimia sintetik berbahan aktif hydrogen peroxide dan peroxyacetic acid, atau biopestisida berbahan aktif isolat bakteri antagonis Bacillus subtilis MI600, dan B. amyloliquefaciens IN937, serta kombinasi P. fluorescens Pf Irana dengan Pf Slada-2.Kata kunci: Krisan, P. chicorii, bakteri hawar daun, epidemiologi, pengendalian.