Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

COMPARATIVE ANALYSIS OF PROVERBS 3:19-20 AND PROVERBS 24:3-4 AN EXEGETICAL STUDY Najoan, Jemmy C.
Jurnal Koinonia Vol 11 No 2 (2019): KOINONIA: Desember 2019
Publisher : Fakultas Filsafat Universitas Advent Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (218.941 KB)

Abstract

Walaupun terdapat sebuah hubungan secara tematik antara Amsal 3:19-20 danAmsal 20:3, 4, penelitian untuk membandingkan kedua bagian ini sangatlah sedikitditemui di kalangan sarjana Alkitab. Beberapa sarjana menolak akan penelitian yangbertujuan untuk mencari tahu hubungan antara kedua bagian ini karena, menurutmereka, kedua bagian ini berada pada pengelompokkan yang berbeda. Selanjutnya,yang lain mengatakan bahwa pendekatan pada interpretasi dalam hal petunjuk yangada dalam Amsal berbeda dengan pendekatan terhadap bagian dari perkataan orangorang bijak dalam buku ini. Dengan menggunakan penelitian exegesis, penelitian inimenunjukan bahwa kedua bagian ini berhubungan. Analisa unit dan penempatan daridua bagian ini menunjukan bahwa sebuah hubungan yang sangat dekat antara duabagian ini. Hubungan ini jug didukung oleh analisa dari beberapa ciri-ciri yangmemiliki kesaamaan yang ditemukan dari pada pasal dimana kedua bagian iniberada. Selanjutnya, analisa grammar dan sintaks juga memberikan terang yang lebihjauh lagi yang menunjukkan bahwa kedua bagian ini berhubungan. Analisa inimenunguatkan akan hubungan antara kedua bagian ini. Dalam analisa ini, aspek dariperfektif dan imperfektif dari kata kerja yang ada dalam ayat-ayat ini menguatkanakan hubungan dari dua bagian ini. Hasil dari analisa yang dilakukan menunjukkanbahwa Amsal 3:19-20 dan Amsal 24:3-4 pada akhirnay menunjukkan bahwaPenciptaan adalah model dari pembangunan rumah sedangkan pembangunan rumahadalah metafora dari Penciptaan.
THE MEANING OF ΧΕΙΡΟΓΡΑΦΟΝ IN COLOSSIANS 2:14: AN EXEGETICAL STUDY Najoan, Jemmy C.
Jurnal Koinonia Vol 12 No 1 (2020): KOINONIA: Juni 2020
Publisher : Fakultas Filsafat Universitas Advent Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (433.883 KB)

Abstract

Terdapat perdebatan di antara para sarjana Alkitab sehubungan dengan kataχειρογραφον dalam Kolose 2:14. Diantara berbagai interpretasi dari para sarjanaAlkitab, ada tiga yang paling utama yang merujuk pada arti dari kata ini.: (a) hukumMusa yang dihapuskan di salib; (b) catatan dosa atau surat hutang yang Yesuspakukan di salib; dan (c) sebuah tindakan pengampunan. Penelitian sebelumnya lebihmengarah pada aspek teologi dari kata ini. Fokus utama dari paper ini adalah untukmempelajari kata χειρογραφον dalam Kolose 2:14. Pada akhir dari pembahasan akandilihat apakan kata ini memiliki hubungan dengan Kolose 2:16, 17. Berkaitan denganmetodologi, penelitian ini bersifat eksegesis dengan menggunakan aspek-aspekhistorical grammatical method. Setelah menganalisa dilakukan, penelitian inimengambil kesimpulan bahwa arti literal dari kata χειρογραφον adalah “sebuah surathutang.” Dan dalam konteks dari bagian dimana ayat ini ditemukan, kata ini merujukpada “hutang dosa dari seluruh manusian.” Artikel ini juga menyarankan bahwa kataχειρογραφον tidak memiliki hubungan secara tematik dengan Kolose 2:16, 17,dimana kata ini tidaklah merujuk pada hukum Musa.
COMPARATIVE ANALYSIS OF PROVERBS 3:19-20 AND PROVERBS 24:3-4 AN EXEGETICAL STUDY Jemmy C. Najoan
Jurnal Koinonia Vol 11 No 2 (2019): KOINONIA: Desember 2019
Publisher : Fakultas Filsafat Universitas Advent Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (218.941 KB) | DOI: 10.35974/koinonia.v11i2.2352

Abstract

Walaupun terdapat sebuah hubungan secara tematik antara Amsal 3:19-20 danAmsal 20:3, 4, penelitian untuk membandingkan kedua bagian ini sangatlah sedikitditemui di kalangan sarjana Alkitab. Beberapa sarjana menolak akan penelitian yangbertujuan untuk mencari tahu hubungan antara kedua bagian ini karena, menurutmereka, kedua bagian ini berada pada pengelompokkan yang berbeda. Selanjutnya,yang lain mengatakan bahwa pendekatan pada interpretasi dalam hal petunjuk yangada dalam Amsal berbeda dengan pendekatan terhadap bagian dari perkataan orangorang bijak dalam buku ini. Dengan menggunakan penelitian exegesis, penelitian inimenunjukan bahwa kedua bagian ini berhubungan. Analisa unit dan penempatan daridua bagian ini menunjukan bahwa sebuah hubungan yang sangat dekat antara duabagian ini. Hubungan ini jug didukung oleh analisa dari beberapa ciri-ciri yangmemiliki kesaamaan yang ditemukan dari pada pasal dimana kedua bagian iniberada. Selanjutnya, analisa grammar dan sintaks juga memberikan terang yang lebihjauh lagi yang menunjukkan bahwa kedua bagian ini berhubungan. Analisa inimenunguatkan akan hubungan antara kedua bagian ini. Dalam analisa ini, aspek dariperfektif dan imperfektif dari kata kerja yang ada dalam ayat-ayat ini menguatkanakan hubungan dari dua bagian ini. Hasil dari analisa yang dilakukan menunjukkanbahwa Amsal 3:19-20 dan Amsal 24:3-4 pada akhirnay menunjukkan bahwaPenciptaan adalah model dari pembangunan rumah sedangkan pembangunan rumahadalah metafora dari Penciptaan.
THE MEANING OF ΧΕΙΡΟΓΡΑΦΟΝ IN COLOSSIANS 2:14: AN EXEGETICAL STUDY Jemmy C. Najoan
Jurnal Koinonia Vol 12 No 1 (2020): KOINONIA: Juni 2020
Publisher : Fakultas Filsafat Universitas Advent Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (433.883 KB) | DOI: 10.35974/koinonia.v12i1.2365

Abstract

Terdapat perdebatan di antara para sarjana Alkitab sehubungan dengan kataχειρογραφον dalam Kolose 2:14. Diantara berbagai interpretasi dari para sarjanaAlkitab, ada tiga yang paling utama yang merujuk pada arti dari kata ini.: (a) hukumMusa yang dihapuskan di salib; (b) catatan dosa atau surat hutang yang Yesuspakukan di salib; dan (c) sebuah tindakan pengampunan. Penelitian sebelumnya lebihmengarah pada aspek teologi dari kata ini. Fokus utama dari paper ini adalah untukmempelajari kata χειρογραφον dalam Kolose 2:14. Pada akhir dari pembahasan akandilihat apakan kata ini memiliki hubungan dengan Kolose 2:16, 17. Berkaitan denganmetodologi, penelitian ini bersifat eksegesis dengan menggunakan aspek-aspekhistorical grammatical method. Setelah menganalisa dilakukan, penelitian inimengambil kesimpulan bahwa arti literal dari kata χειρογραφον adalah “sebuah surathutang.” Dan dalam konteks dari bagian dimana ayat ini ditemukan, kata ini merujukpada “hutang dosa dari seluruh manusian.” Artikel ini juga menyarankan bahwa kataχειρογραφον tidak memiliki hubungan secara tematik dengan Kolose 2:16, 17,dimana kata ini tidaklah merujuk pada hukum Musa.
Foot Washing: Its Rationale and Necessity Jemmy C. Najoan
Jurnal Koinonia Vol 12 No 2 (2020): Juli - Desember
Publisher : Fakultas Filsafat Universitas Advent Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (379.414 KB) | DOI: 10.35974/koinonia.v12i2.2554

Abstract

Basuh kaki adalah satu peristiwa yang dilakukan oleh Yesus sebelum Dia meninggalkan dunia ini. Para sarjana Alkitab telah banyak mendiskusikan topik ini. Diskusi para sarjana Alkitab lebih berfokus pada arti dari tindakan Yesus ini dan juga pada pilihan apakah upacara ini perlu dipraktekkan oleh gereja saat ini atau tidak. Penulisan ini bertujuan untuk melihat dari segi alasan disengaja (intention) dari Yesus untuk melakukan basuh kaki dan bagaimana hal itu terlihat dalam catatan empat Injil dan juga melihat signifikansi dari perintah dan juga upacara itu sendiri. Penulisan ini menganalisa perbandingan catatan dari Gospels tentang paskah terakhir, analisa narasi dari Yohanes 17, dan analisa grammar dan syntax yang disertai dengan analisa kata-kata penting dalam teks yang dipelajari. Dengan membandingkan catatan empat Injil maka di dapati bahwa dimulaikan dari perintah Yesus sampai pada ketidakhadirannya seorang tuan rumah dan seorang hamba menunjukkan bahwa Yesus sengaja untuk melakukan tindakan cuci kaki di peristiwa Paskah terakhir dengan murid-murid-Nya. Penggunaan term-term keilahian dari Yesus dalam percakapan dengan murid-murid-Nya menunjukkan bahwa upacara ini dimaksudkan untuk diikuti oleh semua orang percaya. Selanjutnya, analisa kata τίθημι dalam konteks penggunaannya di buku Yohanes menunjukkan bahwa proses menanggalkan jubah dari Yesus ketika Dia melaksanakan pencucian kaki melambangkan peristiwa salib dimana Yesus menyerahkan nyawanya untuk banyak orang.
Analisa Kontekstual Markus 7:1-23 Dalam Hubungan Dengan Peraturan Makanan Di Perjanjijan Lama Jemmy C. Najoan
Jurnal Koinonia Vol 13 No 1 (2021): Bahasa Indonesia
Publisher : Fakultas Filsafat Universitas Advent Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (314.228 KB) | DOI: 10.35974/koinonia.v13i1.2574

Abstract

Mark: 15,19 often becomes a polemic in Christian circles related to the issue of annulment of laws about clean and unclean food in the Old Testament. The Christian view generally supports that Jesus abrogated the Old Testament dietary regulations. Not much discussion regarding the context analysis of this passage is done in Bahasa Indonesian. That is why, using the contextual analysis methods, this article analyzed the context of Mark 1-23 and looked the meaning of vv. 15 and 19. In addition, this article also looked at whether Jesus canceled the Old Testament related to clean and unclean. The result shows what Jesus meant about what came in did not make people unclean (v. 15) refers to general idea of eating food. What defiles is something thatcomes out of the heart. In a sense, impurity does not come from eating without washing hands. Regarding Mark's additional editorial "Thus he says all food is clean," the context shows that what Mark meant is not the annulment of clean and unclean rules. In fact, here, Mark was emphasizing that whether food is eaten by washing hands or not, it is clean and does not make people unclean. In addition, Jesus' criticism of the Pharisees and scribes by comparing God's traditions and laws shows that He was rebuking the guilt of these Jewish leaders who ignored God's word for the sake of their traditions. That is what happened in this case, Jesus was not abrogating God's commands in regard to clean and unclean.
Konteks Persatuan dalam Pembahasan Paulus tentang Keinginan Daging dan Keinginan Roh Jemmy C. Najoan
Jurnal Koinonia Vol 13 No 2 (2021): Juli-Desember
Publisher : Fakultas Filsafat Universitas Advent Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (305.521 KB) | DOI: 10.35974/koinonia.v13i2.2698

Abstract

Pembahasan tentang keinginan daging dan keinginan roh selalu menjadi perhatian banyak sarjana Alkitab. Walaupun sudah banyak yang membahas tentang bagian ini, pembahasan topik ini dalam hubungannya dengan kesatuan gereja masih sangat jarang.  Itulah sebabnya, dengan menggunakan historical-grammatical method, artikel ini menganalisa secara kontekstual pembahasan tentang keinginan daging dan keinginan roh dalam Galatia dan hubunganya dengan persatuan dalam jemaat. Setelah sedikit gambaran tentang tema buku dan kondisi jemaat Galatia disedikan, analisa tentang peralihan topik yang terjadi, pembuatan diagram, studi kontekstual dari bagian yang dipelajari, dan analisa isi dari daftar keinginan daging dan keinginan roh selanjutnya dipelajari. Hasil studi menunjukkan bahwa diskusi Paulus tentang keinginan daging dan keinginan roh dalam buku Galatia secara khusus berada dalam konteks usaha Paulus untuk mempromosikan persatuan dalam gereja itu. Walaupun Paulus menyinggung tentang dosa-dosa yang lain yang disebutkan dalam keinginan daging, penekanannya yang paling utama dari penyampaian tentang perbandingan isi antara keinginan daging dan keinginan roh bertujuan untuk mengingatkan jemaat Galatia untuk bersatu dan menjauhi pertengkaran dalam gereja. Hasil dari pembahasan ini diharapkan akan memberkan sumbangsi dalam mengerti lebih jauh aspek-aspek eklesiologi, teristimewa dalam hal persatuan dalam gereja.
Eudaimonism: Juxtaposition to the Concept of the Last Judgment on Matthew 25:31-46 Alvyn Cesarianto Hendriks; Stimson Bernard Hutagalung; Jemmy Carter Najoan
Jurnal Jaffray Vol 20, No 2 (2022): October 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Theologia Jaffray

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25278/jj.v20i2.661

Abstract

The concept of “last judgment” means punishment for the wicked and reward for the righteous with the ultimate goal of human life. Philosophers’ theories sometimes contradict the contents of the Bible. Does eudaimonism go against the Bible or support each other? This study endeavours to cultivate a deeper insight into Aristotle’s happiness theory-eudaimonia juxtaposed with the pericope in Matthew about the final judgment. With a literature review approach, this qualitative method interpreted the narrative through several stages. Eudaimonia walks in rhythm with the concept of the final judgment in Matthew 25:31–46. Eudaimonia is about doing virtue as a self-maximizing potential to achieve the ultimate goal of human life, which is judged by reason as a demand of someone’s current situation with the assumption that leads to the truth. Matthew 25:31-46 reveals that the determination of “last judgment” is judged through practical religion by sharing Jesus’ friendship “today” through virtue with those who hunger and thirst for truth. Those who do it will receive the kingdom of God, and those who do not will be thrown into eternal fire.
Analisis Exegesis Kata ἐΠΙΕΙΚὲΣ dan Implikasinya terhadap Terjemahan dari Filipi 4:5 Subriyanto Subriyanto; Jemmy C. Najoan
Journal on Education Vol 5 No 4 (2023): Journal on Education: Volume 5 Nomor 4 Mei-Agustus 2023
Publisher : Departement of Mathematics Education

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/joe.v5i4.2797

Abstract

The translation of the word ἐπιεικὲς in Philippians 4:5 is inviting trouble as the Indonesian translation does not seem to be very appropriate based on the context. While many versions of the Bible give the correct translation, the discussion about why the translation was given has never appeared. This article discusses the use of the word ἐπιεικὲς in the verse in question based on three points of view. First, it analyzes the usage of the word in the New Testament. Secondly, it analyzes the near context of the verse under study. Third, the analysis of the sequential order that usually appears in Paul's writings. Fourth, the analysis of the broader context. The four analyses prove that when Paul uses the word ἐπιεικὲς he is referring to the context of suffering, which is why the correct meaning for the translation of the word ἐπιεικὲς is forbearance. Thus, Jesus' teaching on almsgiving in Matthew does not contradict Philippians 4:5.
Dosa yang Mendatangkan Maut dan Dosa yang Tidak Mendatangkan Maut: Analisa berdasarkan konteks Dosa dalam buku 1 Yohanes Juan Veron Leuna; Jemmy C. Najoan
Journal on Education Vol 5 No 4 (2023): Journal on Education: Volume 5 Nomor 4 Mei-Agustus 2023
Publisher : Departement of Mathematics Education

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/joe.v5i4.2799

Abstract

The understanding of sin that leads to death and sin that does not lead to death in 1 John. 5:16, 17 is still a topic of debate among Bible scholars. Various opinions, both based on theological interpretations and biblical studies, have emerged to find out the definitions of these two types of sins. Further discussion to understand this verse is needed to gain more thorough understanding. By using several aspects of the exegesis method, the author tries to find out the meaning of sin that leads to death and sin that does not lead to death. The emphasis of this study is on the analysis of sin in the book of 1 John specifically in 2:1 and 3:8 and then compares it with the contents of 5:16, 17. The results of the discussion prove that a sin that leads to death is a condition in which a person commits a sin but does not come by faith in Jesus who is the Mediator and in a situation where a person knowingly commits a sin or acts in violation of God's law continuously. These two conditions will lead to death. while sin that does not bring death is a condition in which a believer who, in his life's journey, could have committed a sin but then came and confessed it before God. That person will get forgiveness from Allah and he will not experience eternal death.