Claim Missing Document
Check
Articles

Found 23 Documents
Search

DETERMINAN LOKASI SENTRA INDUSTRI KERAJINAN BAMBU DI KABUPATEN SLEMAN Yosky, Dellamanda; Budiani, Sri Rahayu
JURNAL PEMBANGUNAN WILAYAH & KOTA Vol 15, No 4 (2019): JPWK Vol. 15 No. 4 Desember 2019
Publisher : Magister Pembangunan Wilayah dan Kota,Undip

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (854.708 KB) | DOI: 10.14710/pwk.v15i4.20594

Abstract

Industri Kecil dan Menengah Kabupaten Sleman cabang industri kerajinan didominasi oleh industri kerajinan bambu. Industri ini membentuk sentra-sentra di wilayah tertentu yang menghasilkan produk khas. Lokasi merupakan hal penting dalam industri karena berhubungan dengan efisiensi produksi dan pemasaran. Tujuan dari penelitian ini adalah : 1) Mengetahui distribusi sentra industri kerajinan bambu di Kabupaten Sleman. 2) Mengetahui karakteristik usaha industri kerajinan bambu di Kabupaten Sleman. 3) Mengetahui faktor yang paling berpengaruh terhadap pemilihan lokasi sentra industri kerajinan bambu di Kabupaten Sleman. Penelitian ini dilakukan secara survei. Pengambilan sampel ditentukan secara acak di masing-masing sentra dengan metode Proporsionate Stratified Random Sampling. Total responden sebanyak 87 unit usaha. Analisis dilakukan dengan hasil berupa peta, tabel frekuensi, serta analisis kuantitatif regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Lokasi sentra-sentra industri kerajinan bambu Kabupaten Sleman cenderung mengelompok di wilayah Kabupaten Sleman bagian barat dengan masing-masing sentra memiliki produk khas. 2) Industri kerajinan bambu Kabupaten Sleman didominasi oleh industri skala rumah tangga. 3) Faktor yang yang paling berpengaruh terhadap keuntungan sebagai fungsi karakteristik spesifik lokasi industri kerajinan bambu Kabupaten Sleman adalah kuantitas bahan baku. 
Pengembangan Sentra Industri Kecamatan Tempuran Berdasarkan Indeks Spesialisasi Dan Konsentrasi Spasial Di Kabupaten Magelang Putra, Andy Panca; Kurniawan, Andri; Budiani, Sri Rahayu
Media Komunikasi Geografi Vol 20, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/mkg.v20i2.19274

Abstract

Keberadaan industri seringkali menjadi kutub pertumbuhan bagi perkembangan wilayah. Upaya pengembangan industri di Kecamatan Tempuran tidak didukung oleh ketersediaan data yang komprehensif mengenai industri kecil dan menengah tersebut. Minimnya ketersediaan data informasi yang komprehensif terkait industri menengah, industri kecil dan rumah tangga di Kecamatan Tempuran dapat menimbulkan permasalahan. Industri-industri yang berkembang di Kecamatan Tempuran tidak berada pada satu kawasan khusus sebagai industrial estate tetapi menyebar pada beberapa desa. Keberadaan industri bercampur dengan fungsi-fungsi lain seperti permukiman, perdagangan dan jasa, serta lahan pertanian. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Konsentrasi Spasial sentra industri di Kecamatan Tempuran. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif untuk mengidentifikasi konsentrasi spasial sentra industri di Kecamatan Tempuran. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat tujuh sentra industri yang teraglomerasi, yakni sentra industri kusen kayu memiliki nilai Indeks Hirschmann-Herfindhal (IHH) terbesar dengan nilai 0,8706, Sentra industri Sangkar Burung dengan nilai Indeks IHH 0,6676, sentra industri tempe dengan nilai Indeks IHH 0,5954, sentra industri Mebel Kayu dengan nilai Indeks IHH 0,5718, sentra industri Besek dengan nilai Indeks IHH 0,4867 dan sentra industri batu bata dengan nilai indeks IHH 0,4375, sedangkan sentra industri yang termasuk kategori dispersi terdapat tiga sentra, yakni, sentra industri Slondok, Sentra Industri Genteng, sentra industri Keranjang Tongkol,Kata Kunci : Sentra Industri; Indeks Spesialisasi Industri; Aglomerasi Industri
ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM PENYERAPAN TENAGA KERJA DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Rika Harini; Sri Rum Giyarsih; Sri Rahayu Budiani
Majalah Geografi Indonesia Vol 19, No 1 (2005): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (647.117 KB) | DOI: 10.22146/mgi.13285

Abstract

ABSTRAK Tantangan pembangunan dimasa depan adalah terwujudnya ntasyarakat yang adil termasuk keadilan dan pemerataan antar daerah. Hal tersebut dapat dilakukan melalui perbaikan pembangunan sektoral yang bertumpu pada pembangunan pusat-pusat pertumbuhan, sehingga mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Kebijakan utama yang perlu adalah mengusahakan semaksimal mungkin agar prioritas daerah sesuai dengan potensi ekonomi dan sektor-sektor unggulan wilayah dikembangkan. Selain itu program-program pembangunan ditekankan pada penciptaan kerja baik pada sektor pertanian maupun non pertanian.Penelitian ini berusaha untuk mengetahui sektor unggulan dan pertumbuhannya serta bagaimana penyerapan tenaga kerja dari masing-masing sektor perekonomian. Lokasi penelilian Daerah Istimewa Yogyakarta. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa data runtun waktu (times series) antara tahun 1993-2001 berupa data PDRB dan data ketenagakerjaan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa an tar kabupaten/kota memiliki sektor unggulan yang berbeda-beda. Sektor pertanian (sektor primer) menjadi sektor unggulan pada Kabupaten Kulon Progo, Bantul dan Gunung KiduL Sedangkan di Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta yang menjadi sektor unggulan hanya pada sektor sekunder dan tersier. Sektor industri pengolahan; bangunan; perdagangan, hotel dan restoran; keuangan, persewaan dan jasa perusahaan menjadi sektor unggulan di Kabupaten Sleman. Sedangkan di Kota Yogyakarta sektor listrik, gas dan air bersih; perdagangan, hotel dan restoran; pengangkutan dan komunikasi; keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dan sektor jasa.Pada Kabupaten Bantu' dan Kabupaten Kulon Progo memiliki nilai pertumbuhan ekonomi yang lambat jika dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Semua kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki penyerapan tenaga kerja paling tinggi pada sektor pertanian, sedangkan untuk Kota Yogyakarta yang paling tinggi penyerapan tenaga kerjanya adalah sektor jasa.
Analisis Strategi Pemasaran Industri Tenun di Desa Wisata Gamplong Kabupaten Sleman Ratih Indah Sari; Sri Rahayu Budiani
Majalah Geografi Indonesia Vol 32, No 1 (2018): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3323.894 KB) | DOI: 10.22146/mgi.30063

Abstract

Strategi pemasaran sangat diperlukan dalam menghadapi kegiatan perdagangan yang semakin maju. Untuk itu IKM dituntut lebih inovatif agar produk yang dipasarkan tidak kalah saing dengan produk daerah lain. Penelitian ini bertujuan 1) Mengetahui faktor lingkungan internal yang berpengaruh terhadap strategi pemasaran industri tenun Gamplong, 2) Mengetahui  faktor lingkungan eksternal yang berpengaruh terhadap strategi pemasaran industri tenun Gamplong, dan 3) Mengetahui sistem pemasaran yang sesuai untuk industri tenun Gamplong. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dimana data diperoleh dengan cara wawancara, observasi, dan dokumentasi. Wawancara dilakukan di Desa Wisata Gamplong yang merupakan sentra industri tenun di Kecamatan Moyudan. Hasil lapangan digunakan untuk analisis SWOT yang terdiri dari tabel IFAS, tabel EFAS, matriks IE, dan matriks SWOT. Hasil penelitian ini menunjukkan faktor internal yang berpengaruh berupa: kepemilikan alat secara pribadi, inovasi produk dan bahan baku, harga terjangkau, kurangnya promosi, keterbatasan modal usaha, kendala komunikasi, dan kurangnya link pemasaran. Faktor eksternal yang berpengaruh berupa: pasar luas dengan posisinya sebagai desa wisata, adanya pelatihan industri, kurangnya pengetahuan tentang inovasi, konflik internal, adanya pasar global, dan regenerasi pengrajin tenun. Strategi pemasaran yang sesuai untuk industri tenun Gamplong adalah strategi menjaga dan mempertahankan.
Kajian Daya Dukung Lingkungan Fisik Wisata Berkemah Telaga Cebong Desa Sembungan untuk Mendukung Pariwisata Berkelanjutan Sri Rahayu Budiani; Lucky Puspitasari; Masna Naila Adibah; Atik Fauzia; Sandra Nisa Basuki
Majalah Geografi Indonesia Vol 33, No 1 (2019): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/mgi.32304

Abstract

Pariwisata di Dieng sangat diminati oleh wisatawan, salah satunya adalah wisata berkemah Telaga Cebong di Sembungan, Dieng. Aktivitas pariwisata berkemah di Telaga Cebong menunjukkan peningkatan yang dapat berpengaruh terhadap lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung nilai daya dukung lingkungan fisik Telaga Cebong guna menetapkan jumlah maksimum wisatawan yang secara fisik dapat tercukupi oleh ruang yang disediakan telaga tersebut dan membandingkannya dengan kondisi aktual, serta merekomendasikan strategi optimalisasi objek wisata Telaga Cebong berdasarkan asas pariwisata berkelanjutan. Penelitian ini menggunakan rumus Physical Carrying Capacity (PCC) untuk menghitung daya dukung lingkungan fisik dengan menggunakan variabel luas wilayah wisata, luas wilayah agar wisatawan tetap merasa nyaman, dan faktor rotasi. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai daya dukung lingkungan fisik Telaga Cebong adalah 404 tenda per hari. Jumlah wisatawan yang berkemah baik saat hari kerja maupun akhir pekan belum melampaui nilai daya dukung sehingga pengelolaan di kawasan Telaga Cebong perlu dioptimalkan.Tourism in Dieng is in great demand by tourists, one of which is the camping tour of Lake Cebong in Sembungan, Dieng. The activities of camping tourism in Lake Cebong show an increase that can affect the environment. This study aims to calculate the carrying capacity of Lake Cebong physical environment to determine the maximum number of tourists who can be physically satisfied by the space provided by the lake and compare it with the actual condition, and recommend the optimization strategy of Lake Cebong tourism object based on the principle of sustainable tourism. This study uses Physical Carrying Capacity (PCC) formula to calculate the carrying capacity of the physical environment by using wide varieties of tourist areas to keep tourists comfortable, and rotation factor. The calculation results show that the carrying capacity of the physical environment of Lake Cebong is 404 tents per day. The number of tourists who camp on both weekdays and weekends has not exceeded the carrying capacity so that management in Lake Cebong area needs to be optimized.
Analisis Potensi dan Strategi Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan Berbasis Komunitas di Desa Sembungan, Wonosobo, Jawa Tengah Sri Rahayu Budiani; Windarti Wahdaningrum; Dellamanda Yosky; Eline Kensari; Hendra S Pratama; Henny Mulandari; Heru Taufiq Nur Iskandar; Mica Alphabettika; Novela Maharani; Rizka Fitria Febriani; Yanti Kusmiati
Majalah Geografi Indonesia Vol 32, No 2 (2018): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (805.55 KB) | DOI: 10.22146/mgi.32330

Abstract

Pembangunan pariwisata saat ini diarahkan kepada pembangunan pariwisata yang berkelanjutan dengan pengembangan yang didasarkan atas prinsip pemberdayaan berbasis masyarakat. Salah satu desa yang potensial dikembangkan dengan prinsip-prinsip tersebut adalah Desa Sembungan. Metode penelitian kualitatif digunakan untuk melihat potensi pengembangan wisata Desa Sembungan. Berdasarkan hasil penelitian diketahui Desa Sembungan memiliki sumberdaya alam yang potensial, namun saat ini hanya dua objek wisata alam yang dikembangkan, yaitu Bukit Sikunir dan Telaga Cebong sehingga masih sangat mungkin untuk ditemukan objek wisata yang memiliki daya tarik. Desa Sembungan pada prinsipnya belum memenuhi prinsip pembangunan pariwisata berkelanjutan, sehingga perlu adanya pembenahan diberbagai aspek. Dilihat dari tujuh prinsip pembangunan pariwisata berbasis komunitas, maka Desa Sembungan masih belum memenuhi tujuh prinsip tersebut, sehingga diperlukan arahan strategi yang tepat untuk mendorong pengembangan pariwisata berkelanjutan berbasis masyarakat di Desa Sembungan. ABSTRACT Tourism development today is directed to achieve sustainable tourism development following the community-based empowerment principles. Sembungan village is one of the potential village to be developed with those principles. Qualitative research method is used for this research. The result shows that Sembungan village has potential natural resources, but unfortunately only two attractions are developed, they are sikunir hill and telaga cebong. There are more alluring tourism objects in Sembungan village that haven’t been explored. Sembunga village has not yet manage tourism activities based on sustainable tourism principles. Accordingly, there are many aspects that need to be fixed. Tourism management also has not achieved the seven community-based tourism developments principles. Sembungan village still needs more precise strategies and plans to force sustainable community-based tourism development.
Analisis hubungan sektor unggulan industri pengolahan dengan IPM Kabupaten Kendal tahun 2010 − 2019 Sri Rahayu Budiani; Dewina Inggar Santi; Akbar Abdul Rokhim; Fatih Cinderaswari Puspaningrani; Kurniasari Kurniasari; Hesti Probowati; Helmi Putri Ramdani; Muhammad Rafif; Zaima Hilmi
Majalah Geografi Indonesia Vol 36, No 1 (2022): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/mgi.63158

Abstract

Abstrak Industri pengolahan di Kabupaten Kendal terus mengalami peningkatan hingga menjadi sektor unggulan. Hal tersebut berkontribusi terhadap PDRB, penyerapan tenaga kerja, dan UMK. Kontribusi dari indikator tersebut turut berhubungan dengan IPM. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perkembangan IPM, jumlah industri, PDRB dan penyerapan tenaga kerja industri pengolahan serta UMK Kabupaten Kendal tahun 2010−2019; mengidentifikasi sektor industri pengolahan sebagai sektor unggulan Kabupaten Kendal serta mengetahui hubungan antara PDRB industri pengolahan, penyerapan tenaga kerja industri pengolahan, UMK dengan IPM Kabupaten Kendal. Data yang digunakan merupakan data sekunder dengan metode analisis meliputi analisis deskriptif, Location Quotient (LQ) dan uji korelasi Spearman Rank. Hasil penelitian menunjukkan sektor industri pengolahan merupakan sektor unggulan Kabupaten Kendal (LQ >1) dibuktikan adanya peningkatan tiap indikator di tahun 2019 dibandingkan tahun 2010. Hasil korelasi menunjukkan antara PDRB, penyerapan tenaga kerja, dan UMK berkorelasi positif dan sangat kuat dengan IPM, nilai korelasi masing-masing secara berurutan sebesar 1; 0,879; dan 1. Abstract The manufacturing industry in Kendal Regency continues to increase until it becomes a leading sector. It contributes to GRDP, employment, and UMK. The contribution of these indicators is also related to HDI. This study aims to determine the development of HDI, the number of industries, GRDP, the absorption of labor, and Regency Minimum Wage in Kendal Regency in 2010-2019, then to identify the manufacturing industry as the leading sector of Kendal Regency and know the relationship between the HDI of Kendal Regency and the GRDP of the manufacturing industry, the absorption of labor in the manufacturing industry, Regency Minimum Wage. The data used are secondary, then the analysis method used is descriptive analysis, Location Quotient (LQ), and the Spearman rank correlation test. The results show that the manufacturing sector is the leading sector of Kendal Regency, as evidenced by an increase in each indicator in 2019 compared to 2010. The correlation results show that GRDP, the absorption of labor, and Regency Minimum Wage have a positive and intense correlation with HDI, with the correlation value of each respectively is 1; 0.879; and 1. 
Sustainable Livelihood Conditions of Farm Worker Households around Baluran National Park: Case Study in Wonorejo, Indonesia Sri Rahayu Budiani; Ratri Purnama Dewi; Kurniawati Kurniawati; Tiara Putri Amalia; Monita Deka Pratiwi; Retno Murti Andayaningrum; Ulil Usnaini; Putri Dwi Yuliana
Populasi Vol 29, No 1 (2021)
Publisher : Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jp.67204

Abstract

Farm workers are a group that is vulnerable to poverty and depends on weather or climatic factors. However, this profession dominates one of the villages around the Baluran National Park of Indonesia, i.e., Wonorejo, Banyuputih Subdistrict, Situbondo District, East Java. The Baluran National Park is a natural resource conservation area with a savanna ecosystem that was established in March 1980 through the Deklarasi Lima Taman Nasional (Declaration of Five National Parks) of Indonesia. It has an area of 25,000 hectares located in Banyuputih Subdistrict, Situbondo District, East Java and includes t h ree villages, i.e., Wonorejo, Sumberwaru, and Sumberanyar. This study aimed to describe the sustainable livelihood conditions of farm worker households in Wonorejo. This study is a quantitative research through household surveys and is supported by in-depth interviews with expert informants. The results of this study confirmed that farm workers in Wonorejo had good access to five livelihood assets, i.e., natural, physical, human, social, and financial assets. They had also been able to survive without destroying the natural resources in Baluran National Park.
Rural Creative Tourism as A Growth Triangle on The Slopes of Mount Sumbing, Magelang in The New Era of Normality Muhamad Muhamad; Sri Rahayu Budiani
E-Journal of Tourism Volume 9 Number 1 (March 2022)
Publisher : Centre of Excellence in Tourism Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24922/eot.v9i1.84035

Abstract

The substantial goal is how the creative tourism in rural areas can develop through tourism activities where the tourist can develop the creative potential through active participation in the experience of learning arts, legacies, or special characteristics of the location as the destination. The implementation method explains clearly about the research subject during the pandemic: such as gathering information by identifying problems and asking questions so that answers will be found in the field, researchers will ensure the capability/feasibility of other variables. The variables in the study include: the component of destination requirements as an important element so that tourists feel satisfied and enjoy all the components contained in the destination. The results of the service activities for the development scheme of the assisted villages are used to determine the important elements in cruising tours so that a model of developing a tourism village development that is independent and prosperous is formed. Including policy elements at the government level and village level in the master plan for tourism development on the slopes of Mount Sumbing and its surroundings in a quality and sustainable tourism. Suggestions for the next research is to build relevant theories that can be used as a reference for the next researcher. Keywords: creative tourism; independent tourism village.
Pengembangan Sentra Industri Kecamatan Tempuran Berdasarkan Indeks Spesialisasi Dan Konsentrasi Spasial Di Kabupaten Magelang Andy Panca Putra; Andri Kurniawan; Sri Rahayu Budiani
Media Komunikasi Geografi Vol. 20 No. 2 (2019)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/mkg.v20i2.19274

Abstract

Keberadaan industri seringkali menjadi kutub pertumbuhan bagi perkembangan wilayah. Upaya pengembangan industri di Kecamatan Tempuran tidak didukung oleh ketersediaan data yang komprehensif mengenai industri kecil dan menengah tersebut. Minimnya ketersediaan data informasi yang komprehensif terkait industri menengah, industri kecil dan rumah tangga di Kecamatan Tempuran dapat menimbulkan permasalahan. Industri-industri yang berkembang di Kecamatan Tempuran tidak berada pada satu kawasan khusus sebagai industrial estate tetapi menyebar pada beberapa desa. Keberadaan industri bercampur dengan fungsi-fungsi lain seperti permukiman, perdagangan dan jasa, serta lahan pertanian. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Konsentrasi Spasial sentra industri di Kecamatan Tempuran. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif untuk mengidentifikasi konsentrasi spasial sentra industri di Kecamatan Tempuran. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat tujuh sentra industri yang teraglomerasi, yakni sentra industri kusen kayu memiliki nilai Indeks Hirschmann-Herfindhal (IHH) terbesar dengan nilai 0,8706, Sentra industri Sangkar Burung dengan nilai Indeks IHH 0,6676, sentra industri tempe dengan nilai Indeks IHH 0,5954, sentra industri Mebel Kayu dengan nilai Indeks IHH 0,5718, sentra industri Besek dengan nilai Indeks IHH 0,4867 dan sentra industri batu bata dengan nilai indeks IHH 0,4375, sedangkan sentra industri yang termasuk kategori dispersi terdapat tiga sentra, yakni, sentra industri Slondok, Sentra Industri Genteng, sentra industri Keranjang Tongkol,Kata Kunci : Sentra Industri; Indeks Spesialisasi Industri; Aglomerasi Industri