Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search
Journal : Jurnal Keperawatan Indonesia

Efek Cold Pressor Test Terhadap Pasokan dan Kebutuhan Oksigen Miokard Pada Perokok Aktif di Kecamatan Ungaran Kabupaten Semarang Gipta Galih Widodo; Elly Nurachmah; Budiharto Budiharto
Jurnal Keperawatan Indonesia Vol 12 No 1 (2008): Maret
Publisher : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.7454/jki.v12i1.194

Abstract

AbstrakPenelitian kuasi eksperimen ini bertujuan menguji pengaruh cold pressor test (CPT) terhadap pasokan dan kebutuhan oksigen miokard pada perokok aktif dengan pengukuran tekanan darah dan segmen ST di Kecamatan Ungaran Kabupaten Semarang. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 76 perokok aktif di Kecamatan Ungaran Kabupaten Semarang dan ditentukan dengan cluster sampling. Pengaruh CPT terhadap tekanan darah dan segmen ST pada perokok aktif diuji dengan dependent sample t test. Hasil penelitian menunjukkan rerata tekanan darah setelah intervensi CPT mengalami penurunan. Hasil analisis dengan uji t test menunjukkan bahwa CPT menurunkan tekanan darah setelah intervensi CPT (p=0,000). Rata-rata segmen ST sebelum dan setelah intervensi CPT tidak jauh berbeda. Hasil uji t test menunjukkan bahwa CPT tidak berpengaruh dalam menurunkan segmen ST pada perokok aktif (p = 0,895). Penelitian ini menyimpulkan bahwa CPT berpengaruh terhadap perubahan tekanan darah pada perokok aktif tetapi tidak berpengaruh terhadap perubahan segmen ST. Selama CPT terjadi peningkatan tekanan darah dan berangsur menurun setelah dilakukan CPT. Segmen ST tidak mengalami perubahan. CPT dapat digunakan oleh perawat untuk memprediksi kejadian peningkatan tekanan darah. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya digunakan alat ukur yang lebih sensitif dan menggunakan determinan pasokan dan kebutuhan oksigen miokard yang lain seperti preload dan denyut jantung. AbstractThis quasy-experimental research was aimed to examine the effect of cold pressor test (CPT) to the myocardial oxygen demand and supply among active smokers in the Ungaran district, Semarang by measuring blood pressure and ST segment. There were 76 active smoker males involved as the cluster sampling in the research. To examine the CPT effect on the blood pressure and ST segment among the active smokers, dependent sample t test was conducted. The result of the research showed that average blood pressure is decreased after CPT. Furthermore, CPT showed its effects on decreasing blood pressure after the intervention (p = 0,000). The averages of ST segment before and after intervention of CPT were slightly different. Thus, CPT indicated no significant impact in decreasing ST segment among active smokers (p = 0,895). The research concluded that CPT caused blood pressure changes among active smokers but do not have effect in ST segment changes. On the other hand, it was observed that the initial blood pressure were increase during CPT but then gradually decreased immediately after the end of CPT. In addition, ST segment remained unchanged. Therefore, the CPT is still beneficial for predicting high blood pressure in patient compared to other cardiac stress test. Nevertheless, it is recommended to use more sensitive device and to consider other determinants of the myocardial oxygen demand and supply such as preload and heart beat for further research.
KARAKTERISTIK INDIVIDU YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU KEKERASAN PADA SISWA SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS DI JAKARTA TIMUR Widyatuti Widyatuti; Budi Anna Keliat; Budiharto Budiharto
Jurnal Keperawatan Indonesia Vol 7 No 2 (2003): September
Publisher : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.7454/jki.v7i2.136

Abstract

AbstrakPerilaku kekerasan menjadi masalah di berbagai negara seperti Amerika, Australia dan negara maju lainnya. Indonesiapun memiliki masalah yang sama terutama di kota-kota besar khususnya Jakarta. Perilaku kekerasan banyak dilakukan oleh anak mulai berusia 10-17 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik individu yang berhubungan dengan perilaku kekerasan pada siswa sekolah lanjutan tingkat atas di Jakarta Timur. Metoda penelitian menggunakan pendekatan cross sectional. Berdasarkan rumus perhitungan sampel Lemeshow didapatkan jumlah sampel sebanyak 370. Instrumen perilaku kekerasan dikembangkan dari penelitian Morrison (1993), sedangkan instrumen lain (karakteristik individu, karakteristik psikologis, sosial dan spiritual) dikembangkan oleh peneliti. Analisis data dengan univariat, bivariat: analisis korelasi dan regresi sederhana. Hasil penelitian menunjukan karakteristik siswa sekolah yang melakukan kekerasan berusia 15-17 tahun 68,5%, jenis kelamin laki-laki 97%, dengan jumlah anak terbanyak di dalam keluarga 3 orang, umumnya pernah mengalami riwayat kekerasan dengan tingkat kekerasan terbanyak katagori berat (fisik), dan pelaku kekerasan terbanyak yang dialami oleh anak sekolah dilakukan oleh orangtua, guru, teman tidak sekelompok, masyarakat disekitar rumah, teman sekelompok, saudara dan masyarakat dilingkungan sekolah. Tidak ada hubungan bermakna antara umur, jenis kelamin, jumlah anak dalam keluarga, riwayat mengalami kekerasan, dan kondisi spiritual dengan perilaku kekerasan. Terdapat hubungan bermakna dalam karakteristik individu berupa pengalaman jenis kekerasan yang dialami (p value 0,0001), pengalaman sebagai pelaku kekerasan (p value 0,0001), aspek psikologis (p value 0,0001), dan aspek sosial (p value 0,026) dengan perilaku kekerasan yang dilakukan anak sekolah lanjutan tingkat atas di Jakarta Timur. AbstractViolence has become a problem in many countries such as America, Australia, and other developed countries. In Indonesia, the same problem also encountered, especially at big cities like Jakarta. Many violence was done by children at the age of 10-17 years old. The purpose of this study is to identify individual characteristics of violence among the high school students at East Jakarta. The cross sectional approach was applied in this study. The member of sample was 370. Instrument of violence was developed from Morrison study (1993). While other instruments were developed by researcher. Data analysis used univariat, bivariat namely correlation analysis and simple regression. The study found that the characteristic of students who have done violence mostly at the age of 17, boy, have 2 brothers/sisters, experienced physical violence from parents, teacher, friends from other group, society, friends from the same group, and people around schools. There is not a significant correlation between age, sex, number of children in family, experience physical violence, and spiritual aspect with violence. There is a significant correlation individual characteristics cover experienced to violence (p value 0,0001), violence subjects (p value 0,0001), psychological aspect (p value 0,0001), and social aspect (p value 0,026).
Pengaruh Breathing Retraining Terhadap Peningkatan Fungsi Ventilasi Paru Pada Asuhan Keperawatan Pasien PPOK Faridah Aini; Ratna Sitorus; Budiharto Budiharto
Jurnal Keperawatan Indonesia Vol 12 No 1 (2008): Maret
Publisher : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.7454/jki.v12i1.196

Abstract

AbstrakPenelitian kuasi eksperimen dengan rancangan control group pretest-posttest ini bertujuan menjelaskan pengaruh breathing retraining terhadap peningkatan fungsi ventilasi paru pada pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) di sebuah rumah sakit di Jakarta. Sampel berjumlah 34 pasien yang diambil secara simple random sampling (masing-masing 17 pasien untuk kelompok intervensi dan kontrol). Rerata nilai fungsi ventilasi paru pasien PPOK berbeda bermakna antara sebelum dan sesudah intervensi breathing retraining selama enam hari (p value = 0.000). Rerata nilai fungsi ventilasi paru pasien PPOK setelah intervensi antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol berbeda secara signifikan (p value = 0.012). Peningkatan nilai fungsi ventilasi paru berhubungan dengan usia (p value = 0.001), tetapi tidak ditemukan berhubungan dengan tinggi badan (p value = 0.091) dan jenis kelamin (p value = 0.346). Breathing retraining dapat diterapkan pada pasien PPOK untuk meningkatkan fungsi ventilasi paru. AbstractThe aim of the research was to explain about the influence of breathing retraining to the increasing of lung ventilation function for nursing care of theCOPD patients at a Hospital in Jakarta. The reseach design was quasi experiment with control group pretest-postest design. Total 34 patients (17 subjects for each group, intervention and control group) were included by a simple random sampling method. A breathing retraining was given to the intervention group for 6 days. The finding showed that the average of the COPD patient’s lung ventilation was significantly different before and after breathing retraining (p value = 0.000). The average score of the COPD patient’s lung ventilation after breathing retraining between intervention group and control group was also significantly different (p value = 0.012). There was significant relationship between age and increased lung ventilation function (p value = 0.001). However, no relationship found between body height and increased lung fuction (p value = 0.091) and between gender and lung ventilation function (p value = 0.346). The research suggested to implement the breathing retraining to increase the lung ventilation function of the CPOD patients.
Peningkatan Kemampuan Kognitif dan Perilaku Pada Klien dengan Harga Diri Rendah Melalui Cognitive Behaviorur Therapy Heppi Sasmita; Budi Anna Keliat; Budiharto Budiharto
Jurnal Keperawatan Indonesia Vol 13 No 1 (2010): Maret
Publisher : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.7454/jki.v13i1.227

Abstract

AbstrakSeseorang yang mengalami skizoprenia sering diawali dengan masalah harga diri rendah dengan gejala: konsentrasi dan perhatian kurang, kepercayaan diri kurang, rasa bersalah, tidak berguna, pandangan masa depan yang suram dan pesimistis. Tujuan penelitian ini menilai efektivitas cognitive behaviour therapy (CBT) untuk meningkatkan kemampuan kognitif dan perilaku klien harga diri rendah. Metode penelitian: quasi eksperimen dengan penerapan cognitive behaviour therapy dengan pendekatan pre-post test. Analisis yang digunakan dependen dan independent sample t-Test, regresi linier sederhana, chi-square dan Anova. Penelitian dilakukan di salah satu RS Jiwa terhadap 58 klien yaitu 29 orang kelompok intervensi dan 29 orang kelompok kontrol. Hasil penelitian menunjukkan cognitive behavior therapy meningkatkan kemampuan kognitif dan perilaku klien skizoprenia dengan harga diri rendah secara bermakna (p<0.05, α=0.05). Efektifitas CBT meningkatkan kemampuan kognitif sebesar 29,31% dan kemampuan perilaku sebesar 22,4%. Penelitian ini merekomendasikan CBT sebagai salah satu terapi spesialis pada klien skizoprenia dengan masalah harga diri rendah. AbstractPatient with schizophrenia in the beginning is experiencing low self esteem with the following symptoms: concentration difficulty, attention deficit, low self confident, guilty and worthless feelings, and pessimistic. Cognitive behavior therapy is the solutions to enhance cognitive ability as well as to treat behavior of patient with low self esteem. The research aims to study about the effectiveness of cognitive behavior therapy. Method of the research was quasi experiment with pre and post- tests design. The analysis of the research was dependent and independent sample t- test, simple linear regression, chi square, and anova. The research was conducted in mental health hospital with 58 respondents, divided into 29 respondents as intervention group and 29 respondents as control group. The research demonstrated that cognitive behavior therapy has significantly enhanced cognitive ability and treated behavior of patient with low self esteem (p<0.05, α=0.05). The research shown the effectiveness to enhance cognitive ability about 29.31 percent, while the effectiveness to treat behavior about 22.4 percent. This study recommended cognitive behavior therapy as specialty treatment for patient schizophrenia with low self esteem.