Institut Agama Islam Negeri Takengon yang merupakan Lembaga Pendidikan yang pertama didirikan di dataran tinggi Gayo telah melakukan inisiatif terkait pelestarian dan pengembangan budaya lokal. Dalam upaya melestarikan dan mengembangkan kearifan lokal masyarakat Gayo, lembaga pendidikan ini telah melakukan sebuah langkah penting dengan memberlakukan kurikulum studi literatur dan budaya Gayo. Salah satu materi pembelajaran yang terdapat di dalam kurikulum studi literatur dan budaya Gayo adalah sistem pendidikan dalam masyarakat Gayo sebagaimana disebut dalam bahasa Gayo yaitu i serahen ku guru. Jauh sebelumnya, adat dan budaya di Gayo telah menempatkan kedudukan seorang guru pada level yang sangat mulia dan terpandang, hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya tradisi pendidikan masa lampau yang berorientasi pada pendidikan agama dan adat istiadat yang harus memiliki minimal seorang guru. Guru berkedudukan sangat di dimuliakan dan memiliki derajat yang sangat tinggi dalam masyarakat Gayo, dengan kata lain ketika seorang siswa telah melakukan tradisi i serahen ku guru maka siswa tersebut harus lebih patuh terhadap guru bahkan jika dibandingkan dengan orang tuanya sekalipun. Peneliti ini menggunakan jenis penelitian kualitatif, dengan teknik wawancara. Dari hasil penelitian yang telah di lakukan, peneliti menyimpulkan bahwa desain kurikulum pada mata kuliah studi literatur dan budaya Gayo pada Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Takengon menunjukkan pola yang dinamis. Pengembang kurikulum yang berbasis kepada kearifan lokal tersebut harus melalui berbagai upaya yang berkelanjutan dalam menyusun dan mengadaptasi berbagai komponen kurikulum (analisis kebutuhan, formulasi tujuan, pengembangan bahan ajar, konseptualisasi materi, pengorganisasian pembelajaran dan penyusunan rencana penilaian).