Aji, Daru Tunggul
Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Published : 10 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

KONSTRUKSI FOTO PERTANDINGAN SEPAK BOLA TIM NASIONAL INDONESIA PADA PIALA AFF U-22 2019 DI MEDIA SOSIAL INSTAGRAM Aji, Daru Tunggul
DeKaVe Vol 1, No 1 (2020): Jurnal DeKaVe Vol. 1 No. 1 2020
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/dkv.v1i1.3508

Abstract

Penelitian ini membahas bagaimana fotografi bukan saja digunakan sebagai penyampai pesan dan gagasan, namun aspek visual dalam fotografi banyak diberdayakan dalam ragam kepentingan, dari isu-isu sosial, politik hingga kebutuhan reklame. Pada tanggal 26 Februari 2019, tim nasional Indonesia U22 berlaga di partai final melawan Thailand U22 kejuaran AFF. Banyak foto-foto yang bermunculan di media sosial Instagram. Melalui tanda pagar piala AFF U22 (#pialaaffu22) peneliti mencoba menelusuri dan melakukan kategorisasi terhadap kemunculan foto-foto pada tanggal tersebut. Dalam pengumpulan data, didapatkan sebanyak 504 unggahan dengan material foto, dan 134 unggahan berupa video.Setelah melalui proses reduksi data, materi visual  mengarah pada tiga hal, yakni Modifikasi Foto Marinus Manewar, Foto yang diberdayakan menjadi material iklan, dan Menyoal persoalan tubuh dalam pertandingan. Melalui metode analisis wacana kritis model Norman Faiclough, penelitian ini berusaha membedah fenomena fotografis dan bagaimana masyarakat virtual memproduksi, mengonsumsi dan bahkan melakukan konstruksi realitas fotografis
Fotografi Ruang Siber dan Layar Panoptik Analisis Foto dalam Media Sosial Instagram Daru Tunggul Aji
DeKaVe Vol 9, No 1 (2016): DeKaVe Volume 9 Nomor 1 Januari-Juni 2016
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (5880.732 KB) | DOI: 10.24821/dkv.v9i1.1661

Abstract

Memperbincangkan Dialog Fotografi dan Sastra dalam 13 Keping Daru Tunggul Aji
DeKaVe Vol 8, No 2 (2015): DeKaVe Vol. 8 No. 2 Juli-Desember 2015
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (419.724 KB) | DOI: 10.24821/dkv.v8i2.1633

Abstract

Soeka Doeka di Djawa Tempo Doeloe Daru Tunggul Aji
DeKaVe Vol 8, No 1 (2015): DeKaVe Vol. 8 No. 1 Januari-Juni 2015
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (423.14 KB) | DOI: 10.24821/dkv.v8i1.1552

Abstract

Kunjungannya ke Indonesia pada 1998 memberikan kesan tersendiri bagi Oli –panggilan akrab-, Oliver Johannsen Raap lengkapnya. Jawa memberikan daya tarik baginya. Ia bukan saja seorang pecinta sejarah, namun juga kolektor yang telaten. Ia mengumpulkan ribuan benda kuno yang berkaitan dengan Indonesia masa lampau, baik buku, dokumen, benda seni, maupun kartu pos. Pada April 2013 ia menerbitkan buku pertamanya yang berjudul Pekerja di Djawa Tempo Doeloe, dan tujuh bulan setelahnya terbit buku kedua: Soeka Doeka di Djawa Tempo Doeloe. Dua buku ini berisikan kartu pos yang dengan telaten ia kategorikan dengan disertai narasi yang menarik.        Industri yang berkaitan dengan fotografi –salah satunya kartu pos- menjadi barang “mahal” pada waktu itu. Fotografer dengan studio fotonya bukan semata pertanda masuknya modernitas, namun juga mengindikasikan lahirnya ukuran-ukuran baru dalam hal relasi kuasa dan strata sosial. Dengan “mata baratnya”, fotografer memiliki kuasa untuk menentukan sekaligus mengkonstruksi masyarakat yang hendak dimodelkan. Mereka diarahkan sedemikian rupa sesuai pesanan (pasar).
Tubuh-Tubuh dalam Perayaan Analisis Wacana kritis foto Pertandingan Sepak Bola Tim Nasional Indonesia Pada Piala AFF U-22 2019 di Media Sosial Instagram Daru Tunggul Aji
DeKaVe Vol 13, No 1 (2020): Jurnal DeKaVe Vol. 13 No. 1 2020
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (503.676 KB) | DOI: 10.24821/dkv.v1i1.3868

Abstract

Eksplorasi Jukstaposisi Visual dalam Novel Grafis ‘The Photographer’ Adya Arsita; Daru Tunggul Aji
Rekam : Jurnal Fotografi, Televisi, Animasi Vol 16, No 1 (2020): April 2020
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/rekam.v16i1.3853

Abstract

The Exploration of Visual Juxtaposition in a Graphic Novel titled ‘The Photographer’. Comic as a story book full of drawings is now popular under the name of graphic novel, which in its development begins to vary.  A graphic novel titled ‘The Photographer: Into War-Torn Afghanistan with Doctors without Borders’ presents two types of pictorial texts, which are drawings in comic styles and photographic works.  The study of this graphic novel aims to explore the visual juxtaposition of the comics and photographs by establishing the graphic novel as the narrative medium in delivering the message and context as well as how they intertwine with each other since there are two types of pictorial texts.  The development of technology in photography has made it possible to actuate photography juxtaposed with other visual media which have come to popularity in advance, to blend, and to combine a unique and specific narrative combination.  The method employed in this research is a qualitative method that believes in a holistic reality as a result of a construction of comprehension of case by case since the characteristic of each case is different one to another. Besides that, the multimodal discourse is also employed as an approach proportionally to evaluate the effectiveness of the message and the contextual meaning of its visual juxtaposition. Therefore, the result is expected to bridge over the understanding of various visual texts given sequentially by using the approach of multimodal discourse as the instrument for an effective communication in enhancing the visual literacy.  ABSTRAKKomik sebagai sebuah buku cerita bergambar yang kini lebih dikenal dengan istilah  novel grafis, makin hari makin berkembang keragamannya.  Dalam sebuah novel grafis yang berjudul The Photographer: Into War-Torn Afghanistan with  Doctors without Borders disajikan dua jenis teks piktorial, yaitu dalam gambar komik dan karya foto.  Pengkajian novel grafis ini akan mencoba mengeksplorasi jukstaposisi visual yang berupa gambar komik dan hasil karya fotografi dengan menempatkan novel grafis sebagai media naratif dalam menyampaikan pesan dan makna serta menilik saling keterkaitannya satu sama lain dengan munculnya dua ragam jenis teks piktorial.  Perkembangan teknologi dalam dunia fotografi membuat fotografi mampu menyandingkan diri dengan media visual lain yang lebih dahulu populer, melebur dengan saksama, dan menciptakan kombinasi naratif yang unik dan spesifik. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan prinsip bahwa suatu realitas yang bersifat menyeluruh adalah sebagai hasil konstruksi dari pemahaman terhadap kasus per kasus karena sifat suatu masalah yang satu berbeda dari yang lain.  Selain itu, pendekatan kajian dengan multimodal discourse juga akan diaplikasikan untuk meninjau efektivitas pesan dan pemaknaan jukstaposisi visualnya. Dengan demikian, hasil analisis diharapkan akan membantu menjembatani  pemahaman teks visual yang hadir secara beragam secara sekuensial dengan pendekatan wacana multimodal sebagai upaya komunikasi yang efektif dalam meningkatkan literasi visual.  
Literasi Visual sebagai Pendekatan dalam Pembelajaran Fotografi Daru Tunggul Aji
Rekam : Jurnal Fotografi, Televisi, Animasi Vol 17, No 2 (2021): Oktober 2021
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/rekam.v17i2.5660

Abstract

Visual Literacy As an Approach To Learning Photography. This article is an overview of the current photographic phenomena. Visual literacy as an approach becomes an offer in the development of photography learning science. As a of discipline, photography has the complexity of learning, just like other scientific disciplines. In photography learning, visual literacy is a significant capital. Visual literacy can be understood as a person's ability to respond to phenomena. It's not just the ability to switch media (design); from the oral to the visual, from the textual to the visual, from the audio to the visiual or from the visual to the other visual forms, and the ability to conduct studies of existing visual works. In photography, it is necessary not only to be processed artistically but also processed that has critical considerations, both from ethics, aesthetics, and perspective, to a phenomenon
PERANCANGAN BUKU FOTO ESAI KERAJINAN WAYANG KULIT DI DUSUN GENDENG BANTUL YOGYAKARTA Mandegani, Anggit Rigen; Aji, Daru Tunggul; Taju, Fransisca Sherly
Fenomen: Jurnal Fenomena Seni Vol 1, No 2 (2023)
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/fenomen.v1i2.10633

Abstract

Wayang kulit adalah salah satu budaya Indonesia yang telah diakui oleh dunia. Salah satu sentra pengrajin wayang kulit terbaik berada di Dusun Gendeng, Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Dusun Gendeng sudah menjadi sentra kerajinan wayang kulit sejak Indonesia belum merdeka dari penjajahan kolonial Belanda, yaitu sekitar tahun 1925. Keahlian membuat wayang kulit di dusun ini diperoleh dari seorang abdi dalem Keraton Yogyakarta. Perancangan ini dibuat dengan tujuan untuk merancang buku foto esai yang dapat menceritakan tentang kerajinan wayang kulit di Dusun Gendeng sebagai upaya pelestarian berupa dokumentasi serta arsip sejarah Dusun Gendeng sebagai salah satu tempat kerajinan wayang kulit. Buku foto esai ini berisi tentang informasi seputar wayang kulit, Dusun Gendeng sebagai sentra kerajinan wayang kulit, hingga proses pembuatan wayang kulit. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara, serta studi literatur. Hasil dari data yang telah diperoleh kemudian dianalisis dengan metode 5W+1H. Perancangan ini menghasilkan sebuah buku foto esai yang menceritakan tentang kerajinan wayang kulit yang ada di Dusun Gendeng. Perancangan ini diharapkan dapat menceritakan tentang kerajinan wayang kulit di Dusun Gendeng agar lebih dikenal oleh masyarakat luas.Essay Photobook Design of Shadow Puppet Craftsmanship in Gendeng Bantul YogyakartaShadow puppet is an Indonesian national heritage recognized globally. Gendeng Hamlet in Kasihan, Bantul, Special Region of Yogyakarta, stands as one of the prominent centers for shadow puppet craftsmanship. Since the era of Dutch colonialism around 1925, Gendeng Hamlet has become a hub for this traditional art form. The knowledge of creating Shadow puppets in this region was passed down by courtiers from the Keraton. This design project aims to create an essay photobook that documents and archives the story of shadow puppet craftsmanship in Gendeng Hamlet, serving as a means of preservation. This photobook aims to provide information on shadow puppets, highlight Gendeng Hamlet's significance as a center for shadow puppet artisans, and explore the process of crafting shadow puppets. The data for this project was gathered through observation, interviews, and literature review, and analyzed using the 5W+1H method. This design project produces an essay photobook, portraying the narrative of shadow puppet craftsmanship in Gendeng Hamlet. It is expected that this design project will help to shed light on the art of shadow puppets in Gendeng, making it more widely known to the general public.
Photography and urban space: Representations of class and women in Erik Prasetya's work Aji, Daru Tunggul; Mohd Shuib, Ahmad Sofiyuddin bin; Chindany, Amar Leina; Andrea, Novan Jemmi
Jurnal Komunikasi Vol. 19 No. 3 (2025): VOLUME 19 NO 3 OKTOBER 2025
Publisher : Program Studi Ilmu Komunikasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/komunikasi.vol19.iss3.art4

Abstract

Through photography, the city is not merely a spatial space, but also positioned as a medium. The subjects of the photographs are presented in a political context to depict the reality between humans and the city. This article investigates the relationship between photography and urban space through Erik Prasetya's photographic works, which are divided into two forms. First, the visual representation of workers on the street. Second, the representation of women in relation to the image of modernity. Using Gillian Rose's visual methodology, visual data is analyzed to show the representation of the working class on the one hand, and women on the other. The results of the study indicate a gap between the image of modernity and the working class. The working class in Jakarta struggles to experience modernity fully. Meanwhile, in the second classification, the visual analysis reveals that metropolitan women are portrayed as having freedom in private spaces (malls with all their modernity), even though what is actually represented is the bondage to the pressures of modernity itself.
Representasi Visual dan Memori Kolektif dalam Foto Karya Hasan Sakri Ghozali Daru Tunggul Aji; Fransisca Sherly Taju
Ars: Jurnal Seni Rupa dan Desain Vol 25, No 1 (2022): April 2022
Publisher : Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/ars.v25i1.5628

Abstract

Materi visual dalam fotografi tidak hanya berperan dalam menyampaikan pesan, namun materi visual dalam foto mampu membangun daya sosial. Selain itu, kuasa visual dalam fotografi tidak sekadar membekukan realitas, namun juga mampu menghidupkan realitas, baik secara sinkronik maupun diakronik. Visualitas dalam fotografi menjadi sangat kompleks, terutama jika dikaitkan dengan fakta peristiwa dan aspek sosial. Karya Foto Jogja Dulu dan Sekarang dalam Satu Frame karya Hasan Sakri Ghozali, yang dipublikasikan melalui tribunjogja.com memuat materi visual ruang kota, Ia menyandingkan foto pada masa lampau dan dikomparasikan dengan kondisi saat ini. Foto-foto tersebut dikomposisikan dalam satu frame. Hal demikian dapat dikatakan sebagai bentuk “kolase komunikasi visual”. Tiga aspek yang ditawarkan oleh Gillian Rose pada Site of Image itself memberikan gambaran bagaimana modal teknologi membangun efek visual yang mampu membangun daya pukau dan merepresentasikan suasana ruang dalam fotografi, sedang dalam tataran komposisi dua buah foto dari masa yang jauh berbeda dihadirkan dalam satu frame membangun interpretasi terkait waktu fotografis.  Pada sisi makna, secara sosial kota bukan sekadar ruang interaksi, namun kota menjadi ruang memori sekaligus ruang dimana sisi historis menjadi salah satu faktor bagi keberdayaan sebuah foto.