Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Menanamkan Pendidikan Karakter Melalui Media Augmented Reality Animasi Dua Dimensi Lakon Dewa Ruci kepada Remaja Dwiki Setya Prayoga; I Nyoman Lodra; Autar Abdillah
Rekam : Jurnal Fotografi, Televisi, Animasi Vol 16, No 1 (2020): April 2020
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/rekam.v16i1.3482

Abstract

Implanting Character Education Values through the Augmented Reality of Two-Dimensional Animation of Dewa Ruci to Teenagers. Teenagers are the next generation for the nation and country. However, teenagers tend to have bad behaviors and act out of control that can threat the nation and the country, such as being involved in a fight, violence, drug abuse, alcohol addict, and even free sex. It is very important to instill the values of character education to the teenagers such as honesty, mutual respect, courtesy, and perseverance. Character education is often related to culture with regards to the mind and common senses. This is because human's life cannot be separated from culture and the traditions. One of the cultural things is wayang (shadow puppetry).  Shadow puppetry is a symbol of human beings and the shadow of their humanity. Lakon Dewa Ruci (Dewa Ruci play) tells a story of a student who is obedient to his teacher.  As implied in the story, a student is supposed to be obedient to his teacher, while the teacher must be discipline yet patient in dealing with the students. A teacher with his responsibility in education is demanded to enhance  his quality and his expertise. In the effort to educate the life of a nation, the role of technology is needed in order to make the teenagers have a broader knowledge as well as to have an interest and a passion to keep learning.   Nowadays animated videos are often preferred by the teenagers in general, not to mention in the field of education. Animation has become media or instruments to deliver the most updated information.  Evaluation conducted in this research had used a questioner and the result showed 98% for the media quality from the material aspects and for the post test obtained 63%.  Therefore, the results could define whether this product of animation is eligible, or in other words, no revision is needed.  ABSTRAK Remaja merupakan generasi penerus bagi bangsa dan negara. Namun, remaja juga berpotensi mempunyai perilaku buruk dan di luar kendali yang dapat mengancam bangsa dan negara, seperti perkelahian, kekerasan, penyalahgunaan narkoba, minuman keras, dan seks bebas. Sangat penting untuk menanamkan nilai-nilai pendidikan karakter kepada remaja seperti kejujuran, saling menghormati, sopan santun, dan pantang menyerah. Pendidikan karakter sering dikaitkan dengan kebudayaan yang berhubungan dengan budi dan akal manusia. Hidup manusia tidak lepas dari kebudayaan dan adat istiadat. Salah satu contoh kebudayaan adalah wayang. Wayang merupakan simbol manusia dan bayangan dari kemanusiaan itu sendiri. Lakon Dewa Ruci bercerita tentang murid yang patuh kepada gurunya. Sebagai murid hendaknya menghormati gurunya, sedangkan guru hendaknya tegas dan sabar dalam menghadapi muridnya. Guru dalam dunia pendidikan dituntut untuk meningkatkan kualitas dan mutunya. Dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, peranan teknologi sangat diperlukan supaya remaja memiliki wawasan yang luas serta dapat memiliki minat dan ketertarikan untuk terus tetap belajar. Saat ini video animasi seringkali digemari oleh remaja umumnya apalagi dalam dunia pendidikan. Animasi digunakan sebagai media atau alat untuk menyampaikan informasi yang lebih terkini. Evaluasi yang dilakukan dalam animasi ini menggunakan angket dan diperoleh hasil uji kualitas media aspek materi mendapatkan hasil 98% dan pada post test mendapatkan hasil 63%. Dari data angket tersebut dapat dikatakan produk ini layak dan tidak perlu direvisi.  
Budaya Populer dan Estetika Baru melalui Pesona Make Up dan Kostum dalam Film Asterix at the Olympic Games Sandi Tramiaji Junior; Autar Abdillah; Trisakti Trisakti
SALAM: Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i Vol 7, No 4 (2020)
Publisher : Faculty of Sharia and Law UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/sjsbs.v7i9.15640

Abstract

AbstractThis study wants to discuss the new aesthetic or queer aesthetic in the charm of makeup and costumes used in the film Asterix At The Olympic Games by director Frederick Forestier produced in 2008. The perspective taken in this study is charm through makeup and costumes, and its relevance to popular culture and people's interest in fantasy films. This study uses a qualitative method, with film studies as an approach in the analysis of cinematographic studies. Film studies in this study focus on social practice performances about the body, identity, representation, and elements contained in the charm of makeup and costumes in the film Asterix At The Olympic Games. The results showed that Asterix at The Olympic Games became a fantasy film genre that gave the complexity of the show as entertainment. In Asterix at The Olympic Games, there is a parody with an imitation of the situation and culture of Greece, which is conveyed through makeup, costumes, and performances. Alfred Gell, in his study of technology of enchantment, concerned the 'technical complexity' aspects of a work to attract the attention of the audience through the management of makeup and costumes. Furthermore, the concept of theatrical mimicry and parody as a 'technical complexity' is shown as a display of aesthetic queer for the sake of performance that can attract attention because of its shape as a popular culture product that is different for the audience.Keywords: new aesthetics; the enchantment of makeup and costumes; Asterix at the Olympic Games AbstrakPenelitian ini ingin membahas tentang estetika baru atau queer aesthetic dalam pesona make up dan kostum yang digunakan dalam film Asterix At The Olympic Games karya sutradara Frederick Forestier yang diproduksi tahun 2008. Sudut pandang yang diambil dalam penelitian ini adalah pesona melalui make up dan kostum, dan relevansinya terhadap budaya populer dan minat masyarakat terhadap film fantasi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan film studies sebagai pendekatan dalam analisis kajian sinematografinya. Film studies dalam penelitian ini berfokus pada pertunjukan praktik sosial mengenai ketubuhan, identitas, representasi, dan unsur-unsur yang terkandung dalam pesona make up dan kostum dalam film Asterix At The Olympic Games. Hasil penelitian menunjukkan Asterix at The Olympic Games menjadi genre film fantasi yang memberikan kompleksitas pertunjukan sebagai hiburan. Di dalam Asterix at The Olympic Games terdapat parodi dengan imitasi terhadap situasi dan budaya Yunani yang disampaikan melalui make up, kostum, dan pertunjukannya. Alfred Gell dalam telaahnya mengenai technology of enchantment mementingkan aspek ‘kerumitan teknik’ dalam suatu karya untuk menarik perhatian penonton melalui pengelolaan make up dan kostum. Lebih lanjut, konsep theatrical mimicry dan parodi sebagai suatu ‘kerumitan teknik’ ditunjukkan sebagai suatu display atas queer aesthetic untuk kepentingan pertunjukan yang mampu menarik perhatian karena bentuknya sebagai produk budaya populer yang berbeda bagi penonton.Kata kunci: estetika baru; pesona make up dan kostum; Asterix At The Olympic Games
JEMEK SUPARDI: BERPOLITIK MELALUI KARYA PANTOMIM indar sabri; Muhammad Jazuli; Totok Sumaryanto; Autar Abdillah
GETER : Jurnal Seni Drama, Tari dan Musik Vol 2 No 1 (2019)
Publisher : Jurusan Sendratasik FBS Unesa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26740/geter.v2n1.p46-54

Abstract

Keterlibatan seniman di dunia politik sebagai legislatif sejak era reformasi di Republik Indonesia kian marak. Keberadaan seniman dianggap representatif sebagai salah satu perwakilan dari masyarakat oleh partai politik, keterlibatan seniman dalam dunia politik peraktis terkadang menimbulkan berbagai pertanyaan tentang kesenimannya itu sendiri. œSeni yang terlibatdapat diartikan sebagai seni yang memiliki garis lurus yang tegas antara karya dan laku atau menciptakan  karya yang bertema politik, sedangkan kehidupan peraktis sehari-hari seniman justru apolitis. Jemek Supardi merupakan salah satu seniman yang banyak menciptakan karya-karya bertemakan politik namun tidak terjun dalam dunia politik praktis. Teknik pengumpulan data dengan studi pustaka, dokumen dan wawancara yang dipaparkan secara diskriptif. hasil yang didapat adalah sejak Indonesia memasuki era reformasi 1997 hingga saat ini, Jemek Supardi banyak menciptakan karya-karya yang bertemakan politik.Kata kunci : Jemek Supardi, Pantomim, Politik
IMPROVISASI TEATER: MATERI KESIAPAN AKTOR indar sabri; autar abdillah; arif hidajad; Welly Suryandoko
GETER : Jurnal Seni Drama, Tari dan Musik Vol 4 No 2 (2021): Oktober 2021
Publisher : Jurusan Sendratasik FBS Unesa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26740/geter.v4n2.p1-14

Abstract

Teater modern merupakan jenis teater yang tumbuh dan berkembang di tengah keramaian kota dengan adanya pengaruh dari teori Barat. Cerita yang dipentaskan bersumber dari sebuah karya sastra atau peristiwa sehari-hari. Dewasa ini teater modern sedang aktif berinovasi dalam pertunjukannya karena sadar akan adanya kekurangan dalam pertunjukannya. improvisasi dalam metode pelatihan keaktoran yang dilakukan pada proses pelatihan adalah salah satu kekurangan teate modern sehingga membutuhkannya dalam metode pealtihannya. Sejak awal kemunculannya, teater tradisional Indonesia menggunakan teknik improvisasi. Dalam berimprovisasi, pemain berpedoman pada cerita yang sederhana dan mengembangkan menjadi sebuah pertunjukan. Ludruk adalah salah satu bentuk pertunjukan teater tradisional yang meggunakan metode improvisasi didalamnya. Metode pelatihan Ludruk ada empat yaitu nyebeng, sepelam, tedean dan ngelmu. Metode-metode tersebutlah yang digunakan oleh seorang sutradara ludruk untuk berproses dan latihan dalam sebuah pertunjukan Ludruk. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah fenomenologi. Studi fenomenologi adalah studi yang berupaya mendeskripsikan pemaknaan umum dari sejumlah individu terhadap berbagai pengalaman hidup mereka terkait dengan konsep atau fenomena. Sedangkan tujuan utama dari fenomenologi adalah untuk mereduksi pengalaman individu pada fenomena menjadi deskripsi tentang esensi atau makna universal. Hasil penelitian menunjukan sebagai berikut. Ludruk dengan teknik bermain secara improvisasi merupakan teknik yang dipelajari melalui pengalaman ketika pementasan berlangsung dan ketika sedang berlatih dengan metodenya. Metode pelatihan ludruk ada empat kalsifikasinya nyebeng, sepelan, tedean dan ngelmu. Secara tidak langsung menggunakan improvisasi di dalamnya. Kata Kunci: Teater modern, Ludruk, Improvisasi, Pelatihan Ludruk
LUDRUK UNTUK KALANGAN MILENIAL: (STUDI KASUS LUDRUK MARSUDI LARAS SURABAYA) Aisyah Ramadhani Sisnia; autar abdillah
GETER : Jurnal Seni Drama, Tari dan Musik Vol 4 No 2 (2021): Oktober 2021
Publisher : Jurusan Sendratasik FBS Unesa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26740/geter.v4n2.p15-30

Abstract

Ludruk Marsudi Laras merupakan salah satu kelompok ludruk yang tumbuh dan berkembang di Surabaya sejak tahun 1993. Ludruk ini memiliki keistimewaan tersendiri di mata para penikmatnya karena sajiannya yang berbeda dengan ludruk konvensional lainnya. Hal ini menjadi fenomena menarik untuk dikaji oleh peneliti. Berdasarkan fenomena tersebut, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: (1) struktur pertunjukan Ludruk untuk remaja Ludruk Marsudi Laras di era Milenial. (2) cara Ludruk Marsudi Laras dalam melakukan regenerasi anggota kalangan Milenial. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk menjelaskan bentuk pertunjukan Ludruk untuk remaja Ludruk Marsudi Laras di era Milenial serta menjelaskan cara Ludruk Marsudi Laras dalam melakukan regenerasi anggota kalangan Milenial. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan teknik pengumpulan data: observasi, wawancara, dan dokumentasi untuk dapat mendeskripsikan informasi yang ada. Peneliti juga menggunakan triangulasi sumber dan teknik unruk menguji keabsahan data yang ada. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Ludruk Marsudi Laras memiliki struktur pertunjukan yang sama dengan pakem pada pertunjukan Ludruk konvensional lainnya, yang membedakan Ludruk Marsudi Laras dengan Ludruk konvensional lainnya ialah Ludruk Marsudi Laras memiliki kemasan baru yang mengangkat peristiwa aktual dan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti sehingga dapat menarik perhatian Generasi Milenial. Ludruk Marsudi Laras memiliki dua cara dalam meregenerasi anggotanya yakni melalui perekrutan kelompok dan perekrutan pribadi.                                                                                   Kata Kunci: Ludruk, Marsudi Laras, Milenial.
Sistem Kreativitas Sandur Bojonegoro dalam Pertunjukan “Selendang Kuning” Hidayah Sumiyani; Autar Abdillah
Gondang: Jurnal Seni dan Budaya Vol 5, No 1 (2021): GONDANG: JURNAL SENI DAN BUDAYA, JUNI 2021
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1188.665 KB) | DOI: 10.24114/gondang.v5i1.24551

Abstract

Pertunjukan sandur Bojonegoro dipentaskan di tanah lapang dengan panggung arena dan dibatasi dengan belabar janur kuning. Pada masa pandemi Covid-19, seniman Sandur menciptakan pertunjukan “Selendang Kuning” dengan konsep sandur rumah yaitu sandur yang dipentaskan dalam rumah atau yang dapat disaksikan di rumah. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui aspek-aspek kreatifitas yang mendukung penciptaan karya Sandur Bojonegoro dengan konsep rumah. Metode penelitian yang digunakan adalah deskiptif kualitatif, dengan pengumpulan data observasi, wawancara semi terstruktur dan studi kepustakaan. Hasil penelitian kemudian dianalasis menggunakan sistem kreatifitas Mihaly Csikzentmihalyi. Hasil penelitian yang telah dianalisis, ditemukan bahwa karya sandur “Selendang Kuning” yang berkonsep sandur rumah dapat tercipta karena beberapa aspek, yaitu (1)domain yang ditempuh telah mengalami titik fokus pada pengembangan Sandur Bojonegoro ke bentuk dan media yang baru dengan penuh kesadaran memilih untuk mempertimbangkan unsur kepakeman yang harus dipakai ataupun yang tidak digunakan dalam proses penciptaan karya tersebut; (2)ranah dalam pertunjukan mendapatkan dukungan, kolaborasi antar aspek yang memadai; dan (3)individu kreatif dalam karya berupa para pelaku sandur Bojonegoro yang terbuka dengan segala kemungkinan penciptaan. 
BONUM COMMUNE DALAM CARA HIDUP MASYARAKAT JAWA: HIBRIDITAS PERTEMUAN BUDAYA JAWA AREK Autar Abdillah
Arete Vol 8, No 2 (2019)
Publisher : UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33508/arete.v8i2.4012

Abstract

This article intends to reveal that the common good in the Javanese Arekculture was born from various mixtures (hybridities) of cultural encounters over avery long period of time and made Javanese Arek culture one of the most import-antculturesincreatingdiversity.TheearlydaysoftheformationofJavaneseArekcultureinthe4-9centuryADwerebuildingsofHindu-Javanese nobility,followedbyameetingoftradersandtheentryofIslam,Mataram,Colonialism,Christianity,andModernization. 111The human character and the Javanese Arek cultural community are alsoformed from harsh natural pressures, such as the eruption of Mount Kelud duringthe year 1037-1468 or for 431 years with 22 eruptions, thus covering up the aris-tocracysurroundingthesmallislandsintheJavaneseArekculturalarea.
Estetisasi Jilbab dalam Ludruk Budhi Wijaya Maya Rosalinda Krishadianti; Autar Abdillah
Journal of Education, Humaniora and Social Sciences (JEHSS) Vol 4, No 3 (2022): Journal of Education, Humaniora and Social Sciences (JEHSS), February
Publisher : Mahesa Research Center

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1162.217 KB) | DOI: 10.34007/jehss.v4i3.890

Abstract

The aesthetics of the headscarf on Budhi Wijaya's ludruk aims to show a new form of innovation in the ludruk performance, in which the hijab in the show is used as a support for the characters in the play that is delivered. Ludruk Budhi Wijaya is a millennial ludruk group that accepts all new forms of ludruk performances including the hijab. This study was conducted based on the experience of researchers who were also ludruk players who wore headscarves but were rejected by other ludruk groups because of the limitations of the headscarves worn. descriptive research method using qualitative observer participants as well as participating in the show that was held. The results of the study were then analyzed using the experience theory of Dewiit Hendry Parker, namely subjectivity about the nature of Dewiit Henry Parker's values with four elements that play a role in experience, namely subject, freedom, cause, constant. The results of the research that have been analyzed found that the free and spontaneous response experienced by the subject (artist and audience) related to the hijab in the ludruk performance with the play Faithfulness of a Wife. The existence of a headscarf in the ludruk show also emphasizes the character of the actor in the show
Wachid Sebagai Pengayom Pembinaan Teater Di Sekolah Septa Amien Susanti; Autar Abdillah
JISOSEPOL: Jurnal Ilmu Sosial Ekonomi dan Politik Vol. 2 No. 2 (2024): JISOSEPOL : Jurnal Ilmu Sosial Ekonomi dan Politik, Edisi Juli-Desember 2024
Publisher : Samudra Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61787/nezebc32

Abstract

Sebagai seorang seniman sekaligus pendidik A. Wachid Rz memiliki berbagai pengalaman, prestasi, dan penghargaan. Bukan hanya itu saja melalui kegemarannya dalam kepenulisan A. Wachid Rz memiliki beberapa karya naskah drama maupun puisi. Motivasinya yang kuat dalam mengembangkan kesenian teater menjadikan A Wachid Rz mendirikan sebuah lembaga dengan nama Teater Remaja Surabaya untuk melakukan pembelajaran ekstrakurikuler teater ke sekolah-sekolah. Tujuan dari penelitian adalah untuk mendeskripsikan biografi kehidupan A. Wachid Rz sebagai pengayom pembinaan teater di sekolah dan untuk mengetahui dampak pengelolaan teater yang dilakukan oleh A. Wachid Rz. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan menggunakan pendekatan studi tokoh. Teknik pengumpulan data dilakuan dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa A. Wachid Rz dengan sikap dan pengalaman yang dimilikinya menjadikan dirinya seorang pengayom dalam pembinaan teater yang di milikinya. Selain itu pengayoman yang dilakukannya memiliki berdampak terhadap pembelajaran esktrakurikuler yang dilakukan oleh anggotanya yang tentunya itu berdampak positif.