Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Aplikasi Canting Listrik Pada Industri Batik Tulis Untuk Mendukung Implementasi Industri Hijau Pada Industri Tekstil Pencelupan, Pencapan Dan Penyempurnaan Handaru Bowo Cahyono; Rieke Yuliastuti
Jurnal Teknologi Proses dan Inovasi Industri Vol 5, No 2 (2020): Vol. 5, No. 2, November 2020
Publisher : Balai Riset Dan Standardisasi Industri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36048/jtpii.v5i2.6303

Abstract

Telah dilakukan penelitian penggunaan canting listrik pada proses produksi batik tulis  dengan tujuan melihat efektifitas penggunaan canting listrik  dalam upaya mendukung implementasi industri hijau di sector industri kecil (IKM) batik tulis dengan membandingkannya dengan penggunaan canting konvensional yang menggunakan kompor minyak tanah  ataupun kompor listrik. Hasil penelitian menunjukkan konsumsi lilin pada penggunaan canting listrik lebih tinggi sekitar 50,43 % namun produk batik yang dihasilkan lebih banyak 60% dibandingkan penggunaan canting konvensional dengan pemanas minyak tanah. Penggunaan canting listrik mampu menekan konsumsi energi sebesar 76,75% dan biaya energi sebesar  66,82% jika dibandingkan dengan penggunaan canting konvensional dengan pemanas kompor minyak tanah. Sedangkan penggunaan canting konvensional disertai kompor listrik akan menekan energi hingga 59,31%  dan biaya energi sebesar 41,96% dibanding dengan canting konvensional dengan minyak  tanah. Jumlah emisi CO2 pada penggunaan canting listrik menghasilkan sejumlah 0,561 ton/tahun, sementara untuk penggunaan kompor listrik jumlah CO2 yang dihasilkan sekitar  0,981 ton/tahun dan penggunaan kompor minyak tanah menghasilkan CO2 sekitar 0,874  ton/tahun. Dari  data tersebut maka penggunaan canting listrik mendukung penerapan industri hijau ditinjau dari efisiensi penggunaan energi, biaya dan jumlah emisi CO2 bila dibandingkan dengan penggunaan canting konvensional.
PENGARUH PENGGORENGAN TERHADAP KANDUNGAN NITRIT DALAM KORNET Handaru Bowo Cahyono; Rieke Yuliastuti; Lutfi Amanati
Jurnal Teknologi Proses dan Inovasi Industri Vol 3, No 2 (2018): Vol. 3, No. 2, November 2018
Publisher : Balai Riset Dan Standardisasi Industri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (323.83 KB) | DOI: 10.36048/jtpii.v3i2.4427

Abstract

Kornet adalah salah satu produk daging olahan dengan ditambahkan berbagai bumbu dan bahan tambahan pangan (BTP). Salah satu BTP yang ditambahkan  adalah Nitrit yang  memberikan warna merah,  bersifat bakteriostatik dan penggunaannya dibatasi karena menimbulkan dampak. Salah satu pengolahan kornet adalah digoreng.  Sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai potensi penurunan kadar nitrit pada produk kornet akibat dari perlakuan penggorengan tujuannya adalah untuk mengetahui apakah nitrit yang terkandung  dalam kornet goreng masih aman dikonsumsi.  Telah dilakukan penelitian, dari variasi suhu penggorengan 100o C, 125o C, 185o C dan variasi lama penggorengan 0, 5, 10, 15 menit maka dihasilkan penurunan nitrit dari 28-70% dimana semakin tinggi suhu dan lama penggorengan maka semakin tinggi penurunan nitrit. Dari hasil perhitungan Acceptable Daily Intake (ADI), maka nitrit yang tersisa masih aman dikonsumsi  apabila menggunakan dasar  perhitungan kornet yang dikonsumsi tidak lebih dari 50 gram/hari pada anak dengan berat badan 17 kg.
PENGARUH PENGGORENGAN TERHADAP KANDUNGAN NITRIT DALAM KORNET Handaru Bowo Cahyono; Rieke Yuliastuti; Lutfi Amanati
Jurnal Teknologi Proses dan Inovasi Industri Vol 3, No 2 (2018): Vol. 3, No. 2, November 2018
Publisher : Balai Riset Dan Standardisasi Industri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (323.83 KB) | DOI: 10.36048/jtpii.v3i2.4427

Abstract

Kornet adalah salah satu produk daging olahan dengan ditambahkan berbagai bumbu dan bahan tambahan pangan (BTP). Salah satu BTP yang ditambahkan  adalah Nitrit yang  memberikan warna merah,  bersifat bakteriostatik dan penggunaannya dibatasi karena menimbulkan dampak. Salah satu pengolahan kornet adalah digoreng.  Sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai potensi penurunan kadar nitrit pada produk kornet akibat dari perlakuan penggorengan tujuannya adalah untuk mengetahui apakah nitrit yang terkandung  dalam kornet goreng masih aman dikonsumsi.  Telah dilakukan penelitian, dari variasi suhu penggorengan 100o C, 125o C, 185o C dan variasi lama penggorengan 0, 5, 10, 15 menit maka dihasilkan penurunan nitrit dari 28-70% dimana semakin tinggi suhu dan lama penggorengan maka semakin tinggi penurunan nitrit. Dari hasil perhitungan Acceptable Daily Intake (ADI), maka nitrit yang tersisa masih aman dikonsumsi  apabila menggunakan dasar  perhitungan kornet yang dikonsumsi tidak lebih dari 50 gram/hari pada anak dengan berat badan 17 kg.
Aplikasi Canting Listrik Pada Industri Batik Tulis Untuk Mendukung Implementasi Industri Hijau Pada Industri Tekstil Pencelupan, Pencapan Dan Penyempurnaan Handaru Bowo Cahyono; Rieke Yuliastuti
Jurnal Teknologi Proses dan Inovasi Industri Vol 5, No 2 (2020): Vol. 5, No. 2, November 2020
Publisher : Balai Riset Dan Standardisasi Industri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36048/jtpii.v5i2.6303

Abstract

Telah dilakukan penelitian penggunaan canting listrik pada proses produksi batik tulis  dengan tujuan melihat efektifitas penggunaan canting listrik  dalam upaya mendukung implementasi industri hijau di sector industri kecil (IKM) batik tulis dengan membandingkannya dengan penggunaan canting konvensional yang menggunakan kompor minyak tanah  ataupun kompor listrik. Hasil penelitian menunjukkan konsumsi lilin pada penggunaan canting listrik lebih tinggi sekitar 50,43 % namun produk batik yang dihasilkan lebih banyak 60% dibandingkan penggunaan canting konvensional dengan pemanas minyak tanah. Penggunaan canting listrik mampu menekan konsumsi energi sebesar 76,75% dan biaya energi sebesar  66,82% jika dibandingkan dengan penggunaan canting konvensional dengan pemanas kompor minyak tanah. Sedangkan penggunaan canting konvensional disertai kompor listrik akan menekan energi hingga 59,31%  dan biaya energi sebesar 41,96% dibanding dengan canting konvensional dengan minyak  tanah. Jumlah emisi CO2 pada penggunaan canting listrik menghasilkan sejumlah 0,561 ton/tahun, sementara untuk penggunaan kompor listrik jumlah CO2 yang dihasilkan sekitar  0,981 ton/tahun dan penggunaan kompor minyak tanah menghasilkan CO2 sekitar 0,874  ton/tahun. Dari  data tersebut maka penggunaan canting listrik mendukung penerapan industri hijau ditinjau dari efisiensi penggunaan energi, biaya dan jumlah emisi CO2 bila dibandingkan dengan penggunaan canting konvensional.
Pemanfaatan Limbah Cair Industri PCB sebagai Larutan Elektrolit Copper Plating Elektrolite Handaru Bowo Cahyono; Rieke Yuliastuti
Jurnal Riset Teknologi Industri Vol.14. No.1 JUNI 2020
Publisher : Balai Riset dan Standardisasi Industri Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26578/jrti.v14i1.5551

Abstract

Limbah cair yang dihasilkan dari proses etching di industri Printed Circuit Board (PCB) masihmengandung banyak tembaga (Cu). Tembaga (Cu) merupakan salah satu logam yang seringdigunakan sebagai bahan pelapis pada produk elektroplating. Melatarbelakangi hal tersebutmaka dilakukan penelitian mengenai potensi kemampuan pelapisan tembaga menggunakanlimbah cair etching industri PCB sebagai larutan elektrolit dengan benda kerja dari besi,tujuannya adalah limbah cair sisa proses etching PCB dapat termanfaatkan. Tipe larutanelektrolit yang digunakan adalah larutan tembaga non cyanide yaitu menggunakan Tembagaclorida (CuCl2 ) sebagai pengganti tembaga sulfat (CuSO4). Variabel penelitiannya adalahdurasi plating selama 30 detik, 60 detik dan 90 detik dan penggunaan Asam sulfat sebesar45 g/l; 67,5 g/l dan 90 g/l. Dari hasil penelitian didapatkan data, hasil limbah cair proses etching PCB yang mengandung tembaga terlarut hingga 15% dapat digunakan sebagailarutan elektrolit pada proses pelapisan logam tembaga. Penambahan bobot lapisantembaga pada benda kerja terjadi pada seluruh variabel perlakuan. Namun pada durasi plating 90 detik memberikan keretakan pada benda kerja. Warna lapisan tembaga yangdimunculkan untuk seluruh perlakuan dengan bahan limbah cair tidak secerah warna yangdimunculkan oleh larutan kontrol (CuSO4). Hal tersebut dikarenakan impurities besi terlarutdalam limbah cair sekitar 138,65 mg/l sedangkan pada larutan kontrol (CuSO4) hanya mengandung besi terlarut hanya sebesar 0,445 mg/L.
Pengaruh Penambahan Ragi Pada Proses Pengolahan Limbah Cair Industri Tapioka Handaru Bowo Cahyono; Rieke Yuliastuti; lutfi amanati
Jurnal Teknologi Proses dan Inovasi Industri Vol 7, No 1 (2022): Vol. 7, No. 1, Juli 2022
Publisher : Balai Riset Dan Standardisasi Industri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36048/jtpii.v7i1.7548

Abstract

Limbah cair industri tapioka memiliki kandungan bahan organik dengan karakteristik BOD, COD maupun Suspended Solid yang cukup tinggi dan pH yang rendah. Proses perombakan bahan organik ini umumnya digunakan secara anaerob yang terbagi dalam 3 tahap : hidrolisis, asidifikasi dan metanasi. Modifikasi tahap asidifikasi dilakukan dengan menambahkan ragi (enzym pati) sehingga telah berhasil mempercepat waktu asidifikasi. Perbedaan pH pada reaktor yang ditambahi ragi dan tanpa ditambahi ragi mulai nampak pada waktu tinggal 20 jam. Kondisi pH stabil sebesar 3,7 akan lebih cepat teraih sesudah limbah cair ditambahkan ragi dimana proses ini 15 jam lebih cepat daripada tanpa ditambahkan ragi.   Kebutuhan NaOH 10% untuk proses netralisasi berkisar 0,526 liter/ liter limbah cair.
Pengaruh Penambahan Ragi Pada Proses Pengolahan Limbah Cair Industri Tapioka Handaru Bowo Cahyono; Rieke Yuliastuti; lutfi amanati
Jurnal Teknologi Proses dan Inovasi Industri Vol 7, No 1 (2022): Vol. 7, No. 1, Juli 2022
Publisher : Balai Riset Dan Standardisasi Industri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36048/jtpii.v7i1.7548

Abstract

Limbah cair industri tapioka memiliki kandungan bahan organik dengan karakteristik BOD, COD maupun Suspended Solid yang cukup tinggi dan pH yang rendah. Proses perombakan bahan organik ini umumnya digunakan secara anaerob yang terbagi dalam 3 tahap : hidrolisis, asidifikasi dan metanasi. Modifikasi tahap asidifikasi dilakukan dengan menambahkan ragi (enzym pati) sehingga telah berhasil mempercepat waktu asidifikasi. Perbedaan pH pada reaktor yang ditambahi ragi dan tanpa ditambahi ragi mulai nampak pada waktu tinggal 20 jam. Kondisi pH stabil sebesar 3,7 akan lebih cepat teraih sesudah limbah cair ditambahkan ragi dimana proses ini 15 jam lebih cepat daripada tanpa ditambahkan ragi.   Kebutuhan NaOH 10% untuk proses netralisasi berkisar 0,526 liter/ liter limbah cair.