Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Inheritance Laws in Indonesia Irawaty Irawaty; Diyantari Diyantari
Hayula: Indonesian Journal of Multidisciplinary Islamic Studies Vol 1 No 2 (2017): Hayula: Indonesian Journal of Multidisciplinary Islamic Studies
Publisher : Laboratorium Prodi Pendidikan Agama Islam UNJ

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (433.138 KB) | DOI: 10.21009/hayula.001.2.05

Abstract

Indonesia implements civil law system. There are three sub legal systems which are implemented until today. They are: positive/national law system, Islamic law system, and Adat law system. The majority of Indonesians are Islamic believers. The people claim that they are a religious nation. However, the implementation of the inheritance law in accordance with the Islamic law and the Adat law is sometimes different. One of the ethnic groups which has different regulation in heritance is Minangkabau. Minangkabau inheritance adat law has been a controversy. It is because while they claim that all Minangkabau people are Islam, they implement an inheritance law that is said as violating the Islamic inheritance law. In Islam, inheritance is passed down to children, both daughter(s) and son(s) with the composition son(s) inherits two parts compared to daugther(s). Many people mislead that the Minangkabau inheritance law passes down the inheritance to daughter(s) only. This paper discusses: 1) how are inheritance matter regulated in each of the aforementioned sub legal system? 2) how is inheritance matter regulated in Minangkabau ethnic group?
Kedudukan dan Peran Perempuan dalam Perspektif Islam dan Adat Minangkabau Irawaty Irawaty; Zakiya Darojat
Hayula: Indonesian Journal of Multidisciplinary Islamic Studies Vol 3 No 1 (2019): Hayula: Indonesian Journal of Multidisciplinary Islamic Studies
Publisher : Laboratorium Prodi Pendidikan Agama Islam UNJ

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (591.241 KB) | DOI: 10.21009/003.1.04

Abstract

Artikel ini mengkaji bagaimana kedudukan dan peran perempuan Minangkabau berdasarkan adatnya dan Islam dalam hal: 1) waris; 2) pengambil keputusan dalam keluarga; 3) dalam mengurus anak-anak dan 4) di dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang ada di masyarakat. Melalui pendekatan analisis kualitatif dengan metode menganalisis data QDA didapatkan jawaban hasil kajian sebagai berikut: 1) perempuan di dalam Islam mendapatkan warisan separuh dari bagian anak laki-laki, sedangkan di dalam adat Minangkabau perempuan mendapatkan warisan dari harta pusaka nenek-moyang selain warisan dari harta kedua orang tuanya; 2) di dalam Islam perempuan dapat berperan di dalam pengambil keputusan dalam keluarga, sedangkan menurut adat Minangkabau pengambil keputusan dalam keluarga adalah perempuan; 3) di dalam Islam peran seorang ibu sangat besar dalam mendidik anak-anaknya, sedangkan menurut adat Minangkabau peran ibu sangat mutlak bahkan peran ayah dapat dikatakan hampir tidak ada; dan 4) di dalam Islam dimungkinkan perempuan berperan dalam sosial politik tanpa melupakan perannya di dalam keluarga, sedangkan di dalam adat Minangkabau Bundo Kanduang yang berperan sebagai aktor intelektual di dalam menyelesaikan berbagai persoalan.
PREPARING STUDENTS TO BECOME RESPONSIBLE CITIZENS Diyantari Diyantari; Irawaty Irawaty
Jurnal Ilmiah Mimbar Demokrasi Vol 17 No 1 (2017): Jurnal Ilmiah Mimbar Demokrasi Volume 17 No. 1 Oktober 2017
Publisher : Program Studi PPKn FIS UNJ & Asosiasi Profesi PPKn Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21009/jimd.v17i1.8761

Abstract

Character building is one of the most important issues in education. The Government of Indonesia states clearly the issue of preparing responsible citizens in the regulations of its national education system. This research aims at investigating what teachers should do in classroom in order to prepare students to become responsible citizens. It is a qualitative research in which the data is gathered through library research. It can be concluded that teachers should develop democratic classroom rules and clear expectations, share responsibility, set clear goals and plans, take aproblem-solving approach, encourage students to care for others, encourage students to compete with themselves to achieve their personal best, involve students in community activities, and keep a journal to evaluate in order to prepare students to become responsible citizens through well prepared classroom management.
Perbandingan Nilai Fraksi pada Rancangan Faktorial Fraksional 2k dengan Metode Bissell dan Aplikasinya pada Kasus Perkecambahan Kacang Hijau Irawaty Irawaty; Anisa Anisa; Erna Tri Herdiani
Jurnal Matematika, Statistika dan Komputasi Vol. 14 No. 2 (2018): January 2018
Publisher : Department of Mathematics, Hasanuddin University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (513.711 KB) | DOI: 10.20956/jmsk.v14i2.3560

Abstract

Rancangan Faktorial Fraksional (FF) digunakan untuk  menurunkan jumlah kombinasi perlakuan yang besar dengan cara menentukan fraksi yang sesuai dan terbaik untuk mendapatkan struktur rancangan yang tepat. Pada tulisan ini bertujuan untuk menentukan bentuk rancangan FF  dan fraksi yang terbaik yang melibatkan 5 faktor 2 level yang diterapkan pada data perkecambahan kacang hijau yang merupakan data primer. Adapun faktor yang dicobakan yaitu Media Tumbuh, Cahaya, Frekuensi Penyiramanm, Volume Penyiraman (ml) dan Suhu Ruangan. Untuk menentukan suatu faktor signifikan atau tidak dalam rancangan FF tanpa pengulangan pada percobaan tersebut dapat digunakan metode Bissell sehingga diperoleh faktor yang signifikan yaitu faktor Cahaya dan fraksi yang terbaik adalah fraksi  .
PERAN PELATIHAN PENGUATAN TOLERANSI SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Muhammad Japar; Irawaty Irawaty; Dini Nur Fadhillah
Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial Vol 29, No 2 (2019): JURNAL PENDIDIKAN ILMU SOSIAL
Publisher : Department of Accounting Education, Faculty of Teacher Training and Education Universitas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/jpis.v29i2.8204

Abstract

The results of observations in several junior high schools in Jakarta showed that in the current global era the presence of millennial generation cultural values, a person needs a strong controller to be able to choose and sort out the values freely offered. That is necessary to strengthen social tolerance, especially for teachers in Junior High School. The activity was carried out in order to establish a tolerant attitude, especially in instilling multicultural values such as democracy, justice, equality, tolerance and respect for diversity. As well as improving the ability of teachers to provide reinforcement of social tolerance in the learning of Civic Education in junior high school. The method used to strengthen social tolerance of Civic Education learning is through training that is guided by experienced instructors. The evaluation used to measure the success of this training can be seen through the training activity evaluation questionnaire that was filled in by all the training participants. The target audience for this training activity are Civic Education teachers in Junior High School at Jakarta. The results of this training show that in the cultivation of social tolerance there are several attitudes that must be taken, namely: Harmonious interaction, Instilling brotherhood, instilling caring attitude, Collaborative attitude. It is expected that the planting of social tolerance provided by Civic Education teacher to students can achieve Civic Education vision of building smart and good citizens. Furthermore, by cultivating sustainable tolerance it will build tolerant citizens. Because citizens who are intellectually intelligent, both emotionally and actively building a country for a better Indonesia.
Transcoding Wacana Konstruksi dan Kontestasi Citra Jokowi dan Prabowo dalam Media Sosial pada Masa Kampanye Pilpres 2014 Eva Leiliyanti; Diyantari Diyantari; Irawaty Irawaty
MOZAIK HUMANIORA Vol. 17 No. 2 (2017): MOZAIK HUMANIORA VOL. 17 NO. 2
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (563.975 KB) | DOI: 10.20473/mozaik.v17i2.5507

Abstract

This study is a part of multi year layered case study on recommendation on public participation in political campaign in social media policy (Twitter). This paper scrutinises tweets and memes from Jokowi and Prabowo’s volunteers/supporters in 2014 Presidential Election during the campaign days (4 June – 5 July 2014) which were taken based on judgement sampling. The focus of the first layer study is the analysis of the written  text (tweet) and written and visual text (meme) from Jokowi and Prabowo’s volunteers/supporters in order to deconstruct the mechanism of the expressions of the written and visual text of both camps during the campaign days and to examine to what extent the expressions are used lead to negative or black campaign. Hallidayean transitivity system is deployed to analyze language variables employed in tweets whilst Kress and van Leeuwen social semiotics is applied to analyze the visual text in memes. Both tweets and memes are used as media in constructing, striking back and leading netizens’ opinions in digital democracy. It is found in this stage that tweets and memes represent not only cyber war in the form of discursive contestation of Jokowi and Prabowo’s image, but also transcode the discursive construction  and contestation of  Jokowi and Prabowo’s image.Keywords: tweets and memes, Jokowi and Prabowo, Presidential election 2014, transitivity system, social semiotic, transcode.    AbstrakTulisan ini merupakan bagian dari penelitian multi tahun studi kasus berlapis tentang usulan acuan kebijakan partisipasi publik dalam kampanye politik di media sosial (dalam hal ini Twitter). Tulisan ini menganalisis data tweets dan memes para relawan/pendukung Jokowi dan Prabowo di Pemilu Presiden 2014 selama masa kampanye (4 Juni – 5 Juli 2014) yang diambil berdasarkan judgement sampling. Fokus studi kasus lapis pertama ini adalah pada analisis bahasa tulis (tweets) dan bahasa tulis dan visual (memes) relawan/pendukung kelompok Jokowi dan Prabowo guna membongkar mekanisme pengekspresian bahasa tulis dan visual para relawan pendukung kedua kubu selama masa kampanye dan melihat sejauhmana ekspresi yang digunakan mengarah pada kampanye hitam ataupun negatif. Teori sistem transitivitas Hallidayean digunakan untuk menganalisis variabel bahasa tweets dan semiotika sosial Kress dan van Leeuwen untuk menelaah teks visual (memes),  yang mana keduanya digunakan relawan/pendukung Jokowi dan Prabowo sebagai media dalam mengonstruksikan, menyerang balik lawan dan menggiring opini netizen dalam digital domocracy. Ditemukan pada tahapan ini tweets dan memes tidak hanya merepresentasikan cyberwar dalam bentuk kontestasi diskursif pengonstruksian citra Jokowi dan Prabowo, tetapi juga terjadi transkode wacana konstruksi dan kontestasi citra Jokowi/Prabowo. Kata kunci:  tweets dan memes, Jokowi dan Prabowo, Pemilu Presiden 2014, sistem transitivitas, semiotika sosial, transkode.
Analysis of Leukocyte Count in Patients Acute Coronary Syndrome with ST-Segment Elevation and Acute Coronary Syndrome without ST-Segment Elevation at Kendari City General Hospital Jamaluddin Jamaluddin; Irawaty Irawaty; Fercee Primula
MEDULA JURNAL ILMIAH FAKULLTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HALU OLEO Vol 9, No 2 (2022)
Publisher : Halu Oleo University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46496/medula.v9i2.25462

Abstract

Background: Acute coronary syndrome (ACS) is an acute complication of coronary heart disease due to rupture of an atherosclerotic plaque, resulting in the formation of a thrombus, narrowing the lumen, resulting in impaired blood supply and decreased strength of heart muscle contraction. The occurrence of inflammation in the atherosclerotic process is characterized by an increase in the number of leukocytes, which causes increased leukocyte recruitment at the site of plaque rupture and is thought to play an important role in the incidence and prognosis of ACS. Purpose: The aim of this study was to determine the comparison of the number of leukocytes in STE and NSTE ACS patients. Methods: This research was an observational analytic study. The research design used a cross sectional study carried out at the Kendari City Regional General Hospital with the independent variable STE and Non STE ACS and the dependent variable was the leukocytes count. The number of samples was 73 patients. Data were collected from medical record data in accordance with the inclusion criteria.  Bivariate analysis to compare the number of leukocytes using the unpaired T test. Results: Research from 73 respondents found that STE ACS patients had a mean leucocyte count of 10.31±3.50x103/μL while NSTE ACS patients had a mean leukocyte count of 8.62±3.43 x 103/μL (p=0,000). Conclusion: There was a significant difference of leukocyte count in STE ACS and NSTE ACS patients.
CHARACTERISTICS OF CROSSMATCH TYPES IN COMPATIBILITY TESTING ON DIAGNOSIS AND BLOOD TYPES USING GEL METHOD (Ciri Inkompatibilitas Uji Cocok Serasi Metode Gel terhadap Diagnosis dan Golongan Darah) Irawaty Irawaty; Rachmawati AM; Mansyur Arif
INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL PATHOLOGY AND MEDICAL LABORATORY Vol 23, No 1 (2016)
Publisher : Indonesian Association of Clinical Pathologist and Medical laboratory

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24293/ijcpml.v23i1.1182

Abstract

Pemeriksaan uji cocok serasi adalah pemeriksaan kesesuaian darah pasien dan donor. Pemeriksaan ini untuk mengetahui apakahantigen eritrosit donor sesuai dengan antibodi di serum pasien (uji mayor) dan antigen eritrosit pasien terhadap antibodi di serum donor(uji minor). Pemeriksaan uji cocok serasi dapat dilakukan dengan metode tabung (metode konvensional) dan Gel. Penelitian ini bertujuanuntuk mengetahui ciri golongan darah dan diagnosis di inkompatibilitas uji cocok serasi dengan menggunakan metode Gel. Rancanganpenelitian berupa observasional retrospektif di Bank Darah Rumah Sakit (BDRS) RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar denganmengambil data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) dan data rekam medis masa waktu Juni 2013-Juni 2014. Jumlah keseluruhan 213sampel dengan jumlah laki-laki 105 orang (49,3%) dan perempuan 108 orang (50,7%). Rentang umur terbanyak >17 tahun (83,6%).Kelompok di inkompatibilitas terbanyak di penyakit infeksi (36,2%) dengan golongan darah B (32,9%), rhesus positif (100%) dan tipeinkompatibilitas minor (81,2%). Pasien tanpa riwayat transfusi lebih banyak (97,7%) dibandingkan dengan riwayat transfusi (2,3%).Perlu diteliti lebih lanjut dengan anamnesis langsung di pasien untuk menghindari bias sehingga diperoleh hasil yang lebih sahih. Selainitu diperlukan penelitian lebih lanjut pemeriksaan penyaringan dan identifikasi antibodi di setiap ketidaksesuaian uji cocok serasi.
Advokasi Komisi Nasional Perempuan Dalam Penanganan Kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga Alika Mutiara Shadina; Irawaty Irawaty; Dwi Afrimetty Timoera
Rhizome : Jurnal Kajian Ilmu Humaniora Vol. 1 No. 1 (2021): Januari
Publisher : Actual Insight

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56393/rhizome.v1i1.32

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kemudahan akses perempuan korban dalam melaporkan kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) kepada Komnas Perempuan, mengetahui faktor penyebab terjadinya kekerasan dalam rumah tangga pada laporan yang diadvokasi Komnas Perempuan pada tahun 2014-2018, dan untuk mengetahui upaya Komnas Perempuan mengadvokasi penanganan laporan perempuan korban kasus KDRT tahun 2014- 2018. Metode penelitian adalah kualitatif deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa akses bagi perempuan korban KDRT dalam melaporkan kasus KDRT begitu luas. Kasus KDRT yang terjadi pada laporan yang diadvokasi Komnas Perempuan pada tahun 2014-2018 disebabkan adanya faktor psikologis yang berasal dari dalam diri pelaku dan adanya budaya Patriarki dalam rumah tangga. Bentuk advokasi Komnas Perempuan dalam penanganan kasus KDRT Tahun 2014-2018 adalah dengan memberikan surat rujukan ke lembaga pelayanan dan surat rekomendasi ke institusi tempat korban melapor. Komnas Perempuan melakukan advokasi sesuai dengan prinsip kerja. Advokasi Komnas Perempuan masih terdapat kekurangan yaitu mengenai tindakan pasca-advokasi.