Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Pengaruh suhu karbonisasi terhadap kualitas karbon aktif dari limbah ampas tebu Rizka Wulandari Putri; Sri Haryati; Rahmatullah Rahmatullah
Jurnal Teknik Kimia Vol 25 No 1 (2019): Jurnal Teknik Kimia
Publisher : Chemical Engineering Department, Faculty of Engineering, Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/jtk.v25i1.12

Abstract

Produksi karbon aktif dari limbah ampas tebu dilakukan dengan metode fisika (karbonisasi) pada temperatur 300oC, 350oC dan 400oC dengan waktu pemanasan selama 2 jam, kemudian dilanjutkan dengan metode kimia pada aktivasi arang dengan menggunakan larutan pengaktif KOH. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan karakteristik karbon aktif yang dihasilkan pada parameter kadar air, kadar abu, volatile matter dan daya serap terhadap iodine. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karbon aktif dari limbah ampas tebu memiliki kualitas terbaik pada temperatur karbonisasi 300oC, dengan kadar air 8,40%, kadar abu 8,88% dan daya serap iodine sebesar 142,9. Karakteristik yang dihasilkan telah memenuhi Standar Nasional Indonesia untuk kriteria arang aktif serbuk.
Evaluasi performance ammonia converter Pabrik urea ditinjau dari pengaruh temperatur, tekanan, rasio H2/N2, dan mol inert inlet, serta perhitungan neraca massa dan neraca panas dengan simulator Rahmatullah Rahmatullah; Fanirazha Primesa C; Febriyanti Puspita Sari
Jurnal Teknik Kimia Vol 25 No 1 (2019): Jurnal Teknik Kimia
Publisher : Chemical Engineering Department, Faculty of Engineering, Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/jtk.v25i1.16

Abstract

Proses sintesa ammonia terjadi pada unit Ammonia Converter (105-D). Amonnia Converter merupakan tempat terjadinya reaksi antara gas sintesa (H2 dan N2) yang dilengkapi oleh katalis promoted iron. Evaluasi kinerja Ammonia Converter dilakukan untuk mengetahui kondisi dan efisiensi Ammonia Converter sejak menggunakan Distributed Control System (DCS), berdasarkan temperatur, tekanan, rasio mol H2/N2, dan mol inert inlet 105-D, serta perhitungan neraca massa dan neraca panas. Parameter yang diperhatikan adalah konversi total H2, konversi total N2, dan persentase mol NH3 yang dihasilkan. Hasilyang diperoleh tidak dapat menyatakan kondisi optimum pada Ammonia Converter karena data yang dihasilkan bersifat fluktuatif. Konversi total H2 aktual tertinggi sebesar 31,58%, konversi total N2 aktual tertinggi sebesar 30,25%, dan persentase mol NH3 aktual tertinggi sebesar 18,18%. Berdasarkan ketiga parameter tersebut, kinerja Ammonia Converter telah mengalami penurunan, tetapi tidak signifikan karena hasil konversi total H2, N2, dan persentase mol NH3 yang dihasilkan masih berada pada kisaran yang telah ditentukan.
Produksi bio-oil dari limbah kulit durian dengan proses pirolisis lambat Rahmatullah Rahmatullah; Rizka Wulandari Putri; Enggal Nurisman
Jurnal Teknik Kimia Vol 25 No 2 (2019): Jurnal Teknik Kimia
Publisher : Chemical Engineering Department, Faculty of Engineering, Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/jtk.v25i2.31

Abstract

Permintaan bahan bakar fosil semakin meningkat sementara pasokannya kian berkurang dari waktu ke waktu. Hal ini mendorong untuk mengembangkan sumber energy alternative seperti biomassa sebagai energy baru terbarukan. Biomassa dapat dikonversi menjadi energy alternative dalam bentuk bio-oil melalui proses pirolisis. Komposisi biomassa seperti lignoselulosa (lignin, selulosa dan hemiselulosa) didekomposisi dengan proses pirolisis menjadi komponen organic seperti fenol, alkohol, keton, aldehid dan ester. Bio-oil merupakan bahan bakar terbarukan dan lebih ramah lingkungan dari pada bahan bakar fosil (minyak bumi). Bio-oil dapat disebut sebagai "green energy" dalam banyak aplikasi untuk menggantikan minyak bumi dan juga dapat digunakan sebagai "green chemical". Dalam aplikasinya, bio-oil dapat digunakan sebagai energy ramah lingkungan karena memiliki emisi lebih rendah dari pada bahan bakar fosil. Senyawa fenolik memiliki komposisi paling dominan dalam bio-oil di mana fenol memiliki banyak kegunaan untuk resin, antiseptik, pengawet dan desinfektan. Produksi bio-oil dalam penelitian ini dilakukan dengan proses pirolisis lambat pada reactor dengan kisaran suhu 250-400oC selama 30 menit. Eksperimen ini dilakukan denganbahan baku kulit durian pada ukuran10 mesh dan 20 mesh. Analisia GC-MS digunakan untuk mengetahui komponen bio-oil. Produk bio-oil memiliki viskositas 1,189 cP, dan densitas 1,031 g/cm3 dan pH 6. Bio-oil mengandung beberapak omponen seperti senyawa fenolik (66,37%), metil ester (2,71%), siklridridana (3,66%), benzocycloheptariene (3,39), indole (5,19%), glisin (3,01%), pentadekana (4,07%), 5-tert-butylpyrogallol (3,07%), asam bromoacetic (3,40%) dan asamtetradecanoic (5,16%).
Proses katalitik gasifikasi kulit durian (Durio zibethinus) untuk produksi synthetic natural gas (SNG) Rizka W. Putri; Asyeni M. Jannah; Roosdiana Muin; R. Rahmatullah
Jurnal Teknik Kimia Vol 27 No 1 (2021): Jurnal Teknik Kimia
Publisher : Chemical Engineering Department, Faculty of Engineering, Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/jtk.v27i1.33

Abstract

Durian (Durio zibethinus) merupakan buah yang banyak diminati di Indonesia, khususnya di Sumatera Selatan. Komposisi daging buah durian hanya mencapai 21% dibandingkan dengan sisa kulit dan biji yang akan menjadi sampah sekitar 79%. Permasalahan yang ditimbulkan dari sampah kulit durian ini antara lain masalah estetika, kesehatan dan lingkungan. Oleh karena itu perlu dilakukan pemanfaatan kulit durian yang memiliki potensi menjadi energi terbarukan berupa synthetic natural gas (SNG). Kandungan lignoselulosa pada kulit durian dapat diproses melalui gasifikasi katalitik untuk menjadi gas CO, CO2, CH4 dan H2. Pada penelitian ini, proses gasifikasi dilakukan pada range temperatur 250 ℃ - 400 ℃ dengan bantuan katalis zeolit sebanyak 8% berat katalis. Dari hasil proses tersebut, didapatkan hasil terbaik pada suhu 300 oC dengan perolehan gas berupa 13,7 % CH4, 29,6 % CO, 31 % CO2 dan 7,9 % H2 dengan sisanya berupa gas 13 % N2 dan 4,8 % Ar. Hal ini menunjukkan dengan bantuan katalis dapat menurunkan suhu optimum untuk proses gasifikasi. Untuk laju gasifikasi spesifik meningkat seiring kenaikan temperatur dengan laju maksimum 2,31 kg/h.m2 pada suhu 400 ℃.
Perhitungan efisiensi panas steam generator dengan pemanas thermal oil pada unit energy plant industri fibreboard Linda Santia; Intan Retri Utari; Rahmatullah Rahmatullah
Jurnal Teknik Kimia Vol 25 No 3 (2019): Jurnal Teknik Kimia
Publisher : Chemical Engineering Department, Faculty of Engineering, Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/jtk.v25i3.65

Abstract

Steam generator (boiler) atau ketel uap adalah bejana tertutup dimana panas pembakaran dialirkan ke air sampai terbentuk air panas atau steam. Air panas atau steam pada tekanan tertentu kemudian digunakan untuk mengalirkan panas ke suatu proses. Secara proses konversi energi, boiler memiliki fungsi untuk mengkonversi energi kimia yang tersimpan di dalam bahan bakar menjadi energi panas yang tertransfer ke fluida kerja. Steam generator didesain untuk menghasilkan steam dengan tekanan dan temperatur tertentu. Kualitas steam yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh performa kinerja dari steam generator. Permasalahan yang dihadapi pada steam generator ini adalah terjadi penuruan efisiensi panas. Adapun tujuan penelitian ini adalah mengetahui efisiensi maksimum steam generator dan faktor apa yang mempengaruhi penurunan efisiensi melalui evaluasi neraca massa dan neraca panas. Pengurangan efisiensi panas pada steam generator dapat disebabkan karena penumpukan kerak yang terdapat didalam sepanjang tube. Efisiensi panas yang di hasilkan dari steam generator di industri Fibreboard adalah kurang lebih 92-93%.
Pemanfaatan limbah kertas sebagai bahan baku pembuatan selulosa asetat Rahmatullah Rahmatullah; Rizka W. Putri; Adhe M. Rainadi; Ayu Permatasari; Muhammad Y. Pratama
Jurnal Teknik Kimia Vol 26 No 3 (2020): Jurnal Teknik Kimia
Publisher : Chemical Engineering Department, Faculty of Engineering, Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/jtk.v26i3.7

Abstract

Selulosa asetat dapat dibuat dengan memanfaatkan bahan baku yang memiliki kandungan selulosa, salah satunya ialah limbah kertas bekas. Kertas bekas merupakan salah satu limbah biomassa dengan kandungan selulosa tinggi. Metode yang digunakan pada penelitian ini merupakan asetilasi dengan tahapan yang dilakukan antara lain preparasi bahan baku, delignifikasi, dan sintesis selulosa asetat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh reaksi terhadap jumlah rendemen, kadar asetil, dan derajat substitusi dari selulosa asetat serta diharapkan menghasilkan selulosa asetat dapat dijadikan sebagai bahan baku pembuatan bioplastik. Sintesis selulosa asetat dilakukan dengan menambahkan asam asetat glasial dan asam sulfat ke dalam kertas hasil delignifikasi, kemudian ditambahkan campuran asetat anhidrat dan asam asetat glasial sehingga menghasilkan primary Cellulose Acetate (CA). Asam asetat dan asam sulfat ditambahkan pada Primary CA pada temperatur 80°C dengan varian waktu reaksi selama 1, 2, dan 3 jam. Produk kemudian disaring dan dicuci hingga netral menggunakan aquades. Selulosa asetat yang dihasilkan kemudian dianalisis uji berat, kadar asetil, dan derajat substitusi. Dari hasil penelitian diperoleh rendemen selulosa asetat terbanyak didapatkan pada waktu reaksi 3 jam, yaitu sebesar 6,8211 gram. Kadar asetil dan derajat substitusi tertinggi didapatkan pada waktu reaksi 1 jam, yaitu 39,901% dan 2,463%. Selulosa asetat yang dihasilkan dari penelitian ini merupakan suatu zat padat seperti tepung berwarna putih
Pemanfaatan sekam padi untuk produksi biobriket dengan variasi binder tepung tapioka dan tepung biji durian Rizka Wulandari Putri; Rahmatullah .; Budi Santoso; Selpiana .; Mutiara Aiko Habsyari; Shafira T Aliyah; Alek Al Hadi; Alieftiyani P Gobel
Jurnal Teknik Kimia Vol 29 No 1 (2023): Jurnal Teknik Kimia
Publisher : Chemical Engineering Department, Faculty of Engineering, Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/jtk.v29i1.1240

Abstract

Keterbatasan pasokan bahan bakar untuk kebutuhan domestik seperti LPG saat ini mendorong banyak peneliti mencari sumber energi alternatif yang dapat digunakan sebagai bahan bakar, salah satunya adalah bahan bakar padat biobriket. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perekat (binder) dan rasio bahan baku pada pembuatan biobriket dari sekam padi. Limbah pertanian berupa sekam padi dikumpulkan dan dipreparasi untuk penghilangan pengotor dan air sebelum dilakukan karbonisasi. Proses karbonisasi dilakukan pada suhu 300 ºC selama 30 menit. Penelitian ini menggunakan variasi perekat (binder) tepung tapioka dan tepung biji durian, dengan rasio bahan baku: binder yaitu 1 : 3; 1 : 1; dan 3 : 1. Biobriket yang dihasilkan diujji sifat fisika dan kimianya dengan analisa proksimat kemudian dilanjutkan dengan perendaman briket didalam minyak jelantah selama 10 menit . Hasil briket dianalisa dengan uji proksimat dan mendapatkan hasil kadar air (4,63% - 11,86%), kadar abu (21,05% - 41,03%), kadar zat mudah menguap (39, 08% - 53,88%), kadar karbon terikat (9,46% - 19,90%), untuk nilai kalor biobriket tanpa perendaman (2633 – 3502 kal/g) dan meningkat signifikan menjadi (3500 – 5671 kal/g) setelah perendaman minyak jelantah. Dari hasil tersebut, beberapa parameter telah memenuhi standar briket Jepang, Eropa dan Indonesia
The Effect of H-Factor on Kappa Number and Viscosity in Continuous Digester Putri, Rizka Wulandari; Rahmatullah, Rahmatullah; Siagian, Faisal
CHEESA: Chemical Engineering Research Articles Vol. 6 No. 1 (2023)
Publisher : Universitas PGRI Madiun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25273/cheesa.v6i1.15681.26-33

Abstract

One of the most important steps in pulping is the cooking process, which serves to separate the cellulose and hemicellulose from lignin and other by-products. During the cooking process in the digester, various factors must be considered to create high-quality pulp. Among these factors, the H-Factor plays a significant role due to its impact on the kappa number and viscosity in the pulping process. A high H-Factor can also damage the strength of the pulp. Therefore, this research aims to investigate the effect of the H-Factor and active alkali on pulp yield and quality. The active alkali used was in line with the desired production objectives, as insufficient levels of active alkali can lead to a low yield of pulp. Meanwhile, pulp quality standards in the Pulp and Paper Industry included kappa number of 12-18 in the digester process, an approximate viscosity of 23 mPa.s, and the selection of H-Factor based on the desired production target.
Catalyst Lifetime Analysis for High-Temperature Shift Converter (104-D1) at Urea Factory Rahmatullah, Rahmatullah; Putri, Rizka Wulandari; Mahendra, Bobi; Arofi, Hegar Tifal; Hadi, Cecep Sumiratna
CHEESA: Chemical Engineering Research Articles Vol. 6 No. 2 (2023)
Publisher : Universitas PGRI Madiun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25273/cheesa.v6i2.15986.76-84

Abstract

High Temperature Shift (HTS) Converter (104-D1) have a function to convert CO gas into CO2 in the ammonia unit. The presence of CO could be poisoning the catalyst in the ammonia converter. The performance of HTS (104-D1) was ideal if the percentage of CO outlet is above 3.41 mol % dry basis. The performance of HTS (104-D) was influenced by operating conditions (pressure and temperature) and the ratio of steam to carbon. The increase in temperature in HTS (104-D1) can increase in the reaction rate and a decrease in CO conversion due to a decrease in catalyst performance. The research aims to find out how the performance of HTS (104-D1) after Turn Around process (catalyst replacement) that reviewed based on the operating conditions and the resulting CO conversion. The analysis was carried out by comparing the CO conversion from the actual data with the CO conversion from the design data by using the regression equation method to predict the lifetime of the catalyst. CO conversion obtained from the design data is 69.42 %. Conversion of actual data in June, July, August, September and October was 67.43 %; 78.32 %; 77.93 %; 77.75 %; and 77.40 %. The lifetime of the HTS catalyst (104-D1) PUSRI-IIB was estimated to be used up to 5 years after Turn Around process.
Manufacturing Biodegradable Bioplastics from A Mixture of Starch and Kapok Fibers with Variations of Chitosan and Glycerol Rahmatullah Rahmatullah; Rizka Wulandari Putri; Enggal Nurisman; Yandriyani Yandriyani; Alek Al Hadi; Muhammad Anwar Raihan
Agroindustrial Technology Journal Vol. 8 No. 1 (2024): Agroindustrial Technology Journal
Publisher : Universitas Darussalam Gontor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21111/atj.v8i1.11086

Abstract

Biodegradable bioplastics are the latest solution to the problem of conventional plastics which hurt the environment. Types of biodegradable bioplastics, namely starch-based plastics and cellulose-based plastics, have been developed in many studies. Cellulose can be made into biodegradable bioplastics by adding starch, plasticizers, and strengthening materials with certain variations. This research aims to determine the effect of mixing glycerol plasticizer and the concentration of chitosan on the biodegradable bioplastics produced. The variables observed started from elongation, Young's modulus, density, tensile strength, biodegradability, and water resistance. The best biodegradable bioplastics results for density, tensile strength, and percent elongation values were obtained with variations of 60% glycerol and 3 gram chitosan of 5.62 g / mL, 163.5 KPa and 4.26 KPa; Young's modulus for variations of 20% glycerol and 3-gram chitosan is 45.17 KPa; the water absorption capacity of variations of 20% glycerol and 0.5-gram chitosan is 81.5%; and the bioplastic mass degraded at a variation of 40% glycerol and 3-gram chitosan at 49.21%.