Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

The Effects of Grain Size, Oxidizers and Catalysts on Band Gap Energy of Gelam-Wood Carbon Syarif, Nirwan; Rohendi, Dedi; Haryati, Sri; Dewi, Claudia
http://dx.doi.org/10.31427/IJSTT.2019.2.2.5
Publisher : Unijourn Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The research of the effects of grain size, oxidizers, and catalysts on band gap energy of gelam-wood carbon has been conducted in which the carbons were produced from gelam-wood pyrolysis in high temperatures. The instrumentations used in this study were UV-Vis, FTIR spectrophotometer, and SEM. SEM and FTIR were used to characterize the morphology and the functionality of the carbon surface. UV-Vis spectrograms showed that the electronic property of carbon such as band gap was affected when grain size and surface area were changed. The increase of the functional groups in carbon occurred as the surface area of the carbon was increased. Band gap energy of crystalline carbon became much lower along with the increase in grain size due to the effects of bands-broadening. FTIR spectrograms showed that the carbon contained of hydroxyl and carboxylic groups. The hydroxyls were derived from steam-oxidized carbon that was provided narrower in the interlayer distance and lower-set band gap energy. Carboxylic groups were derived from acid nitric oxidation causing flat layer to become curved. The layers were wider and the band energy was higher. The main factor that affects the electronic structure of metal oxide in carbon/metal oxide composites was atomic alignments. The band gap energy increased along with the increase of the asymmetry alignments in metal oxide.
Pengaruh suhu karbonisasi terhadap kualitas karbon aktif dari limbah ampas tebu Rizka Wulandari Putri; Sri Haryati; Rahmatullah Rahmatullah
Jurnal Teknik Kimia Vol 25 No 1 (2019): Jurnal Teknik Kimia
Publisher : Chemical Engineering Department, Faculty of Engineering, Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/jtk.v25i1.12

Abstract

Produksi karbon aktif dari limbah ampas tebu dilakukan dengan metode fisika (karbonisasi) pada temperatur 300oC, 350oC dan 400oC dengan waktu pemanasan selama 2 jam, kemudian dilanjutkan dengan metode kimia pada aktivasi arang dengan menggunakan larutan pengaktif KOH. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan karakteristik karbon aktif yang dihasilkan pada parameter kadar air, kadar abu, volatile matter dan daya serap terhadap iodine. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karbon aktif dari limbah ampas tebu memiliki kualitas terbaik pada temperatur karbonisasi 300oC, dengan kadar air 8,40%, kadar abu 8,88% dan daya serap iodine sebesar 142,9. Karakteristik yang dihasilkan telah memenuhi Standar Nasional Indonesia untuk kriteria arang aktif serbuk.
Pengaruh waktu dan temperatur terhadap ekstraksi saponin buah mengkudu sebagai bahan baku pembuatan deterjen Sri Haryati; Amir Mahmud Afandi; Andre Tiofami
Jurnal Teknik Kimia Vol 22 No 1 (2016): Jurnal Teknik Kimia
Publisher : Chemical Engineering Department, Faculty of Engineering, Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Air limbah deterjen merupakan salah satu polutan atau zat yang mencemari lingkungan karena mengandung surfaktan alkyl benzene sulphonate (ABS) dan fosfat. ABS merupakan deterjen yang tergolong keras dan tak bisa didegradasi oleh mikroorganisme (nonbiodegradable), sedangkan fosfat berdampak terhadap kehidupan biota air sehingga dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan. Perlunya alternatif surkfaktan ramah lingkungan, yaitu dengan memanfaatkan kandungan saponin dalam mengkudu. Saponin dapat bertindak sebagai surfaktan alami dandapat digunakan sebagai bahan bakupembuatan deterjen. Selain itu saponin dapat dengan mudah terdegradasi oleh mikroorganisme sehingga tidak akan mencemari lingkungan. Penelitian ini menggunakan pelarut n-hexana pada sokletasi dan etanol pada proses ekstraksi saponin dari buah mengkudu. Ekstraksi dilakukan denganvariasi suhu 40 0C, 50 0C, 60 0C, 70 0C, 80 0C dengan waktu ekstraksi masing-masing 1 jam, 2 jam, dan 3 jam.. Massa saponin yang tertinggi didapat pada suhu 80 0C dan waktu 3 jam yaitu227.25mg/g (22,72%) untuk buah mengkudu dari daerah Sukarami, Palembang. Dari penelitian ini dihasilkan deterjen yang ramah lingkungan dan sesuai SNI 4594:2010 dengan kandungan phospat 0%, pH 10 dan bagian tidak larut dalam air sebesar 7.23%.
Pemanfaatan biji durian sebagai bahan baku plastik biodegradable dengan plasticizer giserol dan bahan pengisi CaCO3 Sri Haryati; Anggie Septia Rini; Yuni Safitri
Jurnal Teknik Kimia Vol 23 No 1 (2017): Jurnal Teknik Kimia
Publisher : Chemical Engineering Department, Faculty of Engineering, Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pemakaian plastik dalam kehidupan sehari-hari sebagai pengemas terus mengalami peningkatan menyebabkan limbah plastik semakin bertambah dari hari ke hari. Sampah plastik berasal dari bahan baku minyak bumi sulit terurai oleh mikroba di dalam tanah. Salah satu cara untuk mengurangi penggunaan plastic non-degradable yaitu dengan memproduksi plastik dari bahan-bahan organik yang mengandung pati didalamnya. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji pengaruh banyaknya penambahan gliserol dan CaCO3 pada tepung biji durian dalam pembuatan plastik biodegradable. Plastik biodegradable dibuat dengan melarutkan tepung biji durian dengan aquades ditambah dengan gliserol dan CaCO3. Selanjutnya variasi rasio CaCO3 (0 gram, 0,5 gram, 1 gram, dan 1,5 gram) dengan gliserol (25%, 35%, 45%, dan 55% dari berat tepung biji durian). Karakteristik biodegradable ditandai dengan adanya uji biodegradasi, uji kuat tarik dan elongasi. Hasil karakterisasi plastik biodegradable yang memiliki kinerja optimal diperoleh dari plastik biodegradable dengan kuat tarik 0,71 Mpa, persen elongasi 16,3%, dan waktu degradasi 14 hari.
Pembuatan karbon aktif dari kulit kayu gelam (Melaleuca leucadendron) yang berasal dari tanjung api-api sumatera selatan Sri Haryati; Adellina Tentri Yulhan; Lisa Asparia
Jurnal Teknik Kimia Vol 23 No 2 (2017): Jurnal Teknik Kimia
Publisher : Chemical Engineering Department, Faculty of Engineering, Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Hasil penelitian membuktikan bahwa arang aktif dapat dibuat dari bahan organik maupun anorganik yang mengandung kadar karbon tinggi. Dari sejumlah penelitian yang telah dilakukan, penelitian karbon aktif biasanya dari limbah kayu, tempurung kelapa, cangkang buah karet dan sebagainya. Padahal masih banyak yang dapat dimanfaatkan untuk pembuatan karbon aktif, salah satunya adalah kulit kayu gelam yang tumbuh di daerah Tanjung Api-Api, Sumatera Selatan. Pembuatan karbon aktif dilakukan dengan variabel suhu karbonisasi (250oC; 350oC; dan 450oC) dan jenis zat aktivator (CaCl2 5%; NaOH 5%; dan H3PO4 5%). Adapun parameter analisa karbon aktif yang diuji adalah kadar air, kadar volatile matter, kadar abu, dan daya serap iodium. Analisa kandungan kimia kulit kayu gelam dilakukan menggunakan metode Chesson–Datta yang meliputi kadar air, kadar abu, hemiselulosa, selulosa, dan lignin. Karbon aktif terbaik dengan daya serap iodium sebesar 1007,8242 mg/g dihasilkan dari suhu karbonisasi 350oC, dengan menggunakan zat aktivator NaOH, dan lama aktivasi 24 jam. Analisa kandungan kimia kulit kayu gelam yang diperoleh, yaitu kadar air sebesar 5,72%; kadar abu 1,33%; hemiselulosa 27,42%; selulosa 47,00%; dan lignin 18,28%.
Studi pengaruh ukuran partikel ruthenium dalam katalis Ru/Al2O3 pada reaksi hidrogenasi karbon monoksidda Mardwita Mardwita; Muhammad Djoni Bustan; Sri Haryati
Jurnal Teknik Kimia Vol 22 No 4 (2016): Jurnal Teknik Kimia
Publisher : Chemical Engineering Department, Faculty of Engineering, Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Reaksi hidrogenasi syngas yang berasal dari gas alam, batu bara dan biomassa telah lama digunakan untuk menghasilkan hidrokarbon rantai panjang dan alkohol. Hidrokarbon rantai panjang dapat diproses lebih lanjut menjadi synthetic fuel (bahan bakar sintetik) sebagai pengganti minyak bumi. Reaksi hidrogenasi tidak terlepas dari peran katalis. Salah satu katalis yang paling efektif untuk reaksi ini adalah ruthenium (Ru). Penelitian ini mempelajari Pengaruh ukuran partikelruthenium (Ru) dalam katalis ruthenium-alumina (Ru/Al2O3) yang digunakan dalam reaksi hidrogenasi karbon monoksida. Gas karbon monoksida (CO) dan hidrogen (H2) digunakan sebagai reaktan dengan perbandingan 2:1.Reaksi hidrogenasi karbon monoksida dilakukan dengan menggunakan reaktor fixed-bed yang terbuat dari pyrex glass. Tiga macam variasi jumlah ruthenium yaitu 7wt%, 10wt% dan 12wt% digunakan dalam katalis Ru/Al2O3. Metode pembuatan katalis menggunakan metode impregnasi dan reaksi dilakukan dengan rentang temperatur dari 160 °C sampai 260 °C pada tekanan atmosferik. Pengambilan sample produk dilakukan setiap 30 menit dan produk dianalisa dengan menggunakan gas-chromatograph (GC). Hasil reaksi menunjukkan bahwa ruthenium dengan berat 12wt% menghasilkan konversi CO yang paling tinggi dibandingkan dengan katalis jumlah 7wt% dan 10wt% ruthenium.
PERFORMANCE ANALYSIS OF LiVO3-Ion BATTERY WITH CARBON (Ipomoea Aquatica) AS ANODES Arini Sucia; Sri Haryati; Nirwan Syarif
AUSTENIT Vol. 14 No. 1 (2022): AUSTENIT: April 2022
Publisher : Politeknik Negeri Sriwijaya, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53893/austenit.v14i1.4559

Abstract

This research was conducted by utilizing water spinach which is found in swampy areas as new material for support in battery. Water spinach stems were separated used as carbon precursor. The carbon was prepared through hydrothermal and pyrolysis processes.  The battery was constructed using the carbon anode  and cathode from  LiVO3. The LiVO3 was produced by using hydrothermal process of LiCl, V2O5, and NaOH in 200ºC 30 bar for 16 hours. The performance of the battery was evaluated using cyclic voltammetry and galvanostatic charging – discharging methods on potentiostat. The electrolyte used was LiCl in liquid or gel electrolyte with concentrations of 10%, 20% and 40%, respectively. The binders were used PU and melamine. Material characterization reveal that the carbon has crystaline phase, conductivity and pores which therefore carbon has the capability to be used as anode precursor. The evaluation of battery performance showed that the highest current value was found in battery with 40% LiCl of liquid electrolyte and  polyurethabe binder, that is 0.22 A. The highest power 5.36 x   W, energy 1.80 x  Wh, and capacity  ​8.94 x  F  was found in battery with 40% LiCl of liquid electrolyte with binder PU.. The lowest battery discharge slope 0.0039 was found in 40% LiCl of liquid electrolyte with PU binder. These findings provides an alternative to the use of materials in Lithium ion batteries without compromising the performance of their application.
Disosiasi H2S dalam Gas Alam pada Temperatur Ruang Menggunakan Katalisator MgO: Pengaruh Jumlah Katalis dan Laju Alir Massa Devie Herdiansyah; Sri Haryati; Muhammad Djoni Bustan
Jurnal Rekayasa Proses Vol 13, No 2 (2019)
Publisher : Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (275.738 KB) | DOI: 10.22146/jrekpros.43154

Abstract

The presence of H2S in natural gas is very detrimental to ammonia industry because it can poison and deactivate steam reforming catalysts. In the ammonia plant Pusri-IB PT. Pusri Palembang, H2S was separated in the Desulfurizer Unit (201-D) by adsorption using ZnO adsorbent at low temperature (28 ° C). Unfortunately, in this process the ZnO adsorbent cannot be regenerated so that within one year the ZnO adsorbent will be saturated with sulfur. The alternative process of H2S separation is to dissociate H2S into its constituent elements (hydrogen and sulfur) with catalytic process. The magnesium oxide catalyst was chosen because magnesium oxide is a metal oxide compound widely known in the catalysis process and has two active sites. The highest H2S conversion that can be achieved by MgO catalyst is 92.29%. Unlike ZnO, MgO does not absorb H2S, but catalyzes the dissociation of H2S into hydrogen and solid sulfur without being changed consumed by the reaction itself so that the MgO catalyst has a longer life time than the ZnO adsorbent.A B S T R A KKandungan H2S dalam gas alam sangat merugikan bagi industri amoniak karena dapat meracuni dan mendeaktivasi katalis steam reforming. Di pabrik amoniak Pusri-IB PT. Pusri Palembang, H2S dipisahkan di Unit Desulfurizer (201-D) secara adsorpsi dengan menggunakan adsorben ZnO pada temperatur rendah (28 ° C). Namun sangat disayangkan, pada proses ini adsorben ZnO tidak dapat diregenerasi sehingga dalam kurun waktu satu tahun adsorben ZnO akan jenuh oleh sulfur. Salah satu alternatif proses pemisahan H2S adalah dengan mendisosiasi H2S menjadi unsur penyusunnya yaitu hidrogen dan sulfur dengan bantuan katalis. Katalis magnesium oksida dipilih karena magnesium oksida merupakan senyawa metal oksida yang penggunaannya sudah dikenal luas dalam proses katalisis serta memiliki dua gugus aktif. Konversi H2S tertinggi yang dapat dicapai katalis MgO adalah sebesar 92,29%. Berbeda halnya dengan ZnO, MgO tidak menyerap H2S, namun mengkatalisis proses disosiasi H2S menjadi hidrogen dan sulfur padat tanpa mengalami perubahan atau terkonsumsi oleh reaksi itu sendiri sehingga katalis MgO memiliki life time yang lebih lama dibanding adsorben ZnO. 
Pengaruh Medan Elektromagnetik terhadap Densitas dan Vikositas pada Vacuum Residue Akbar Ismi Azis Pramito; Sri Haryati; Muhammad Djoni Bustan
Jurnal Rekayasa Proses Vol 13, No 2 (2019)
Publisher : Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (54.397 KB) | DOI: 10.22146/jrekpros.43599

Abstract

This study tested the effect of electromagnetic field on density and viscosity of vacuum residue from PT. PERTAMINA Refinery Unit III Plaju. The study was conducted using a batch reactor equipped with electromagnetic. The fixed variable in this study is the vacuum residue mass and cracking time, while the variables which are varied are reaction temperature and electromagnetic field. The study was conducted to see the effect of temperatures ranging from 100, 200, 300 and 400oC, and the use of electromagnets with electric currents of 0A, 5A, 10A, 15A and 20A on the density and viscosity of vacuum residue. The experiment compared the effect of the process with electromagnetic field and without electromagnetic field on the density and viscosity of vacuum residue. The results showed that the lowest density (0.874 g/cm3) and viscosity (0.481 cP) were obtained by using 20A electric current electromagnetic field at a temperature of 400oC.A B S T R A KPenelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh medan elektomagnetik terhadap densitas dan viskositas vakum residu petroleum dari PT. PERTAMINA Unit Pengolahan III Plaju. Pengujian dilakukan dalam reaktor-batch yang dilengkapi dengan elektromagnetik. Variabel tetap dalam penelitian ini adalah massa vakum residu dan waktu cracking, sedangkan variabel yang divariasi adalah suhu cracking dan kuat arus listrik elektromagnetik. Studi dilakukan untuk melihat pengaruh suhu mulai dari 100, 200, 300, dan 400oC, serta penggunaan elektromagnet dengan arus listrik sebesar 0A, 5A, 10A, 15A dan 20A terhadap perubahan densitas dan viskositas dari vakum residu. Eksperimen yang dilakukan membandingkan pengaruh proses dengan medan elektromagnetik dan tanpa medan elektromagnet terhadap densitas dan viskositas vacuum residue. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai densitas dan viskositas vakum residu terendah diperoleh pada penggunaan medan elektromagnetik dengan arus listrik 20A pada suhu 400oC yaitu pada nilai denitas sebesar 0,874 g/cm3 dan nilai viskositas sebesar 0,481 cP.
Pengaruh Proses Swelling dengan Supercritical Gas CO2 terhadap Penurunan Energi Ikatan Senyawa Hidrokarbon Vacuum Residue Deby Ansyory; Aditya Retno Utami; Sri Haryati; Muhammad Djoni Bustan
Jurnal Rekayasa Proses Vol 13, No 2 (2019)
Publisher : Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (593.06 KB) | DOI: 10.22146/jrekpros.44784

Abstract

The present study aims to develop technology to utilize a vacuum residue by reducing its density, viscosity and energy bonding, using a batch reactor equipped with CO2 injection gas in the form of a swelling process. The study was conducted by applying temperature varied between 60 and 100 °C and CO2 flux pressure varied between 1 and 5 MPa, respectively. The study of applying temperature and CO2 flux pressure are used to decrease the bond energy of hydrocarbon compounds in the form of solid vacuum residue. Furthermore, a series of reaction time was carried out started in the range of 10-30 minutes to obtain the optimum reaction time. The result showed that at temperature of 100°C, pressure of 5 MPa and variation of time, the density, viscosity, and  decrease in energy bonding (ΔG) were in the range of 0.919-0.902 g/cm3, 495-166 cSt, and 8.627–6.436 J.s, respectively. A B S T R A KPenelitian ini bertujuan untuk mengembangkan teknologi pemanfaatan vacuum residue dengan mengurangi densitas, viskositas dan energi ikatan. Pada penelitian ini digunakan reaktor batch yang dilengkapi dengan gas injeksi CO2 dalam bentuk proses swelling. Penelitian dilakukan dengan menerapkan variasi temperatur  antara 60-100 °C dan tekanan fluks CO2 bervariasi antara 1-5 MPa. Rentang temperatur dan tekanan fluks CO2 yang digunakan dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengurangi energi ikatan senyawa hidrokarbon dalam bentuk padatan vacuum residue. Selanjutnya, serangkaian waktu reaksi dilakukan mulai dari 10, 15, 20, 25, dan 30 menit untuk mendapatkan waktu reaksi yang optimum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada temperatur konstan (100 °C), tekanan konstan (5 MPa) dan variasi waktu diperoleh penurunan densitas (0,919–0,902 g/cm3), viskositas (495-166 cSt), dan penurunan energi ikatan (ΔG) menjadi 8,627–6,436 Js.