Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

DAMPAK NOX TERHADAP LINGKUNGAN Darmayasa, I Gede Oka
Kurva Teknik Vol 2, No 1 (2013): Kurva Teknik
Publisher : Universitas Mahasaraswati Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (40.588 KB)

Abstract

Komponen-komponen bahan pencemar utama yang menimbulkan pencemaran udara adalah Karbon Monoksida (CO),Oksida Nitrogen (NOX),Hidro Karbon (HC),Oksida Sulfur (SOX) dan Partikulat.NO2 adalah gas yang toxis bagi manusia, efek yang terjadi tergantung pada dosis serta lamanya pemaparan yang diterima seseorangHewan percobaan yang diberi NO dengan dosis yang sangat tinggi akan memperlihatkan gejala paralisi sistem syaraf dan konvulsi Adanya NOX di atmosfer akan mengakibatkan kerusakan tanaman, tetapi sukar ditentukan apakah kerusakan tersebut diakibatkan langsung oleh NOX atau karena polutan sekunder yang diperoleh dalam siklus fotolitik NO2.Efek yang dapat ditimbulkan umumnya mengenai organ pernafasan yaitu paru-paru, dan efek yang diterima seseorang atau hewan maupun tumbuhan tergantung pada dosis dan lamanya pemaparan. Pengendalian yang dilakukan umumnya modifikasi kondisi pembakaran untuk menurunkan jumlah NOX yang dihasilkan dan menghilangkan NOX dengan pemanfaatan alat-alat perlengkapan dan aliran pembuangan gas.
Ruang Terbuka Hijau dan Jejak Karbon Primer pada Jasa Akomodasi Vila di Kabupaten Badung, Bali Kenedy, Fransiskus Vebrian; Maharani, Made Vina; Wiratama, I Gusti Ngurah Made; Widyasari, Ni Luh; Darmayasa, I Gede Oka
Envirotek : Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan Vol. 16 No. 1 (2024): Envirotek: Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan
Publisher : Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33005/envirotek.v16i1.327

Abstract

Kabupaten Badung sebagai pusat pariwisata Bali memiliki potensi sebagai penyumbang emisi karbon yang bersumber dari jasa akomodasi pariwisata. Vila merupakan jasa akomodasi dengan sumber penghasil emisi karbon primer dari penggunaan bahan bakar LPG dalam aktivitas memasak. Tujuan penelitian ini adalah menentukan persentase nilai jejak karbon primer pada jasa akomodasi villa di Kabupaten Badung sebagai pertimbangan dalam pemenuhan ruang terbuka hijau. Data primer dari penelitian diperoleh dengan melakukan survey sebanyak 60 vila.Variabel penelitian terdiri atas jumlah penggunaan bahan bakar LPG per bulan pada setiap vila. Jejak karbon primer diperoleh dari nilai faktor emisi LPG dikalikan dengan jumlah penggunaan bahan bakar selama satu bulan. Persentase jejak karbon primer pada jasa akomodasi vila di Kecamatan Kuta Selatan sebesar 36,76% dan memiliki nilai paling tinggi dibandingkan Kecamatan Kuta 34,31% dan Kecamatan Kuta Utara 28,92%. Nilai persentase carbon footprint primer berbanding lurus terhadap rata-rata penggunaan bahan bakar LPG per bulan. Emisi CO2 primer dipengaruhi oleh jumlah LPG dalam aktivitas memasak di vila. Salah satu solusi alternatif untuk menanggulangi jejak karbon primer pada vila adalah menciptakan ruang terbuka hijau melalui pembuatan taman vertikal. Konsep taman vertikal pada vila sebagai ruang terbuka hijau berfungsi menyerap polusi seperti emisi CO2 sehingga kualitas udara sekitarnya menjadi lebih baik.
LIMBAH LUMPUR INDUSTRI PENGOLAHAN BAJA SEBAGAI PENGGANTI PARSIAL PASIR UNTUK BAHAN BANGUNAN Darmayasa, I Gede Oka; Widiantara, I Kadek
Jurnal Ecocentrism Vol. 4 No. 1 (2024): Jurnal Ecocentrism
Publisher : Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Mahasaraswati Denpasar, Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This research involves the binding/solidification of sludge waste from the steel processing industry originating from a steel industry in West Java, namely sludge waste from the waste processing process of the iron sponge production unit (direct reduction plant) and the wire rod mill production unit using cement as the binding material in the concrete mixture. The binding of sludge waste is carried out on a laboratory scale with mixture proportions of 0, 10, 20, 30, and 40% sludge waste substitution for fine aggregate/sand. Laboratory tests on the mixture include compressive strength, elastic modulus and Poisson ratio, concrete density, permeability, environmental resistance, and leaching tests with TCLP (toxicity characteristic leaching procedure). Heavy metal leaching tests for Pb, Cd, and Zn have the highest values at a 40% mixture proportion, which are 0.065 mg/ltd, 0.234 mg/lt, values below the quality standard limits for these heavy metals, which are 5.0 mg/lt, 1.0 mg/ltd, and 50 mg/lt, respectively. Environmental resistance tests indicate that the mixture has sufficient resistance after testing through 13 cycles, with the highest weight loss in the mixture sample being 13.97%, a value below the established quality standard where the maximum weight loss is 30%.
Analisis Carbon Footprint pada Jasa Akomodasi Pariwisata di Kabupaten Badung, Bali Wiratama, I Gusti Ngurah Made; Widyasari, Ni Luh; Darmayasa, I Gede Oka
Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 26 No. 1 (2025)
Publisher : BRIN Publishing (Penerbit BRIN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55981/jtl.2025.3626

Abstract

Everyone who performs daily activities that require energy will produce carbon dioxide (CO2) emissions. The more activities are carried out, the more energy is used, and thus, the greater the carbon footprint produced. Badung Regency is the center of gravity tourism in Bali. The tourism sector in Badung Regency has been consistently growing over the years. The development of tourism in Badung Regency has environmental implications. The objectives of this research are to identify the carbon footprint values ​​in tourism accommodation services and to analyze the factors influencing the carbon footprint values ​​in tourism accommodation services. The study was conducted in Badung Regency, Bali Province, with a sample of 60 villas selected using the simple random sampling technique. The first research objective involves calculating the carbon footprint based on IPCC guidelines, while the second objective is analyzed through multiple linear regression analysis. The research findings indicate that the primary carbon footprint amount is 25.71 kg CO2-eq/month, or an average of 8.57 kg CO2-eq/month per sub-district. The secondary carbon footprint is 10,520.73 kg CO2-eq/month, or an average of 3,506.91 kg CO2-eq/month. The total carbon footprint of tourism accommodation services is 10,546.45 kg CO2-eq/month, with an average of 3,515.48 kg CO2-eq/month. The correlation coefficient between independent and dependent variables is 80.90%, and the contribution of the independent variables R2 (X1, X2, and X3) to the dependent variable (Y) is 65.50%. The factor that most influences the carbon footprint is the number of villa appliances that use LPG (X2), which is 41.30%. Abstrak Setiap orang yang melakukan aktivitas sehari-hari memerlukan energi dan akan menghasilkan emisi karbon dioksida (CO2). Semakin banyak aktivitas yang dilakukan, semakin banyak energi yang digunakan, dan dengan demikian semakin besar carbon footprint yang dihasilkan. Kabupaten Badung merupakan pusat tujuan pariwisata Bali. Perkembangan pariwisata di Kabupaten Badung terus mengalami perkembangan dari tahun ke tahun. Perkembangan pariwisata di Kabupaten Badung akan berdampak pada kondisi lingkungan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi nilai jejak karbon pada jasa akomodasi pariwisata dan menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi nilai jejak karbon pada jasa akomodasi pariwisata. Lokasi penelitian dilakukan di Kabupaten Badung, Provinsi Bali dengan sampel sebanyak 60 vila dan dipilih dengan teknik simple random sampling. Analisis tujuan penelitian yang pertama yaitu menghitung jejak karbon dengan berpedoman pada IPCC, sedangkan tujuan penelitian yang kedua dianalisis dengan analisis regresi linear berganda. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa jumlah carbon footprint primer adalah 25,71 kg CO2-eq/bulan atau dengan rata-rata setiap kecamatan adalah 8,57 kg CO2-eq/bulan. Carbon footprint sekunder adalah 10.520,73 kg CO2-eq/bulan atau dengan rata-rata 3.506,91 kg CO2-eq/bulan. Carbon footprint total jasa akomodasi pariwisata sebesar 10.546,45 kg CO2-eq/bulan atau dengan rata-rata 3.515,48 kg CO2-eq/bulan. Koefisien korelasi antara variabel bebas dan variabel terikat adalah sebesar 80,90% sedangkan kontribusi pengaruh variabel bebas R2 (X1, X2, dan X3) terhadap variabel terikat (Y) sebesar 65,50%. Faktor yang paling memengaruhi carbon footprint adalah jumlah peralatan vila yang menggunakan LPG (X2) yaitu sebesar 41,30%