Aisyah Nurcita Dewi
Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

HUBUNGAN KEBIASAAN SARAPAN DENGAN KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI (STUDI PENELITIAN DI SMP NEGERI 13 SEMARANG) Dewi, Aisyah Nurcita; Mulyati, Tatik
Journal of Nutrition College Vol 3, No 4 (2014): Oktober 2014
Publisher : Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (318.282 KB) | DOI: 10.14710/jnc.v3i4.6886

Abstract

Latar Belakang: Banyaknya kegiatan yang dilakukan remaja mengakibatkan waktu makan sering terlewati dan kurang perhatian dalam memilih komposisi makanan, sehingga remaja rentan mengalami masalah gizi. Mendapatkan tubuh yang lebih ramping menyebabkan remaja putri melakukan diet yang tidak tepat, termasuk melewatkan sarapan pagi. Sarapan menyumbang 20-25% dari kebutuhan energi untuk memenuhi kebutuhan gizi di pagi hari. Melewatkan sarapan menyebabkan hilangnya energi dan zat gizi yang diperlukan untuk sintesis hemoglobin (Hb)Metode: Penelitian cross-sectional dua kelompok tidak berpasangan.  Subjek adalah 54 remaja putri berusia 13-15 tahun dibagi menjadi kelompok sarapan dan tidak sarapan, dan dipilih dengan consecutive sampling. Sarapan adalah konsumsi makanan pokok dan lauk pauk sejak bangun tidur sampai jam 10.00. Uji Chi-square digunakan untuk melihat perbedaan antar variabel. Hubungan kebiasaan sarapan dengan kadar Hb dianalisis dengan uji Gamma Somers’d.Hasil: Subjek pada kedua kelompok memiliki status gizi underweight masing-masing 48,15% pada kelompok sarapan dan 44,4% pada kelompok tidak sarapan. Aktivitas fisik kedua kelompok dikategorikan sedentary yaitu 96,3%. Kecukupan energi pada kelompok sarapan lebih tinggi dibandingkan kelompok tidak sarapan yaitu 59,26% dan 14,8%. Kadar Hb rendah lebih banyak ditemukan pada kelompok tidak sarapan yaitu 22,2% dibandingkan kelompok sarapan yaitu 3,7%.Simpulan: Terdapat hubungan kebiasaan sarapan dengan kadar hemoglobin, p= 0,035 dan r=0,763. Remaja putri yang tidak memiliki kebiasaan sarapan berisiko 6 kali untuk mempunyai kadar Hb yang rendah dibandingkan dengan remaja putri yang memiliki kebiasaan sarapan. 
The Experiences of Blended Training Implementation from Nutrition Goes to School (NGTS) Program in Indonesia Februhartanty, Judhiastuty; Pramesthi, Indriya Laras; Kusuma, Sari; Shinta, Dewi; Dewi, Aisyah Nurcita; Ermayani, Evi; Hidayat, Ahmad Thohir; Oka, A A Sagung Indriani; Andari, Izzati Hayu; Wiradnyani, Luh Ade Ari
Jurnal Gizi dan Pangan Vol. 20 No. 1 (2025)
Publisher : The Food and Nutrition Society of Indonesia in collaboration with the Department of Community Nutrition, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25182/jgp.2025.20.1.11-20

Abstract

This study aimed to evaluate the implementation of a blended training for school teachers on adolescent health and nutrition. The training objective was to improve teachers’ knowledge, as well as their capacity to develop and implement action plans on school-based health and nutrition programs. Adolescents continue to face nutrition problems closely linked with poor eating behaviours and lack of physical activity. School has been identified as an effective venue for improving these problems. Many teachers’ training programs were reported on increasing the teachers’ roles in school health and nutrition program, but studies utilizing a blended training is lacking. This study used pre-post intervention with mixed methods design. The participants of this blended training were secondary school teachers who enrolled in a five-phase Nutrition Goes to School (NGTS) training on school-based nutrition promotion program, comprising in-service learning and on-the-job training for ten months. The participants decreased throughout the training to 114 participants completed the whole training. Out of 114 participants, 25 (22%) passed this NGTS blended training. Participants’ knowledge on health and nutrition improved as shown in pre-test median score of 60 and post-test median score of 80 (p<0.001). The final assignment on developing action plans showed a relatively good quality of engagement based on the participants’ understanding on the NGTS program, their resources, and their ability to manage challenges. Blended training with long duration but accompanied with technical assistance can provide added value in understanding the process of the NGTS program implementation and school-based health and nutrition program in general. However, the high attrition rate should be improved by facilitating more varied and engaging activities as part of the technical assistance in the future training program.