Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

KONTRIBUSI IBN ‘ĀSYŪR DALAM KAJIAN MAQĀSID AL-SYARĪ’AH Safriadi Safriadi
Islam Futura Vol 15, No 2 (2016): Jurnal Ilmiah Islam Futura
Publisher : Universitas Islam Negeri Ar-Raniry

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/jiif.v15i2.546

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi Ibn ‘Āsyūr dalam pengembangan maqāsid al-syarī‘ah. Penelitian ini menggunakan metode normatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kontribusi Ibnu ‘Āsyūr terhadap maqāsid al-syari‘ah dibagi menjadi tiga kategori, yaitu: menetapkan legalitas hukum al-maqāsid; merumuskan urgensi penerapan maqāsid al-syari‘ah dalam menetapkan suatu hukum; serta membagi kepada maqāṣid al-‘A̅ mmah, dan maqāṣid al-Kha̅ shshah. Pertama adalah mengenai legalitas hukum al-Maqa̅ṣid, bahwa Allah Swt sebagai sang pemilik syari’at mustahil untuk menurunkan syari’at kepada manusia tanpa diiringi dengan tujuan dan hikmah mulia. Hal ini dijelaskan dalam ayat-ayat al-Qur’an yang mengisyaratkan akan hal tersebut, seperti tersebut dalam QS. al-Dukhan: 38-39, al-Mu’minun: 115, al-Hadid: 25, Ali Imran: 19. Dalam pembahasan mengenai maqāṣid al-‘A̅ mmah, Ibnu ‘A̅ syu̅ r menegaskan posisi penting universalitas dalam seluk beluk syari’at. Menurutnya, universalitas merupakan salah satu karakter unik syari’at Islam, yaitu dapat menyesuaikan dengan masa perkembangan zaman. Adapun konsep dari maqāṣid al-‘āmmah adalah jalb al-maṣa̅ liḥ, wa dar’ al-mafa̅ sid dan taysīr wa raf’ al-ḥarj. Dalam hal ini ia merumuskan empat kerangka epistemologinya terhadap al-maqa̅ṣid, yaitu: fitrah, toleransi (al-ṣama̅ḥah), persamaan (al-musa̅ wah), kebebasan (al-ḥurriyyah). Dalam pembahasan mengenai maqāṣid al-kha̅ṣṣah, Ibnu ‘A̅ syu̅ r menerapkan aplikasi dari kaedah-kaedah maqāṣid al-‘āmmah. Bentuk aplikatif ini tertuang pada berbagai aspek, misalnya dalam ibadah, muamalat, dan lain-lain.
Peningkatan Kapasitas Pemahaman Santri Melalui Budaya “Meulang”: (Studi Kasus di Dayah Tradisional Provinsi Aceh) Safriadi
PENCERAHAN Vol. 15 No. 1 (2021): PENCERAHAN
Publisher : Majelis Pendidikan Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dayah merupakan lembaga pendidikan Islam yang menurut sebagian kalangan merupakan pendidikan indigenious Indonesia. Meskipun lembaga ini dikategorikan sebagai lembaga pendidikan non formal, namun hingga saat ini masih eksis sebagai tempat satu-satunya pengkaderan ulama yang tafaqquh fid din. Jenis penelitian ini adalah kombinasi antara library research dan field research, dengan data lapangan sebagai data primernya. Metode pendekatan penelitian yang digunakan adalah filosofis dan explorasi. Adapun metode analisisnya adalah deskriptis analisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, pertama,  “meulang” adalah kegiatan belajar secara mandiri oleh para santri di luar jam belajar yang telah ditentukan oleh lembaga. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memahami dan menyelesaikan problem-problem yang belum tuntas diselesaikan di ruang belajar, dengan cara bertukar pikiran sesama santri maupun sesama para ustad (tengku) di luar waktu belajar. Kedua, Kitab yang digunakan sebagai pelajaran dalam meulang adalah kitab-kitab utama dalam setiap kelas, sedangkan waktu yang digunakan adalah tiga waktu malam, pagi dan sore.
ISTIQRĀ’ DAN PENERAPANNYA TERHADAP AL-QAWĀ`ID AL-FIQHIYYAH Safriadi Safriadi
JURNAL ILMIAH MIZANI: Wacana Hukum, Ekonomi, dan Keagamaan Vol 5, No 2 (2018)
Publisher : Fakultas Syariah UINFAS Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (438.771 KB) | DOI: 10.29300/mzn.v5i2.1439

Abstract

Al-Qawā‘id al-Fiqhiyyah is a general theory of Islamic law produced through the istiqra’ '(induction) process. But such affirmation has never been done and to do so requires adequate evidence and analysis of the working techniques of al-Qawā‘id al-Fiqhiyyah. The author in this study conducted a study of al-Qawā‘id al-Fiqhiyyah compiled by Tāj al-Din al-Subki in his work al-Asybāh wa al-naẓā‘ir. This research is a library research with an approach to the philosophy of Islamic law. The results state that the work method istiqrā ', namely the principle of thinking that draws conclusions from empirical research on particular events into a unity of universal law. This legal conclusion will be applied (prediction) to the object of the problem which still has relevance to the particular things mentioned earlier. The role of istiqrā 'in the preparation of al-Qawā'id al-Fiqhiyyah in particular al-Qawā'id al-Asāsiyah is to take the essence of the rules of fiqh (furū') which have similarity to illat or wisdom which results are then formulated in general rules which includes cases of particular law below. Besides that, each rule always includes exceptions (muśtanāyat). This form of exception is in terms of the problem of induction in logic.
Dakwah Kultural dalam Budaya “MEURUKON” di Aceh Safriadi
Jurnal Bimas Islam Vol. 11 No. 2 (2018): Jurnal Bimas Islam 2018
Publisher : Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37302/jbi.v11i2.52

Abstract

The results of this study conclude that meurukon is one type of art and culture that is very Islamic in Acehnese society, because meurukon is one of the da’wah strategies in conveying various Islamic law issues for society because the material contained in meurukon consists of da’wah messages, starting from law mild forms to the Islamic law issue which sometimes are not understood by the public. Meurukon can be categorized into cultural preaching because the preaching delivered in meurukon art is the way to follow the local wisdom with the aim that the da'wah can be accepted in the local community. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa meurukon adalah salah satu jenis kesenian dan budaya yang sangat Islami dalam masyarakat Aceh, karena meurukon termasuk salah satu strategi dakwah dalam menyampaikan berbagai persoalan hukum Islam bagi masyarakat karena materi yang terdapat dalam meurukon terdiri dari pesan-pesan dakwah, mulai dari bentuk-bentuk hukum yang ringan sampai persoalan hukum Islam yang terkadang banyak yang tidak dipahami masyarakat. Meurukon dapat di golongkan ke dalam dakwah kultural dikarenakan dakwah yang disampaikan dalam kesenian meurukon cara yang dilakukan adalah mengikuti budaya-budaya kultur masyarakat setempat (local wisdom) dengan tujuan agar dakwahnya dapat diterima di lingkungan masyarakat setempat
Dayah & Moderasi Dakwah di Aceh (suatu kajian terhadap dakwah di era digital) safriadi M. Nurdin
Jurnal Bimas Islam Vol. 13 No. 1 (2020): Jurnal Bimas Islam 2020
Publisher : Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37302/jbi.v13i1.105

Abstract

Abstrak Penelitian ini berkesimpulan bahwa dayah di Aceh merupakan salah satu lembaga dakwah yang tertua nusantara bahkan di Asia Tenggara yang memiliki andil besar dalam menyebarkan dakwah di Nusantara. Keberhasilan dakwah yang dilakukan oleh dayah-dayah di Aceh dikarenakan bentuk dan gaya dakwahnya yang cenderung moderat. Moderat yang dimaksudkan di sini adalah dalam penyampaian dakwahnya selalu ditonjolkan ketinggian akhlak dan adab sopan santun, sehingga masyarakat memiliki kesan positif dalam setiap dakwah yang disampaikan, senantiasa menyiapkan bahan ceramah dari isi kitab kuning yang dipelajari di dayah/pesantren dan sudah di tashih oleh pimpinan pesantren. Dalam hal penyampaian dakwah di era digital ini, dayah di Aceh sudah mulai menggunakan kemajuan teknologi digital seperti youtube, facebook dan lain-lain, meskipun masih sedikit dayah-dayah di Aceh yang menggunakan media dalam penyampaian dakwahnya. Abstract This study concludes that dayah in Aceh was one of the oldest preaching archipelago institutions even in Southeast Asia which had big contribution in spreading da'wah in the archipelago. The success of da'wah by dayah-dayah in Aceh was due to the moderate da’wah form and style. Moderate here is in the delivery of da'wah always highlighted in morality and manners, so that the community has a positive impression in each preaching that is conveyed, always preparing lecture material from the contents of the Islamic book learned at the dayah / pesantren and already received by the pesantren leaders . In terms of the da’wah delivery in this digital era, dayah in Aceh have begun to use advances in digital technology such as youtube, facebook and others, even though there are still few dayah in Aceh who use the media in delivering their da'wah.
MAQĀṢID AL-SYARĪ’AH SEBAGAI METODE IJTIHAD KONTEMPORER Safriadi Safriadi
Al-Qadha : Jurnal Hukum Islam dan Perundang-Undangan Vol 4 No 2 (2017): Al-Qadha : Jurnal Hukum Islam dan Perundang-Undangan
Publisher : Hukum Keluarga Islam IAIN LANGSA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32505/qadha.v4i2.309

Abstract

Penelitian ini mengangkat tentang Maqāṣid al-Syarī’ah Sebagai Metode IjtihadKontemporer. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian kepustakaan(library research), dan pengumpulan data dilakukan dengan mengkaji buku dankitab tentang Maqāṣid al-Syarī’ah, ushul fiqh, dan kaidah tentang maṣlaḥaḥsebagai bahan primer, dan buku-buku yang lainnya yang berhubungan denganpembahasan penelitian ini sebagai bahan sekunder, sehingga pola ini berbentukkualitatif. Di samping itu, analisa yang penulis gunakan adalah analisis deskriptif.Dari hasil penelitian ini ditemukan kesimpulan bahwa Maqāṣid al-Syarī’ah adalahrahasia dan hikmah yang menjadi tujuan dibalik penerapan setiap hukum-hukum.Subtansinya adalah mewujudkan kemaslahatan bagi manusia baik di duniamaupun di akhirat kelak. Cara mengetahui Maqāṣid al-Syarī’ah adalah denganmengkombinasikan pendekatan zhahir lafaz dan penalaran, ke dalam suatu bentukyang tidak merusak pengertian zhahir lafaz, maupun maksud esensialpengertiannya berdasarkan orientasi kemaslahatan. Maṣlaḥaḥ dapat dilihat dariberbagai sudut pandang sehingga melahirkan pembagian yang beragam. Tuntutanberdimensi adat dapat terjangkau hikmahnya, sedangkan yang berdimensi ibadatadalah semata-mata ta’abbud. Maqāṣid al-Syarī’ah mutlak diperlukan dalamijtihad kontemporer demi terciptanya fiqh yang humanis, elastis, dan egaliter.Dengan karakter Maqāṣid al-Syarī’ah yang elastis, lintas ruang dan waktudiharapkan mampu berdialektika dengan problematika yang terus bermunculan.
Pemikiran Fikih Abuya Muhammad Wali Al-Khalidi (Analisis Kitab Al-Fatawa) Safriadi Saifuddin
At-Tafkir Vol 13 No 2 (2020): AT-TAFKIR: Jurnal Pendidikan, Hukum dan Sosial Keagamaan
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) IAIN Langsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32505/at.v13i2.1802

Abstract

The Book of al-fatawa has a great contribution to the dynamics of development of Islamic law in this region of the Archipelago Islands. As for the complexion of his fikih thoughts nuanced bayāni-Tahlīlī. This research is descriptive-analysis with qualitative approaches. The results of this study revealed that Abuya Muhammad Waly al-Khalidi was a mujaddid (renewer) in the 14th-century hijrah, and a scholar was highly productive, during his lifetime preoccupied with scholarship activities with various disciplines, many of the wreaths he had made, which showed the breadth of science he had. One of his works in fikih is the book of al-Fatawa which is a collection of answers from questions sent by the community from various regions of Aceh as well as outside Aceh.
DAYAH DAN RESOLUSI KONFLIK DI ACEH (SUATU KAJIAN TERHADAP PENGUATAN PERDAMAIAN DI ACEH) S Safriadi
Jurnal Geuthèë: Penelitian Multidisiplin Vol 5, No 2 (2022): Jurnal Geuthèë: Penelitian Multidisiplin
Publisher : Geuthèë Institute, Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52626/jg.v5i2.144

Abstract

Penelitian ini ingin memberi gambaran mengenai peranan dayah/pesantren dalam resolusi konflik di Aceh. Metode penelitian yang digunakan deskriptif analisis dengan pendekatan sosiologis. Hasilnya menunjukkan bahwa dayah memiliki peranan dan kontribusi untuk menyelesaikan konflik di Aceh. Hal ini dapat diukur dari beberapa langkah yang ditempuh oleh dayah yaitu pertama, dengan menerjunkan para da’i-da’i yang handal dan telah dilakukan pelatihan dan pembinaan ke daerah-daerah basis konflik. Lewat dakwah inilah, para da’i menyebarkan ajaran agama yang ditujukan kepada penguatan perdamaian dan penyelesaian konflik secara kaffah (menyeluruh). Kedua, lembaga dayah secara khusus menerima anak korban konflik serta para lansia untuk dibina dan diajarkan pengetahuan agama secara gratis. Ketiga, para pimpinan dayah (ulama) dengan berbagai metode melakukan pendampingan dan menjadi mediator dari pihak-pihak yang bertikai di Aceh, misalnya Abu Panton memberikan kontribusinya dengan menulis buku yang berjudul resolusi konflik dalam Islam (Kajian Normatif dan Historis perspektif ulama dayah). 
MEDIASI DI MAHKAMAH SYAR’IYAH:KEGAGALAN DAN FAKTOR-FAKTORNYA safriadi safri yadi
Jurnal el-Qanuniy: Jurnal Ilmu-Ilmu Kesyariahan dan Pranata Sosial Vol 8, No 2 (2022)
Publisher : IAIN Padangsidimpuan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24952/el-qanuniy.v8i2.5987

Abstract

This study aims to determine the background of the failure of mediation in the Syar'iyah Court and the factors causing it. This research uses the normative juridical method, namely legal research conducted based on the norms and rules of the legislation. Sources of data obtained from literature, books, and applicable legislation. Data analysis used descriptive analysis method. The results of the research that can be concluded are the factors that cause at least the successful mediation in the Syar'iyah Court: First, the state of the marital breakdown reported to the Court has been reconciled by other parties several times, so that the application of mediation in the Court is not effective. Second, the lack of judges who can become mediator judges. Third, the influence of some lawyers who prioritize their personal interests rather than resolving cases more quickly and at low costs. The failure of Mediation at the Syar'iyah Court is still relatively large, so cases at the Syar'iyah Court are still very dominant to continue the trial process to the next stage.